Rektor Cantik Risa Santoso: Kita Tak Kalah dengan Luar Negeri

Senin, 11 November 2019 - 19:41 WIB
Rektor Cantik Risa Santoso: Kita Tak Kalah dengan Luar Negeri
Rektor Cantik Risa Santoso: Kita Tak Kalah dengan Luar Negeri
A A A
MALANG - "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia." Demikian kutipan pernyataan dari Ir Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia.

Pendiri bangsa ini, begitu besar menaruh perhatiannya kepada generasi muda untuk membangun Indonesia menjadi kekuatan besar yang disegani dunia. Bahkan, dia menggambarkan hanya membutuhkan 10 pemuda untuk mengguncang dunia.

Kaum muda memang menjadi kekuatan luar biasa. Sejarah dunia juga telah mencatat, bagaimana perubahan besar, dan gerakan revolusi selalu berawal dari kaum muda yang terdidik dan memiliki kesadaran untuk bersatu bersama masyarakat.

Menjadi terdidik dengan kekuatan idealisme yang tumbuh di dalam diri, serta kemaunnya untuk terus berdiri pada kepentingan masyarakat yang lebih luas. Tentunya, menjadi kekuatan kaum muda dalam melakukan perubahan terhadap bangsa ini.

Semangat baru dengan harapan yang kuat, juga selalu tumbuh pada diri anak-anak muda. Hal itu juga terlihat dari tatapan mata Risa Santoso, yang pada 27 Oktober 2019 telah memasuki usianya yang ke-27.

Perempuan berbaras cantik ini, pada hari jadinya tersebut mendapatkan hadiah dan amanah yang luar biasa besar, yakni menjadi Rektor Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Asia Malang.

Ya, tidak banyak pimpinan perguruan tinggi diisi oleh anak muda. Bayangan selama ini, seorang rektor adalah para orang tua dengan gelar akademis begitu banyak, dan sarat pengalaman di bidang pendidikan tinggi.

Tetapi, sosok Riza Santoso seolah menjadi pendobrak tradisi di dunia pendidikan tinggi. Kehadirannya, seperti membelalakkan mata, layaknya Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk Nadiem Anwar Makarin menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).

Kehadiran Risa Santoso, yang bukan hanya muda, tetapi juga berparas cantik ini, tentunya langsung menjadi buah bibir atau viral di dunia maya. Nada kagum, dan bahkan ragu akan kemampuan sang rektor baru nan rupawan itu bercampur aduk di dunia maya yang semakin marak mengalir di setiap sendi kehidupan masyarakat masa kini.

"Tentunya bukan ekspektasi saya menjadi viral seperti ini," ujar Risa Santoso begitu ringan, ketika ditanya tentang viralnya dirinya yang masih muda, cantik, dan lulusan Amerika Serikat (AS) tiba-tiba menjadi pimpinan perguruan tinggi.

Bukan tiba-tiba sebenarnya kehadiran Risa di STMIK Asia Malang. Sebelumnya, lulusan sarjana strata satu (S-1) University of California, Berkeley, AS ini, merupakan Direktur Pengembangan Bisnis di STMIK Asia Malang.

Perempuan yang selalu aktif dan ramah itu, juga sempat mencicipi duduk sebagai Tenaga Ahli Juda di Kantor Staf Presiden Republik Indonesia. Sebelum akhirnya memilih untuk menerima jabatan baru sebagai rektor.

Baginya, menjadi viral seperti saat ini sebuah tantangan besar untuk mengemban amanah menahkodai lembaga pendidikan yang memiliki lima progran studi S-1, dan satu program studi pasca sarjana (S-2) tersebut.

"Pastinya ini merupakan tantangan besar bagi saya dan lembaga pendidikan yang saya pimpin. Bagaimana institusi ini menjadi bagus dengan lululusan yang bagus, untuk menjawab kebutuhan masyarakat," tuturnya, dengan senyuman yang khas.

Penyandang gelar Master Education of Harvard University ini menilai, saat ini di Indonesia, anak-anak muda sudah waktunya tampil memimpin dan memberikan manfaat bagi masyarakat.

"Kehadiran anak-anak muda sebagai pemimpin, tentunya penting untuk memberikan dampak baik bagi masyarakat Indonesia," tuturnya.

Harapan yang diungkapkan Risa, tentunya tidak muluk-muluk. Mengingat, dia juga bagian dari anak-anak muda yang memiliki idealisme tinggi, dan menjadi kekuatan untuk melakukan perubahan bagi Indonesia, melalui dunia pendidikan tinggi.

Kehadirannya di dunia pendidikan tinggi, tentunya sudah sangat tepat dengan teori yang diungkapkan Paulo Feire, yakni Pendidikan harus berintikan pembebasan kesadaran, atau dialogika. Memancing mereka untuk berdialog, membiarkan mereka mengucapkan sendiri perkataannya. Mendorong mereka untuk menamai dan dengan demikian mengubah dunia".

Sejak muda, Risa selalu tertarik dengan dunia pendidikan. Hal ini, membuatnya menjatuhkan pilihan untuk menempuh pendidikan S-1 dan S-2 di negeri Paman Sam, khusus di bidang pendidikan.

Bagi perempuan yang juga menjadi inisiator aktivitas Asia Entrepreneurship Training Program (AETP) untuk pengembangan startup muda Indonesia tersebut, pendidikan di Indonesia, memiliki potensi yang sangat besar untuk terus dikembangkan.

"Kita tidak kalah dengan luar negeri. Tetapi, yang dibutuhkan saat ini adalah bagaimana membangkitkan potensi itu menjadi kekuatan besar, dengan terus membangun nilai-nilai integritas," katanya.

Potensi yang dimiliki Indonesia, menurut dia, sangat besar di level apa pun. Tentunya, dibutuhkan anak-anak muda yang berintegritas untuk mengangkat potensi tersebut. Integritas bagi anak muda, menurutnya sangat penting, karena integritas itulah yang membawa anak-anak muda mampu bersaing di segala bidang.

"Kita butuh membangun nilai integritas, baik itu kejujuran, kedisiplinan, dan konsistensi. Dengan nilai-nilai integritas itulah, anak-anak muda akan mampu masuk ke dunia industri, maupun usaha mandiri, serta bermanfaat di masa depan," ujarnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4958 seconds (0.1#10.140)