Denny JA Soroti Kecemasan Meningkat di Era AI dalam Perayaan Hari Suci Saraswati

Sabtu, 22 Februari 2025 - 20:14 WIB
loading...
Denny JA Soroti Kecemasan...
Ketua Esoterika Forum Spiritualitas, Denny JA dalam seminar nasional dialog spiritual lintas iman yang mengangkat tema Kekuatan Pengetahuan dan Keheningan dalam Membangun Harmoni Antaragama yang digelar di Graha Sabha Adhitya, Jakarta, Sabtu (22/2/2025).
A A A
JAKARTA - Ketua Esoterika Forum Spiritualitas, Denny JA mengungkapkan keprihatinannya terhadap peningkatan kecemasan di kalangan orang dewasa di era kecerdasan buatan (AI).

Hal itu disampaikannya dalam acara seminar nasional dialog spiritual lintas iman yang mengangkat tema 'Kekuatan Pengetahuan dan Keheningan dalam Membangun Harmoni Antaragama' yang digelar di Graha Sabha Adhitya, Pura Adhitya, Rawamangun, Jakarta pada Sabtu (22/2/2025).

"Di era Artificial Intelligence (AI), kecemasan orang dewasa justru meningkat," ujar Denny JA.

Acara yang juga dihadiri oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti dan Ketua Umum PDHI Pusat Wisnu Bawa Tenaya ini digelar untuk memperingati tiga hari suci Umat Hindu, yakni Hari Suci Siwaratri, Hari Suci Saraswati, dan Hari Suci Nyepi.

Dalam sambutannya, Denny JA menghubungkan peran Dewi Saraswati, dewi kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan, dengan ironi peradaban modern. Dunia kini telah mencapai puncak pencapaian teknologi dan ekonomi, tetapi justru kecemasan manusia semakin meluas.

Denny JA menjelaskan sebuah laporan dari Asosiasi Psikiatri Amerika (APA) tahun 2024 menunjukkan bahwa tingkat kecemasan di Amerika Serikat mengalami peningkatan signifikan. Saat ini, 43% orang dewasa di negara tersebut mengalami kecemasan, naik dari 37% pada tahun 2023, dan 32% pada tahun 2022.

"Kecemasan meningkat setiap tahun, mencerminkan fenomena global yang semakin mengkhawatirkan," kata dia.

Ironinya, kita hidup di zaman dengan pencapaian teknologi tertinggi. Artificial Intelligence kini melampaui kecerdasan manusia, dan ekonomi dunia mencapai rekor tertinggi dengan PDB global sebesar USD109 triliun, setara dengan Rp1,6 juta triliun.

Namun, pertanyaannya tetap sama: mengapa kecemasan justru meningkat? Apa yang salah ketika dunia semakin kaya, semakin maju, tetapi manusia semakin gelisah? Denny JA menjelaskan bahwa ada tiga penyebab utama dari fenomena ini, semuanya berakar dari revolusi digital dan AI.

Penyebab pertama adalah doomscrolling, yaitu kebiasaan terus-menerus mengonsumsi berita negatif. Algoritma media sosial yang tidak netral justru memperbesar eksposur terhadap berita yang paling banyak menarik perhatian.

"Sayangnya, berita negatif lebih cepat viral dibandingkan kabar positif. Isu yang paling sering mendominasi ruang digital adalah masalah ekonomi, perang dan konflik, serta skandal dan korupsi. Akibatnya, manusia tidak sekadar menjadi konsumen berita, tetapi juga tenggelam dalam narasi ketakutan yang semakin memperparah kecemasan mereka," tuturnya.

Penyebab kedua, lanjutnya, adalah jebakan perbandingan atau comparative traps. Media sosial menciptakan ilusi kesempurnaan yang tidak sepenuhnya mencerminkan realitas. Yang terlihat di layar hanyalah versi terbaik dari orang lain: karier yang gemilang, kekayaan yang berlimpah, serta hubungan romantis yang tampak sempurna.

"Sementara itu, kita melihat hidup kita sendiri dalam bentuk yang lebih kompleks, dengan segala tantangan dan kegagalannya. Akibatnya, muncul perasaan tertinggal atau Fear of Missing Out (FOMO), yang semakin menanamkan ketidakpuasan terhadap diri sendiri," jelas Denny JA.

Penyebab ketiga adalah techno-stress, yakni ketakutan menjadi tidak lagi dibutuhkan akibat pesatnya perkembangan teknologi. Laporan World Economic Forum Jobs Report 2025 menyatakan bahwa sebanyak 85 juta pekerjaan akan hilang karena AI.

"Ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga kecemasan eksistensial. Muncul pertanyaan mendasar: apakah saya masih dibutuhkan? Apakah saya akan tergantikan? Apakah saya akan menjadi bagian dari the useless class?" terangnya.

Menurutnya, Kecemasan ini bukan sekadar ketakutan kehilangan pekerjaan, melainkan ketakutan akan kehilangan makna hidup. Lantas, bagaimana solusinya?

"Masalah ini bukan sekadar gangguan psikologis biasa. Ini adalah kecemasan eksistensial yang berakar pada rasa kehilangan makna dan nilai diri," jelas Denny JA.

Oleh karena itu, solusinya tidak cukup hanya berupa terapi medis atau strategi ekonomi. Solusi yang diperlukan harus memiliki elemen spiritual dan filsafat. Manusia tidak hanya membutuhkan pengetahuan, tetapi juga kebijaksanaan. Tidak hanya membutuhkan pekerjaan, tetapi juga makna hidup. Tidak hanya membutuhkan informasi, tetapi juga kesadaran.

Masih kata Denny JA, Dewi Saraswati telah mengajarkan hal ini sejak ribuan tahun lalu. Itulah mengapa, di era AI dan digitalisasi ini, terapi wellness berbasis spiritual semakin dicari. Menurut Global Wellness Institute, industri wellness kini bernilai 90 triliun rupiah. Tren seperti yoga, meditasi, mindfulness, dan terapi spiritual semakin berkembang pesat. Orang tidak hanya mencari kemajuan, tetapi juga ketenangan batin.

Dewi Saraswati adalah simbol ilmu yang bermakna, bukan sekadar data dan informasi kosong. Perayaan ini mengingatkan kita bahwa ilmu pengetahuan harus membawa kebijaksanaan, bukan sekadar kecerdasan buatan yang menambah kegelisahan. Esoterika merayakan Hari Saraswati bersama saudara-saudara Hindu, sebagaimana telah merayakan hari besar dari berbagai tradisi lain—Bahá’í, Brahma Kumaris, Syiah, Ahmadiyah, Konfusianisme, Buddha, Islam, dan Kristen.

"Perayaan agama bukan sekadar ritual. Ia adalah warisan sosial dan spiritual yang relevan bagi semua. Dengan memahami makna mendalam dari kebijaksanaan Dewi Saraswati, kita bisa menjawab tantangan zaman, mengatasi kecemasan, dan menemukan makna hidup di tengah dunia yang semakin digital," tutup Denny JA.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti mengapresiasi acara tersebut. Dia menjelaskan bahwa perbeda-perbedaan agama yang ada di Indonesia adalah kekayaan sosial, spritiual, dan kultural yang berharga. Karena itu, Pancasila merupakan dasar negara paling tepat di Indonesia untuk mempersatukan ragam perbedaan yang ada.

Acara ini digelar atas kerja sama Prajaniti Hindu Indonesia dan Esoterika Forum Spiritualitas serta didukung oleh Panitia Nasional Perayaan Hari Suci Nyepi, Tahun Baru Saka 1947.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Cegah Dehumanisasi,...
Cegah Dehumanisasi, Pengembangan Teknologi Harus Diperkuat Nilai Kehidupan Sosial
Baznas Komitmen Kelola...
Baznas Komitmen Kelola ZIS untuk Pembangunan Nasional dan Pengentasan Kemiskinan
Menag Apresiasi Ary...
Menag Apresiasi Ary Ginanjar Pelopori Konseling Berbasis AI Talent DNA untuk Guru BK Madrasah
Kembangkan Talenta Berbasis...
Kembangkan Talenta Berbasis AI, Kemenag-ESQ Latih Guru BK Madrasah
Guru Besar AI Prof Suyanto...
Guru Besar AI Prof Suyanto Ingin Perkuat Kualitas Akademik dan Penelitian
Denny JA Terima Penghargaan...
Denny JA Terima Penghargaan Inovasi Budaya dan Sastra House of Lord London
Pemikiran Inovatif Agama...
Pemikiran Inovatif Agama dalam Pembangunan Berkelanjutan Menuai Sorotan
Teori Denny JA: Sosiologi...
Teori Denny JA: Sosiologi Agama di Era Kecerdasan Buatan
Teori Denny JA Mengenai...
Teori Denny JA Mengenai Agama di Era AI Mulai Diajarkan di Kampus
Rekomendasi
Cara Pasang Roof Box...
Cara Pasang Roof Box di Mobil agar Aman Dipakai Mudik
11 Fakta Unik Kuwait,...
11 Fakta Unik Kuwait, Negara Pemilik Mata Uang Termahal di Dunia: Bensin Murah, Sekolah Gratis, Bebas Pajak Penghasilan
Pemakaman Mat Solar...
Pemakaman Mat Solar Berlangsung Haru, Diiringi Tangis Keluarga
Berita Terkini
Panja RUU TNI Sebut...
Panja RUU TNI Sebut Usulan Penempatan Tentara di KKP dan Tangani Narkoba Dihapus
7 menit yang lalu
400 WNI Korban Eksploitasi...
400 WNI Korban Eksploitasi Online Scam Berhasil Keluar dari Myanmar
52 menit yang lalu
2 Oknum TNI Ditangkap,...
2 Oknum TNI Ditangkap, Diduga Terlibat Penembakan 3 Anggota Polres Way Kanan hingga Tewas
1 jam yang lalu
Terbongkar! Eks Kapolres...
Terbongkar! Eks Kapolres Ngada Sudah Lama Berbuat Asusila di Sejumlah Hotel
1 jam yang lalu
Talkshow Ramadan, Baznas-MNC...
Talkshow Ramadan, Baznas-MNC Sekuritas Ajak Masyarakat Berinvestasi Sambil Berbagi
1 jam yang lalu
Jadi Stafsus Menhan,...
Jadi Stafsus Menhan, Deddy Corbuzier Belum Sampaikan LHKPN ke KPK
2 jam yang lalu
Infografis
Jadwal Salat Tarawih...
Jadwal Salat Tarawih Pertama di Bulan Suci Ramadan 2025
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved