Upaya Memutus Kesenjangan Pendidikan Di Luar Jawa

Kamis, 03 September 2020 - 15:05 WIB
loading...
Upaya Memutus Kesenjangan Pendidikan Di Luar Jawa
Siswa Tengah Belajar Jarak Jauh. Foto: Dok. IPEKA
A A A
JAKARTA - Pandemi Virus Covid 19 memang telah membuka mata semua pihak bahwa sektor pendidikan di Indonesia masih harus banyak bebenah. Ketidaksiapan infrastruktur di sekolah membuat proses pembelajaran jarak jauh yang ditetapkan pemerintah malah menciptakan masalah baru di sejumlah daerah. Semua pihak saat ini jadi lebih memahami bagaimana sebenarnya kualitas penyelenggara pendidikan di negeri ini.

Pendidikan punya peran amat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Faktanya memang masih terdapat kesenjangan kualitas sekolah antara di daerah yang relatif maju seperti di Jawa dan di luar Jawa.

Mereka yang berada di luar Jawa sebenarnya juga membutuhkan sekolah-sekolah berkualitas seperti yang ada di Jawa. Presiden Joko Widodo pun telah menginstruksikan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim untuk lebih memperhatikan kualitas pendidikan di luar Jawa.

Presiden berpesan, jangan sampai perhatian pemerintah soal pendidikan hanya terfokus di Jawa saja. Padahal geliat pembangunan untuk meningkatkan kualitas SDM di luar Jawa sangat pesat.

Di Kota Balikpapan, misalnya. Kota yang terletak di Kalimantan Timur i ni pada 2018 yang lalu tercatat memiliki nilai IPM (Indeks Pembangunan Manusia) sebesar 79,81. Walikota Balikpapan Rizal Effendi mengatakan IPM Balikpapan di 2018 lebih tinggi dari IPM Nasional yakni 71.39 dan juga IPM Provinsi Kaltim 75,83. Sebagai catatan, di tahun 2018 berdasarkan peringkat IPM yang tertinggi, Kaltim menjadi provinsi diurutan ketiga setelah DKI Jakarta dan DIY Yogyakarta. ( Baca juga : Jabat Kapolda Kaltim, Herry Rudolf Nahak Lulusan Terbaik Akpol 90)

Di 2019, IPM Balikpapan meningkat menjadi 80,11. Angka tersebut pun membuat Balikpapan masuk dalam katagori daerah dengan IPM yang sangat tinggi. Sektor pendidikan memegang berkontribusi besar, sehingga IPM Balikpapan terus meningkat dari tahun ke tahun. Pasalnya, IPM dihitung berdasarkan atas harapan hidup, lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran per kapita.

Belum sempat perhatian pemerintah tercurah untuk sektor pendidikan di luar Jawa, datanglah pandemi. Semua upaya dan konsentrasi pemerintah pun beralih untuk menanggulangi dampak dari pandemi ini. Di bidang pendidikan, berupaya memutus mata rantai penularan Virus Corona, jadi prioritas yang utama. Kegiatan tatap muka di sekolah pun ditiadakan diganti dengan sistem pembelajaran jarak jauh alias belajar dari rumah. (Baca juga : Mewujudkan Merdeka Belajar Butuh Merdeka Jaringan Internet)

Di saat seperti ini, ternyata masih banyak pihak yang memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan. Seperti yang dilakukan oleh Yayasan Iman, Pengharapan dan Kasih (IPEKA), pengelola Sekolah Kristen IPEKA. Di saat pandemi ini, tetap membangun sekolah baru di Balikpapan, Kalimantan Timur. Sekolah yang bernama Sekolah Kristen IPEKA BALIKPAPAN II mulai dibangun pada Maret 2020, saat pandemi mulai menyapa Indonesia.

Yayasan IPEKA merupakan organisasi nirlaba yang mulai berdiri pada Mei 1978. Sekolah Kristen IPEKA beroperasi pertama kali pada Juli 1979. Sekolah Kristen IPEKA. Saat ini Sekolah IPEKA telah berdiri di 13 lokasi, yakni di Jakarta dan di luar pulau Jawa.

Saat ini pembangunan gedung sekolah tersebut terus berlangsung, diperkirakan akan rampung pada Mei 2021. Direncanakan para siswa pun sudah bisa memulai kegiatan belajar pada Juli 2021. Dan untuk proses penerimaan siswa baru sudah dimulai sejak saat ini.

Balikpapan dipilih sebagai lokasi pembangunan sekolah ini, karena memang kota ini memiliki potensi yang cukup besar dalam meningkatkan kualitas SDM. Terbukti dengan pesatnya pertumbuhan nilai IPM di kota yang kini berusia 123 itu.

Tak hanya IPM yang meningkat, pada 2015 lalu Balikpapan pun dinobatkan sebagai The Most Lovable Sustainable City for 2015 atau kota paling dicintai di dunia dalam kampanye "We Love Cities". Penghargaan ini merupakan bagian dari program WWF’s Earth Hour City Challenge 2015.

Ikut Mencerdaskan Bangsa
Kehadiran sekolah baru memang dibutuhkan oleh masyarakat Balikpapan. Seperti yang disampaikan olehAnggota Komisi IV DPRD Balikpapan Ardiansyah. Menurutnya, hampir setiap tahun di Balikpapan saat mulai tahun ajaran baru terjadi permasalahan saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Di tahun 2020 inipun terjadi hal yang sama mulai dari tingkat sekolah SD, SMP, hingga SMA/SMK. (Baca juga : Capaian Pendidikan Rendah, DPR: Kemendikbud Harus Buat 'Ramuan Mujarab')

Masalah ini terjadi akibat tidak sebandingnya, antara jumlah murid lulus sekolah dengan jumlah sekolah yang ada di Balikpapan. Kekurangan sekolah ini memang tengah dicari solusinya, namun saat ini masih terkendala karena adanya pandemi. Seluruh sumberdaya pemerintah baik di pusat maupun daerah dikerahkan untuk sesegara mungkin mengakhiri pandemi ini.

Yayasan IPEKA menyadari, kebutuhan akan sekolah berkualitas yang tinggi, khususnya di wilayah Indonesia Tengah dan Timur, seperti di Balikpapan. Hal ini dikarenakan, sekolah-sekolah berkualitas berperan penting sebagai sarana mempersiapkan generasi muda yang memiliki kemampuan akademik serta karakter yang unggul.

Dalam menjawab kebutuhan tersebut, IPEKA menunjukkan komitmennya dengan membangun sekolah di Balikpapan. Pembangunan sekolah ini juga merupakan bentuk kontribusi untuk ikut ambil bagian dalam memajukan Indonesia melalui pendidikan.

Setelah beroperasi nanti, sekolah ini akan menggunakan Kurikulum 2013 yang dimodifikasi untuk persiapan menjadi sekolah berstandar Internasional. Proses pembelajaran dimaksimalkan dengan penggunaan teknologi digital seperti penggunaan chromebook sebagai media pembelajaran.

Lebih dari itu, sekolah ini dirancang untuk menerapkan kurikulum berstandar internasional dengan mengedepankan pendidikan berbasis teknologi dan literasi. Harapannya, dalam dua atau tiga tahun ke depan, Sekolah Kristen IPEKA Balikpapan II dapat menjadi sekolah SPK (Satuan Pendidikan Kerja Sama) atau yang dahulu dikenal sebagai sekolah internasional.

Proses tatap muka saat pembelajaran juga lebih difokuskan pada kelas yang interaktif. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kompetensi yang harus dimiliki siswa di abad 21 yaitu 4C, yaitu Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), Creativity (kreativitas), Communication Skills (kemampuan berkomunikasi), dan Ability to Work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja sama) melalui aktivitas diskusi, debat, proyek sains sederhana, dan proyek sosial lainnya.

Menurut Alfian Samudra, Kepala Sekolah Kristen IPEKA BALIKPAPAN II, dalam proses pembelajarannya, sekolah ini akan selalu menanamkan lima nilai inti. Yaitu melayani, disiplin, integritas, pembelajar seumur hidup, dan saling menghargai.“Kami juga menekankan siswa-siswi memiliki empati serta menghargai keberagaman", ujarnya.

Sekolah ini juga memiliki dua program sosial yaitu Saudara Asuh, berupa dana sumbangan bersama dari siswa IPEKA yang akan disalurkan bagi anak-anak kurang mampu untuk bersekolah. Kemudian program Guru Asuh yaitu dukungan dana bagi guru-guru yang diutus untuk mengajar di daerah terpencil. Hal tersebut merupakan salah satu upaya IPEKA ikut membantu dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kehadiran sekolah ini diharapkan dapat menjadi pilihan terbaik bagi masyarakat Balikpapan dalam mendapatkan pendidikan berbasis teknologi dan literasi sekaligus pendidikan karakter unggulan.
(eko)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1276 seconds (0.1#10.140)