Biografi Cut Nyak Dien: dari Kehidupan, Perjuangan, hingga Kematian
loading...
A
A
A
JAKARTA - Cut Nyak Dien adalah salah satu dari banyaknya pahlawan yang telah mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan Indonesia. Wanita berjuluk Ratu Aceh ini terus melakukan perlawanan kepada Belanda supaya pergi dari tanah kelahirannya, Aceh.
Dalam sejarah Aceh, ada beberapa tokoh wanita yang menjadi pahlawan bahkan ikut dalam pertempuran. Di antaranya Cut Nyak Meutia, Pocut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cut Nyak Dien.
Ketika masih berusia 12 tahun, Cut Nyak Dien dijodohkan dengan Teuku Ibrahim Lamnga, putra dari Teuku Po Amat, Uleebalang Lam Nga XIII.
Riwayat sejarah Aceh mencatatkan bahwa Teuku Ibrahim berjuang melawan kolonial Belanda. Teuku Ibrahim sering kali meninggalkan Cut Nyak Dien dan anaknya karena melakukan tugas mulia yaitu berjuang melawan kolonial Belanda.
Namun tak lama kemudian Teuku Ibrahim Lamnga gugur dalam pertempuran melawan Belanda pada 1878. Perjuangan Teuku Ibrahim dilanjutkan Cut Nyak Dien bersama suami kedua Teuku Umar.
Dalam hal ini Cut Nyak Dien berperan sebagai motor penggerak mengantarkan Teuku Umar pada puncak karirnya sebagai pejuang yang tewas oleh peluru Belanda.
Gugurnya Teuku umar tidak membuat semangat Cut Nyak Dien runtuh begitu saja. Ia terus maju ke depan untuk memimpin pasukan. Kurang lebih selama enam tahun dirinya terus berjuang menghadapi kolonial.
Dengan keadaan fisiknya yang kian melemah, panglima pasukannya, Pang Laot berkhianat. Hal inilah yang membuat Belanda berhasil menemukan persembunyian Cut Nyak Dien dan menawannya.
Cut Nyak Dien ditahan bersama seorang ulama bernama Ilyas. Ulama tersebut segera menyadari bahwa Cut Nyak Dien merupakan ahli dalam agama Islam. Hal itu membuat Cut Nyak Dien dijuluki sebagai 'Ibu Perbu'.
Pahlawan asal Aceh ini meninggal pada 6 November 1908 karena usianya yang sudah tua dan kondisinya yang sering sakit-sakitan. Cut Nyak Dien dimakamkan di daerah pengasingannya di Sumedang. Makamnya baru ditemukan pada 1959 karena permintaan Ali Hasan, Gubernur Aceh saat itu.
Melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 1964, Cut Nyak Dien resmi dijadikan sebagai Pahlawan Nasional pada 2 Mei 1962.
Dalam sejarah Aceh, ada beberapa tokoh wanita yang menjadi pahlawan bahkan ikut dalam pertempuran. Di antaranya Cut Nyak Meutia, Pocut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cut Nyak Dien.
Kehidupan Awal Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dien lahir pada 1848 di Kampung Lam Padang Peukan Bada, wilayah VI Mukim, Aceh Besar. Ia berasal dari golongan darah biru, dan dikenal sebagai gadis yang cerdas sejak kecil.Ketika masih berusia 12 tahun, Cut Nyak Dien dijodohkan dengan Teuku Ibrahim Lamnga, putra dari Teuku Po Amat, Uleebalang Lam Nga XIII.
Riwayat sejarah Aceh mencatatkan bahwa Teuku Ibrahim berjuang melawan kolonial Belanda. Teuku Ibrahim sering kali meninggalkan Cut Nyak Dien dan anaknya karena melakukan tugas mulia yaitu berjuang melawan kolonial Belanda.
Namun tak lama kemudian Teuku Ibrahim Lamnga gugur dalam pertempuran melawan Belanda pada 1878. Perjuangan Teuku Ibrahim dilanjutkan Cut Nyak Dien bersama suami kedua Teuku Umar.
Perjuangan Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dien telah bergerilya selama 20 tahun bersama Teuku Umar. Ia selalu setia dan aktif dalam mendampingi Teuku Umar untuk menjelajahi hutan, berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain dalam menghadapi pertempuran dengan musuh.Dalam hal ini Cut Nyak Dien berperan sebagai motor penggerak mengantarkan Teuku Umar pada puncak karirnya sebagai pejuang yang tewas oleh peluru Belanda.
Gugurnya Teuku umar tidak membuat semangat Cut Nyak Dien runtuh begitu saja. Ia terus maju ke depan untuk memimpin pasukan. Kurang lebih selama enam tahun dirinya terus berjuang menghadapi kolonial.
Dengan keadaan fisiknya yang kian melemah, panglima pasukannya, Pang Laot berkhianat. Hal inilah yang membuat Belanda berhasil menemukan persembunyian Cut Nyak Dien dan menawannya.
Kematian Cut Nyak Dien
Setelah ditawan, Cut Nyak Dien dibawa ke Sumedang, Jawa Barat, bersama tahanan politik Aceh lain. Tahanan laki-laki di sana turut menyatakan perhatian mereka kepada Cut Nyak Dien, namun tentara Belanda dilarang mengungkap identitas tahanan.Cut Nyak Dien ditahan bersama seorang ulama bernama Ilyas. Ulama tersebut segera menyadari bahwa Cut Nyak Dien merupakan ahli dalam agama Islam. Hal itu membuat Cut Nyak Dien dijuluki sebagai 'Ibu Perbu'.
Pahlawan asal Aceh ini meninggal pada 6 November 1908 karena usianya yang sudah tua dan kondisinya yang sering sakit-sakitan. Cut Nyak Dien dimakamkan di daerah pengasingannya di Sumedang. Makamnya baru ditemukan pada 1959 karena permintaan Ali Hasan, Gubernur Aceh saat itu.
Melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 1964, Cut Nyak Dien resmi dijadikan sebagai Pahlawan Nasional pada 2 Mei 1962.
(abd)