10 Bulan Kembali Jadi Menteri, Ini Tujuh Capaian Keberhasilan Mentan Amran
loading...
A
A
A
Budiman mendukung program cetak sawah yang dijalankan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mempercepat swasembada pangan yang merupakan prioritas utama dari agenda panjang pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto pada 5 tahun ke depan. Prabowo ingin Indonesia benar-benar berdaulat dan memiliki kemandirian pangan yang berkelanjutan.
Menurut Budiman, desentralisasi produksi pangan merupakan salah satu strategi yang akan melibatkan puluhan ribu desa untuk melakukan intensifikasi maupun ekstensifikasi pertanian, terutama pada beberapa komoditi utama.
Sebagai informasi, Kementan dibawah pimpinan Andi Amran Sulaiman sukses mengerjakan optimasi lahan rawa atau Oplah seluas 40 ribu hektare di Merauke, Papua Selatan.
Saat ini, program tersebut sudah memasuki masa tanam dan panen sehingga mendapat sambutan hangat dari masyarakat sekitar. Mereka bersyukur tanah kelahirannya dijadikan program strategis nasional.
Optimasi lahan rawa ini akan menjadi pemanasan sebelum Kementan akan melakukan rencana besar mereka untuk cetak sawah baru di Merauke dengan total target 1 juta hektare. Program ini perlu dilakukan tidak hanya untuk menjadikan Indonesia mandiri pangan, tapi mewujudkan mimpi besar Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
Uskup Agung Kabupaten Merauke, Papua Selatan, Petrus Canisius Mandagi bahkan menyebut oplah dan cetak sawah merupakan proyek kemanusiaan bagi masyarakat Papua yang selama ini memiliki tanah subur namun belum dikelola secara baik.
Menurutnya, pertanian adalah sektor yang berkaitan erat dengan kebutuhan pokok sehari-hari, yaitu makanan. Maka dari itu, apa yang dicanangkan pemerintah memiliki tujuan yang sama dengan hukum agama yang masyarakat Papua anut.
Rencana cetak sawah baru juga disambut oleh warga setempat. Ketua adat dari salah satu marga di Kampung Kaliki, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Albertus Mahuse mengatakan, warganya sudah mengajukan dari 5 tahun lalu agar lahan mereka bermanfaat. Namun, baru bisa dibantu pemerintah saat ini dengan dibukakan lahan seluas 1.000 hektare yang terbagi di 3 titik.
Albertus menambahkan, pihaknya juga sudah mengumpulkan alat mesin pertanian (alsintan) seperti combine harvester, transplanter, traktor, dan pompa air.
"Kami akan mengusulkan pak menteri alat excavator, semua. Sudah dibantu sementara,nanti kami akan bekerja dan akan meminta pertolongan kepada pemerintah alat-alat pengolahan, seperti jonder, traktor, pompa air, termasuk benih. Ya combine juga," tuturnya.
Menurut Budiman, desentralisasi produksi pangan merupakan salah satu strategi yang akan melibatkan puluhan ribu desa untuk melakukan intensifikasi maupun ekstensifikasi pertanian, terutama pada beberapa komoditi utama.
Sebagai informasi, Kementan dibawah pimpinan Andi Amran Sulaiman sukses mengerjakan optimasi lahan rawa atau Oplah seluas 40 ribu hektare di Merauke, Papua Selatan.
Saat ini, program tersebut sudah memasuki masa tanam dan panen sehingga mendapat sambutan hangat dari masyarakat sekitar. Mereka bersyukur tanah kelahirannya dijadikan program strategis nasional.
Optimasi lahan rawa ini akan menjadi pemanasan sebelum Kementan akan melakukan rencana besar mereka untuk cetak sawah baru di Merauke dengan total target 1 juta hektare. Program ini perlu dilakukan tidak hanya untuk menjadikan Indonesia mandiri pangan, tapi mewujudkan mimpi besar Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
Uskup Agung Kabupaten Merauke, Papua Selatan, Petrus Canisius Mandagi bahkan menyebut oplah dan cetak sawah merupakan proyek kemanusiaan bagi masyarakat Papua yang selama ini memiliki tanah subur namun belum dikelola secara baik.
Menurutnya, pertanian adalah sektor yang berkaitan erat dengan kebutuhan pokok sehari-hari, yaitu makanan. Maka dari itu, apa yang dicanangkan pemerintah memiliki tujuan yang sama dengan hukum agama yang masyarakat Papua anut.
Rencana cetak sawah baru juga disambut oleh warga setempat. Ketua adat dari salah satu marga di Kampung Kaliki, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Albertus Mahuse mengatakan, warganya sudah mengajukan dari 5 tahun lalu agar lahan mereka bermanfaat. Namun, baru bisa dibantu pemerintah saat ini dengan dibukakan lahan seluas 1.000 hektare yang terbagi di 3 titik.
Albertus menambahkan, pihaknya juga sudah mengumpulkan alat mesin pertanian (alsintan) seperti combine harvester, transplanter, traktor, dan pompa air.
"Kami akan mengusulkan pak menteri alat excavator, semua. Sudah dibantu sementara,nanti kami akan bekerja dan akan meminta pertolongan kepada pemerintah alat-alat pengolahan, seperti jonder, traktor, pompa air, termasuk benih. Ya combine juga," tuturnya.