Pembelotan Elite Korea Utara Tanda Krisis Serius bagi Rezim Kim Jong-un

Senin, 02 September 2024 - 18:06 WIB
loading...
Pembelotan Elite Korea...
Makin banyak elite Korea Utara yang membelot ke Korea Selatan. Foto: Ilustrasi/SINDOnews/Masyhudi
A A A
Kim Chul Jin
Mantan Kepala Perusahaan Perdagangan Korea Utara di Luar Negeri

BARU-baru ini, Ri Il-kyu, mantan Konselor di Kedutaan Korea Utara di Kuba, membelot bersama keluarganya dan datang ke Korea Selatan.

Mantan Konselor tersebut menyatakan motivasinya membelot: ‘'Korea Utara akan menjadi masyarakat yang suram karena tidak akan memiliki masa depan akibat eksploitasi tenaga kerja, penilaian yang tidak adil, dan kemarahan terhadap rezim. Saya tidak dapat membiarkan anak-anak saya hidup di masyarakat Korea Utara.'’ Pikiran ini tampaknya tidak hanya dimiliki oleh mantan Konselor Ri Il-kyu.

Apa yang dirasakan mantan Konselor Ri Il-kyu merupakan kekhawatiran yang dirasakan oleh semua orang di Korea Utara. Saya selalu khawatir tentang masa depan anak-anak saya, baik ketika saya berada di Korea Utara maupun saat saya bertugas di Kantor Perwakilan Perdagangan Luar Negeri.

Memikirkan masa depan di Korea Utara, di mana masa depannya tidak jelas, bagaikan mimpi sia-sia seperti mencoba menangkap pelangi di langit. Gagasan untuk setia kepada keluarga Kim selama sisa hidup adalah penderitaan yang hanya bisa saya tanggung, namun saya ingin anak-anak saya hidup di dunia tanpa kekhawatiran, di mana tidak ada pengawasan dan kontrol, serta di mana mereka bisa menikmati kebebasan.

Saya memutuskan untuk membelot demi masa depan anak-anak saya, dengan pemikiran yang sama seperti mantan Konselor Ri Il-kyu. Pembelotan Ri Il-kyu kemungkinan besar telah memberikan pukulan psikologis yang signifikan bagi pemerintah Korea Utara, para diplomat dan kantor perwakilannya di luar negeri, para pekerjanya yang bertugas di luar negeri, serta rakyatnya di dalam Korea Utara.

Rezim Korea Utara mungkin khawatir bahwa kontrol dan pengawasan saja tidak akan mampu mencegah gelombang keinginan akan kebebasan. Dan hal itu sepertinya telah memberi harapan kepada warga Korea Utara bahwa dengan tekad dan keberanian saja, mereka bisa menemukan kebebasan.

Pembelotan mantan Konselor Ri Il-kyu mungkin merupakan tanda bahwa keruntuhan rezim Korea Utara telah dimulai. Hal ini menunjukkan bahwa elit Korea Utara, yang tidak yakin akan masa depan mereka, dapat berbalik arah kapan saja mereka melihat peluang.

Mantan Konselor Ri berkata, 'Para diplomat Korea Utara merupakan Kotjebi (anak-anak tunawisma di Korea Utara) yang berdasi... gaji mereka $0,03 per bulan.' Ini adalah gaji bulanan yang umum bagi seorang pegawai pemerintah Korea Utara, dan jumlah ini bahkan kurang dari harga satu kilogram beras.

Sudah lama berlalu masa di mana mereka bisa mengandalkan gaji untuk kebutuhan sehari-hari di Korea Utara. Akibatnya, korupsi telah menjadi begitu meluas di masyarakat Korea Utara sehingga menjadi penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Menuntut dan membayar suap telah menjadi begitu normal.

Ketika saya mendengar cerita mantan Konselor Ri Il-kyu tentang pengalamannya saat kembali dari perjalanan bisnis ke Korea Utara, di mana wakil direktur mencoba memanggilnya kembali setelah Ri menolak memenuhi permintaan suap, saya merasa fenomena suap ini lebih mencolok daripada sebelumnya.

Kementerian Luar Negeri adalah wajah Korea Utara di mata masyarakat internasional dan juga merupakan simbol Korea Utara. Namun, jika para pejabat yang bekerja di Kementerian Luar Negeri adalah Kotjebi, tidak ada lagi yang bisa dikatakan tentang kehidupan warga biasa.

Warga Korea Utara hidup dari hari ke hari, tanpa mimpi atau harapan untuk masa depan. Karena mereka berjuang untuk bertahan hidup.

Karena hati rakyat adalah kehendak surga, saya percaya bahwa demokratisasi di Korea Utara hanya masalah waktu jika para elit mulai bergerak dan ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah meledak.

Menyadari hal ini, rezim Kim Jong-un akan terus menerapkan kebijakan ketakutan untuk membasmi semangat demokratisasi di antara rakyat, dan akan semakin mengintensifkan kebijakan pengisolasian, termasuk pengawasan, kontrol, dan hukuman kolektif.

Namun, seperti telapak tangan tidak dapat menghalangi matahari di langit, pedang dan senjata tidak dapat menghentikan gelombang besar menuju kebebasan dan demokrasi. Lebih banyak warga Korea Utara akan membelot untuk mencari kebebasan dan demokrasi, sehingga tampaknya sudah jelas bahwa rezim akan jatuh.

Terakhir, sebagai pembelot Korea Utara, saya dengan tulus berharap bahwa mantan Konselor Ri Il-kyu dan keluarganya akan memiliki permukiman kembali yang aman dan sukses di Korea Selatan.
(jon)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1008 seconds (0.1#10.140)