Teguhkan Kemandirian dengan Vaksin Merah Putih

Kamis, 03 September 2020 - 07:13 WIB
loading...
A A A
“Untuk jangka pendek, kita ini berebutan berlomba-lomba dengan negara lain dalam mendapatkan akses vaksin secepat-cepatnya. Alhamdulillah kita sudah mendapatkan komitmen 20-30 juta vaksin nanti di akhir tahun 2020 ini dalam bentuk barang jadi. Kemudian sampai akhir tahun 2021, kita juga sudah mendapatkan komitmen kira-kira 290 juta vaksin,” ujarnya.

Sementara itu, dalam jangka panjang, Indonesia mengembangkan vaksin Merah Putih yang saat ini masuk tahapan pembuatan benih vaksin karena prosesnya sudah mencapai 30 hingga 40%. “Direncanakan dapat diuji klinis pada awal tahun depan, Insya Allah ini siap produksi pada pertengahan 2021,” ujar Jokowi.

Deputi I Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif BPOM Rita Endang mengatakan, vaksin buatan Indonesia itu ditargetkan akan selesai pada 2021. BPOM juga akan mengawal pembuatan vaksin ini hingga nanti bisa digunakan di masyarakat.

"BPOM mulai nanti di dalamnya setelah selesai upscaling atau formulasi dilakukan di Bio Farma, nanti akan dilakukan uji praklinik. Fase uji klinik 1, 2, 3 BPOM terlibat di dalamnya untuk mulai dengan sertifikasi dan penerbitan uji klinis. Kemudian setelah selesai fase 1, 2, 3 maka akan dilakukan registrasi dengan timeline 20 hari kerja memberikan persetujuan masa pandemi. Baru kemudian dikomersialkan atau digunakan seluruh masyarakat Indonesia," katanya. (Baca juga: Pesawat Tempur Su-57 Akan Dapat 'Jubah Gaib')

Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio mengaku percepatan pembuatan vaksin Merah Putih saat ini terkendala lambannya pengadaan reagen. Pengadaan reagen atau cairan pereaksi kimia yang seharusnya hanya dua minggu memakan waktu hingga 6-8 minggu.

“Ini adalah kendala dan pemecahannya, sebetulnya secara teknis hampir tidak ada kendala. Hanya terkait dengan proses pengadaan reagen dan beberapa peralatan yang mengalami keterlambatan, biasanya dalam dua minggu sudah diperoleh, tapi ternyata ada yang 6-8 minggu baru datang,” katanya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX DPR, Senin (31/8/20).

Amin mengatakan, untuk pengembangan yeast expression system terkendala karena harus menunggu vektor. Namun, pihaknya terus melakukan komunikasi dengan vendor soal pengadaan vektor tersebut.

Untuk virus inactivation, Amin menambahkan, pihaknya kesulitan dalam melakukan impor reagen karena restriksi terkait toksisitas. Pihaknya juga terus berkomunikasi untuk penyelesaian masalah ini.

Namun demikian, Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Klinik Universitas Indonesia (UI) ini menegaskan, pihaknya terus berupaya agar pengembangan vaksin ini bisa selesai sesuai dengan jadwal karena SDM dan fasilitas dasarnya sudah tersedia di LBM Eijkman. “Hal-hal lain mungkin dapat kami sampaikan bahwa semuanya sesuai dengan jadwal, jadi tenaga manusia, fasilitas, dan peralatan dasarnya sudah tersedia semuanya,” tuturnya. (Baca juga: Dilanda Kekeringan, Petani Bogor Diminta Segera Urus Klaim Asuransi)

Konsorsium Vaksin Merah Putih
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1895 seconds (0.1#10.140)