Pemikiran Inovatif Agama dalam Pembangunan Berkelanjutan Menuai Sorotan
loading...
A
A
A
Dalam refleksinya, Budhy juga menyoroti bagaimana teori agama Denny JA mampu mengakomodasi perubahan sosial yang dipicu oleh globalisasi dan revolusi digital. Internet dan media sosial kini telah mengubah cara masyarakat mengakses dan mendiskusikan nilai-nilai keagamaan.
Dengan pendekatan yang lebih fleksibel dan inklusif, agama tidak lagi menjadi sumber eksklusivitas yang membatasi, tetapi justru dapat menjadi jembatan bagi solidaritas sosial yang lebih kuat.
Lebih lanjut, Budhy menyoroti bahwa teori ini dapat berkontribusi dalam pemberdayaan sosial dan ekonomi berbasis nilai-nilai keagamaan.
"Sejarah telah menunjukkan bahwa komunitas keagamaan memiliki peran strategis dalam menyediakan layanan kesehatan, pendidikan, hingga perlindungan lingkungan," tuturnya.
Dengan memahami agama sebagai bagian dari dinamika budaya, maka ajaran-ajaran moralnya dapat diterjemahkan ke dalam tindakan nyata yang berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat luas.
Budhy menilai Denny JA telah mengembangkan dan menafsirkan ulang wawasan inklusif Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi dengan pendekatan berbasis data empiris.
“Denny JA bukan hanya meneruskan pemikiran para guru kami, tetapi juga memperluasnya dengan memadukan analisis keagamaan dan kajian empiris berbasis survei opini publik. Ini pendekatan yang inovatif dan sangat relevan bagi tantangan zaman,” jelasnya.
Budhy menekankan bahwa pemahaman agama yang lebih inklusif dan dinamis, sebagaimana digagas oleh Denny JA, dapat menjadi pilar dalam menciptakan dunia yang lebih harmonis dan berkelanjutan.
“Jika kita mampu melihat agama sebagai warisan kultural milik bersama, maka kita dapat membangun masa depan yang lebih adil, damai, dan berorientasi pada kesejahteraan bersama,” pungkasnya.
Dengan pendekatan yang lebih fleksibel dan inklusif, agama tidak lagi menjadi sumber eksklusivitas yang membatasi, tetapi justru dapat menjadi jembatan bagi solidaritas sosial yang lebih kuat.
Lebih lanjut, Budhy menyoroti bahwa teori ini dapat berkontribusi dalam pemberdayaan sosial dan ekonomi berbasis nilai-nilai keagamaan.
"Sejarah telah menunjukkan bahwa komunitas keagamaan memiliki peran strategis dalam menyediakan layanan kesehatan, pendidikan, hingga perlindungan lingkungan," tuturnya.
Dengan memahami agama sebagai bagian dari dinamika budaya, maka ajaran-ajaran moralnya dapat diterjemahkan ke dalam tindakan nyata yang berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat luas.
Budhy menilai Denny JA telah mengembangkan dan menafsirkan ulang wawasan inklusif Nurcholish Madjid dan Djohan Effendi dengan pendekatan berbasis data empiris.
“Denny JA bukan hanya meneruskan pemikiran para guru kami, tetapi juga memperluasnya dengan memadukan analisis keagamaan dan kajian empiris berbasis survei opini publik. Ini pendekatan yang inovatif dan sangat relevan bagi tantangan zaman,” jelasnya.
Budhy menekankan bahwa pemahaman agama yang lebih inklusif dan dinamis, sebagaimana digagas oleh Denny JA, dapat menjadi pilar dalam menciptakan dunia yang lebih harmonis dan berkelanjutan.
“Jika kita mampu melihat agama sebagai warisan kultural milik bersama, maka kita dapat membangun masa depan yang lebih adil, damai, dan berorientasi pada kesejahteraan bersama,” pungkasnya.
(shf)
Lihat Juga :