5 Maestro Tradisi Peraih Penghargaan AKI 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Puncak Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) 2024 digelar di The Tribrata Hotel and Convention Darmawangsa, Jakarta, Selasa (17/9/2024). Acara yang digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan bertajuk Persembahan Istimewa Bagi Penggerak Budaya.
Acara tersebut dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Mendikbudristek Nadiem Makarim, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid, perwakilan kementerian/lembaga dari Kabinet Indonesia Maju, Kepala Dinas Kebudayaan, Asosiasi Profesi Bidang Kebudayaan, perwakilan Kedutaan negara-negara sahabat, serta sejumlah seniman dan budayawan.
Kriteria penerima AKI 2024 dibagi menjadi dua jenis yakni Tanda Kehormatan dari Presiden Republik Indonesia terdiri dari Bintang Budaya Parama Dharma dan Satyalancana Kebudayaan, serta penghargaan Mendikbudristek meliputi kategori Maestro Seni Tradisi, Pelestari, Pelopor dan/atau Pembaru, Lembaga dan Perorangan Asing, Media, dan Anak.
Lima nama penggerak budaya terpilih menerima penghargaan AKI 2024 untuk kategori Maestro Tradisi. Mereka adalah Temu Misti (gandrung Banyuwangi), Tatang Setiadi (seni tradisi Sunda), Rusini (seni tari), Kartolo (ludruk), dan Baiya (pedendang nyanyian panjang).
1. Gandrung adalah cinta Temu Misti
Temu Misti dilahirkan di Dusun Kedaleman Desa Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur, 71 tahun lalu. Temu menggeluti Gandrung sejak 1968, kala usianya masih 15 tahun dengan ciri khas vokal yang lantang, timbre padat, serta penghayatan total.
Hal itu membuat Temu semakin populer sebagai penari Gandrung profesional. Temu dalam sebulan dapat menerima undangan hingga 21 hari atau selama setahun hingga sebelas bulan, kecuali di bulan Suro.
“Bagi saya, Gandrung itu ibarat cinta. Saya tidak pernah bosan dan mengeluh menjadi seniman Gandrung karena saya sangat mencintai bidang ini. Saya ingin menularkan kecintaan ini kepada generasi muda,” kata Temu saat ditemui di sela-sela rangkaian malam puncak AKI 2024.
Temu juga punya Sanggar Tari Sopo Ngiro yang mewariskan Gandrung kepada generasi muda sekaligus ikut melestarikannya. Di sanggar tersebut, Temu melatih generasi muda agar mengenal dan mendalami seni Gandrung.
Temu juga dianugerahi penghargaan Maestro Gandrung dan tampil di Taman Ismail Marzuki pada 2012. Temu tercatat sebagai bagian Tim Kebudayaan Indonesia di Frankfurt Book Fair pada 2015.
Acara tersebut dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Mendikbudristek Nadiem Makarim, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid, perwakilan kementerian/lembaga dari Kabinet Indonesia Maju, Kepala Dinas Kebudayaan, Asosiasi Profesi Bidang Kebudayaan, perwakilan Kedutaan negara-negara sahabat, serta sejumlah seniman dan budayawan.
Kriteria penerima AKI 2024 dibagi menjadi dua jenis yakni Tanda Kehormatan dari Presiden Republik Indonesia terdiri dari Bintang Budaya Parama Dharma dan Satyalancana Kebudayaan, serta penghargaan Mendikbudristek meliputi kategori Maestro Seni Tradisi, Pelestari, Pelopor dan/atau Pembaru, Lembaga dan Perorangan Asing, Media, dan Anak.
Baca Juga
Lima nama penggerak budaya terpilih menerima penghargaan AKI 2024 untuk kategori Maestro Tradisi. Mereka adalah Temu Misti (gandrung Banyuwangi), Tatang Setiadi (seni tradisi Sunda), Rusini (seni tari), Kartolo (ludruk), dan Baiya (pedendang nyanyian panjang).
1. Gandrung adalah cinta Temu Misti
Temu Misti dilahirkan di Dusun Kedaleman Desa Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur, 71 tahun lalu. Temu menggeluti Gandrung sejak 1968, kala usianya masih 15 tahun dengan ciri khas vokal yang lantang, timbre padat, serta penghayatan total.
Hal itu membuat Temu semakin populer sebagai penari Gandrung profesional. Temu dalam sebulan dapat menerima undangan hingga 21 hari atau selama setahun hingga sebelas bulan, kecuali di bulan Suro.
“Bagi saya, Gandrung itu ibarat cinta. Saya tidak pernah bosan dan mengeluh menjadi seniman Gandrung karena saya sangat mencintai bidang ini. Saya ingin menularkan kecintaan ini kepada generasi muda,” kata Temu saat ditemui di sela-sela rangkaian malam puncak AKI 2024.
Temu juga punya Sanggar Tari Sopo Ngiro yang mewariskan Gandrung kepada generasi muda sekaligus ikut melestarikannya. Di sanggar tersebut, Temu melatih generasi muda agar mengenal dan mendalami seni Gandrung.
Temu juga dianugerahi penghargaan Maestro Gandrung dan tampil di Taman Ismail Marzuki pada 2012. Temu tercatat sebagai bagian Tim Kebudayaan Indonesia di Frankfurt Book Fair pada 2015.