Kesederhanaan Paus Fransiskus Harus Jadi Contoh Gaya Hidup Pejabat

Rabu, 04 September 2024 - 19:42 WIB
loading...
A A A
Mengutip Henk Ten Napel dalam Kamus Teologi Inggris-Indonesia (2011), Pieter Zulkifli menuturkan hedonisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu ἡδονή hēdonē yang berarti kesenangan, kebahagiaan atau kenikmatan. Beberapa studi menemukan perilaku ini berkaitan erat dengan tindakan korupsi. Pieter Zulkifli juga mengulas jurnal berjudul 'Hubungan Konsumtif dan Hedonis Terhadap Intensi Korupsi (2020)', Giska Salsabella Nur Afifah. Dalam jurnal itu disebutkan kaitan erat antara tiga hal; hedonisme, perilaku konsumtif, dan korupsi.

Perilaku konsumtif merupakan kecenderungan konsumsi tiada batas, contohnya membeli sesuatu yang berlebihan secara tidak terencana. Sementara itu, hedonisme adalah gaya hidup yang memandang kesenangan dan kenikmatan duniawi sebagai tujuan utama. Perilaku konsumtif atau konsumsi berlebihan menyebabkan hedonisme, begitu pula sebaliknya.

"Masalahnya, tidak semua penganut hedonisme punya kantong yang benar-benar tebal. Kondisi finansial tak selalu mampu memenuhi keinginan mereka, sehingga pada saat tertentu kerap berujung menghalalkan segala cara. Termasuk melakukan korupsi," tutur Pieter Zulkifli.

Setali tiga uang dengan Giska, temuan Yosefo Gule dalam penelitiannya berjudul 'Studi Teologi-Etis Hubungan Perilaku Korupsi sebagai Dampak Sikap Hidup Hedonis (2021) menunjukkan hasil tak jauh beda. Pieter Zulkifli mengatakan jika Yosefo berkesimpulan bahwa korupsi merupakan dampak gaya hidup hedon yang berawal dari keinginan pribadi.

Hedonis tidak kuasa mengontrol hasrat untuk mendapatkan sesuatu. "Dorongan bermewah-mewah sebagai sikap hedonisme merupakan pemicu perilaku korup para pejabat. Padahal, pejabat-pejabat yang digaji dari uang rakyat seharusnya bekerja dan menjadi pelayan rakyat, bukan sebaliknya," imbuhnya.

Di akhir analisisnya, mantan Ketua Komisi III DPR RI ini menilai sikap kesederhanaan seorang Sri Paus yang memimpin lebih dari 1,2 miliar umat Katolik di seluruh dunia itu tentu menimbulkan pertanyaan besar bagi banyak pihak. Salah satunya, ketidakmampuan pejabat di Indonesia untuk meniru cara hidup Sri Paus. "Mengapa kebanyakan pejabat di Indonesia justru ketagihan dengan fasilitas mewah dan terjebak dalam gaya hidup hedon? Bukankah yang lebih penting adalah bagaimana mereka bisa melayani dan membawa perubahan positif bagi masyarakat?" kata Pieter Zulkifli.

Dia berpandangan kesederhanaan Sri Paus adalah sebuah tamparan bagi para pejabat di Indonesia. Menurutnya, pesan yang disampaikan Sri Paus bukan hanya soal gaya hidup, tetapi juga soal moralitas dan integritas. "Pejabat publik seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat, bukan sebaliknya. Mereka seharusnya menunjukkan bahwa kekayaan bukanlah ukuran keberhasilan, tetapi bagaimana mereka bisa melayani dan membawa perubahan positif bagi masyarakat," kata dia.

Dia menilai masyarakat Indonesia kini semakin kritis dan peka terhadap gaya hidup para pemimpinnya. Pieter Zulkifli menyebut masyarakat tidak lagi mudah terpana dengan kemewahan yang ditampilkan, tetapi lebih memperhatikan sejauh mana para pemimpin ini benar-benar bekerja untuk kesejahteraan rakyat.

Dirinya kembali menekankan jika kesederhanaan Sri Paus adalah contoh nyata bahwa kekuasaan dan tanggung jawab tidak harus datang dengan kemewahan. Sebaliknya, itu bisa dan seharusnya datang dengan kerendahan hati dan kesederhanaan.

"Bagi para pejabat di Indonesia, ini adalah saat yang tepat untuk merenungkan kembali apa yang benar-benar penting dalam menjalankan amanah yang telah dipercayakan kepada mereka. Apakah mereka akan mengikuti teladan kesederhanaan ini, atau terus mempertahankan gaya hidup mewah yang akhirnya bisa merusak kepercayaan rakyat?" tegas Pieter Zulkifli.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1504 seconds (0.1#10.140)