Penuturan Megawati Terkait Bung Karno, Pancasila dan Politik

Jum'at, 10 Januari 2020 - 18:34 WIB
Penuturan Megawati Terkait Bung Karno, Pancasila dan Politik
Penuturan Megawati Terkait Bung Karno, Pancasila dan Politik
A A A
JAKARTA - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri merasa perjalanan politiknya sampai saat ini terasa luar biasa. Ia telah merasakan hampir kepedihan dan kepelikan dalam berpolitik, dan bahkan hampir menyerah. Namun, di tengah perasaannya itu, Megawati merasa ayahnya Bung Karno selalu mengingatkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Kata Presiden Kelima RI itu, tak mudah untuk membangun organisasi partai politik hingga usia partai itu mencapai 47 tahun. Ia mengingat bagaimana partai yang didirikannya itu berjuang di tengah rezim Orde Baru hingga pemerintahan Presiden Jokowi.

"Kegembiraan, kepedihan, kemajuan, harapan, kekecewaan, rasa pahit, rasa getir, manis, cemas, letih, babak belur, semua sudah kami alami. Setelah PDIP berturut-turut menang, dalam dua kali Pemilu, 2014 dan 2019, pertanyaan yang selalu menghentak dalam dada saya, inikah makna sesungguhnya sebuah kemenangan politik? Jika sudah menang pemilu, lalu mau apa?" kata Megawati dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional I PDIP di JIEXpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (10/1/2020).

Megawati menyampaikan hal itu di hadapan ribuan kadernya. Bukan hanya mereka, Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin dan sejumlah wakil presiden terdahulu yaitu Try Sutrisno, Budiono dan Jusuf Kalla juga hadir. Begitu juga petinggi lembaga dan kementerian ada di sana.

"Apakah menang pemilu berupa kemenangan elektoral? Jadi tujuan akhir bagi partai? Kegelisahan-kegelisahan tersebut selalu melingkari diri saya. Beberapa hari ini saya merenung, saya mencoba menggali kembali lembar-lembar kehidupan politik yang saya lewati. Perenungan spritual itu mengingatkan saya kepada kotak pandora ingatan, kotak yang berisi cita-cita dan gagasan politik laki-laki yang saya panggil bapak," jelas dia.

Bapak yang dimaksud Megawati adalah Bung Karno. Yang selalu mendidik Megawati sejak kecil untuk hidup di jalan pengabdian kepada tanah air dan bangsa. "Bapak mengatakan, saya memohon kepada Allah SWT, tetapkanlah kecintaannya pada tanah air dan bangsa, selalu menyala-menyala di dalam saya punya keadaan sampai terbawa masuk ke dalam kubur saat Allah memanggil," tutur Megawati.

Megawati pernah dalam posisi terendah saat memimpin Partai Demokrasi Indonesia. Saat itu, Megawati menyadari berada di posisi berseberangan dengan pemerintahan Soeharto. Namun, perbedaan itu membuat kantor pantor diserang pada 27 Juli 1996.

"Saya sangat merasa prihatin. Karena saya merasa bukan diri saya yang terobek. Tetapi hukum di Indonesia terobek. Karena bagaimana mungkin sebuah partai yang telah sah ditandatangani oleh republik ini lalu tiba-tiba diserang dan dengan korban yang sampai sekarang ini belum diketahui berapa jumlah yang sebenarnya," kata dia.

Meski kerap merasa terjatuh, Megawati selalu berpegangan kepada pesan sang bapak. Lalu, Megawati juga berpegangan pada keyakinan ideologi Pancasila yang memiliki gagasan membumi. Menurut dia, keyakinan itu menjadi penyulut semangat bahwa Pancasila harus diperjuangkan. Agar terwujud kemerdekaan yang penuh, makmur, adil, sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia. Bangsa Indonesia yang menyumbang penuh bagi dunia.

"Itulah doa bapak saya, yang dipanggil oleh rakyat Indonesia dengan sebutan Bung Karno. Doa bapak selalu menuntun saya disaat merasa gamang atau hampir kehilangan asa dalam pertarungan politik," kata Megawati.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7764 seconds (0.1#10.140)