Festival Biduk Sayak, Lebih dari Sekadar Tradisi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Semangat pelestarian tradisi lokal serta pemberdayaan ekonomi masyarakat diangkat dalam Festival Biduk Sayak yang digelar di Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Berbagai elemen budaya, lingkungan, dan ekonomi digabungkan menjadikannya lebih dari sekadar perayaan tradisi.
Festival yang berlangsung di Halaman Kantor Kecamatan Air Hitam, Rabu, 18 September 2024 ini juga menampilkan parade budaya, pertunjukan seni, bazar UMKM, hingga kegiatan penanaman pohon sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan. Festival Biduk Sayak juga tidak hanya menonjolkan sisi tradisional, tetapi juga menyentuh isu-isu kontemporer yang relevan dengan masyarakat modern.
Direktur Festival Biduk Sayak Muktar B, mengungkapkan tujuan utama festival ini adalah untuk menjaga keseimbangan antara pelestarian budaya dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. “Selain menghidupkan kembali tradisi melalui parade dan pertunjukan seni, festival ini juga mendukung ekonomi lokal dengan menghadirkan bazar UMKM yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sarolangun,” kata Muktar.
Dia juga bicara pentingnya kolaborasi berbagai pihak dalam mewujudkan acara ini. Dia menuturkan, tantangan terbesar dalam mengorganisir festival ini adalah mengintegrasikan berbagai elemen budaya, ekonomi, dan lingkungan dalam satu rangkaian acara yang saling mendukung.
“Namun, dukungan dan antusiasme penuh dari masyarakat membuat tantangan ini menjadi kesempatan besar untuk memperkuat identitas daerah,” katanya.
Festival Biduk Sayak turut melibatkan masyarakat setempat yang merasakan langsung dampak positif dari kegiatan ini, mulai dari penampil tradisi kesenian dan budaya setempat, pelaku UMKM, dan seluruh masyarakat yang hadir. Hal ini dikatakan oleh Pelaksana Tugas Camat Air Hitam, Haryono, yang menyatakan Festival Biduk Sayak tidak hanya mempererat tali silaturahmi antarwarga, tetapi juga memberikan peluang ekonomi melalui bazar UMKM.
“Kami berharap festival ini terus berlanjut setiap tahunnya dan semakin berkembang,” ungkapnya.
Kegiatan penanaman 1.500 pohon kehidupan masa depan juga menjadi bagian penting dalam festival ini. Warga menyambut baik kegiatan tersebut, karena tidak hanya meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi kelestarian alam di Sarolangun.
Festival Biduk Sayak diharapkan menjadi ajang tahunan yang semakin besar dan berkelanjutan, tidak hanya dalam melestarikan tradisi budaya, tetapi juga dalam memberdayakan ekonomi lokal serta menjaga keseimbangan lingkungan. Diketahui, Festival Biduk Sayak merupakan satu dari 12 festival budaya Kenduri Swarnabhumi 2024 yang diharapkan menjadi katalis bagi upaya pelestarian budaya dan lingkungan di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Batanghari, membangkitkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan nenek moyang untuk generasi mendatang.
Kenduri Swarnabhumi akan digelar di DAS Batanghari, yakni di 10 Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dan satu Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat dengan mengangkat narasi hubungan penting antara kebudayaan dengan pelestarian lingkungan, khususnya sungai, dan sebaliknya juga tentang pelestarian lingkungan untuk kebudayaan berkelanjutan.
Rangkaian pagelaran festival budaya yang akan diselenggarakan oleh masyarakat setempat ini, menjadi momentum memperkuat semangat kemandirian dalam mengangkat kearifan lokalnya. Setiap festival yang digelar akan berkoordinasi dengan Direktur Festival dan Kurator Lokal serta didukung Kemendikbudristek melalui Direktorat Perfilman Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Festival yang berlangsung di Halaman Kantor Kecamatan Air Hitam, Rabu, 18 September 2024 ini juga menampilkan parade budaya, pertunjukan seni, bazar UMKM, hingga kegiatan penanaman pohon sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan. Festival Biduk Sayak juga tidak hanya menonjolkan sisi tradisional, tetapi juga menyentuh isu-isu kontemporer yang relevan dengan masyarakat modern.
Direktur Festival Biduk Sayak Muktar B, mengungkapkan tujuan utama festival ini adalah untuk menjaga keseimbangan antara pelestarian budaya dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. “Selain menghidupkan kembali tradisi melalui parade dan pertunjukan seni, festival ini juga mendukung ekonomi lokal dengan menghadirkan bazar UMKM yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sarolangun,” kata Muktar.
Dia juga bicara pentingnya kolaborasi berbagai pihak dalam mewujudkan acara ini. Dia menuturkan, tantangan terbesar dalam mengorganisir festival ini adalah mengintegrasikan berbagai elemen budaya, ekonomi, dan lingkungan dalam satu rangkaian acara yang saling mendukung.
“Namun, dukungan dan antusiasme penuh dari masyarakat membuat tantangan ini menjadi kesempatan besar untuk memperkuat identitas daerah,” katanya.
Festival Biduk Sayak turut melibatkan masyarakat setempat yang merasakan langsung dampak positif dari kegiatan ini, mulai dari penampil tradisi kesenian dan budaya setempat, pelaku UMKM, dan seluruh masyarakat yang hadir. Hal ini dikatakan oleh Pelaksana Tugas Camat Air Hitam, Haryono, yang menyatakan Festival Biduk Sayak tidak hanya mempererat tali silaturahmi antarwarga, tetapi juga memberikan peluang ekonomi melalui bazar UMKM.
“Kami berharap festival ini terus berlanjut setiap tahunnya dan semakin berkembang,” ungkapnya.
Kegiatan penanaman 1.500 pohon kehidupan masa depan juga menjadi bagian penting dalam festival ini. Warga menyambut baik kegiatan tersebut, karena tidak hanya meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi kelestarian alam di Sarolangun.
Festival Biduk Sayak diharapkan menjadi ajang tahunan yang semakin besar dan berkelanjutan, tidak hanya dalam melestarikan tradisi budaya, tetapi juga dalam memberdayakan ekonomi lokal serta menjaga keseimbangan lingkungan. Diketahui, Festival Biduk Sayak merupakan satu dari 12 festival budaya Kenduri Swarnabhumi 2024 yang diharapkan menjadi katalis bagi upaya pelestarian budaya dan lingkungan di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Batanghari, membangkitkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan nenek moyang untuk generasi mendatang.
Kenduri Swarnabhumi akan digelar di DAS Batanghari, yakni di 10 Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dan satu Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat dengan mengangkat narasi hubungan penting antara kebudayaan dengan pelestarian lingkungan, khususnya sungai, dan sebaliknya juga tentang pelestarian lingkungan untuk kebudayaan berkelanjutan.
Rangkaian pagelaran festival budaya yang akan diselenggarakan oleh masyarakat setempat ini, menjadi momentum memperkuat semangat kemandirian dalam mengangkat kearifan lokalnya. Setiap festival yang digelar akan berkoordinasi dengan Direktur Festival dan Kurator Lokal serta didukung Kemendikbudristek melalui Direktorat Perfilman Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan.
(maf)