DPR Heran Harta Capim KPK Ini Rp70 Juta, Eh Ternyata Nolnya Kurang Satu

JAKARTA - Laporan harta kekayaan calon pimpinan (capim) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Lili Pintauli Siregar membuat heran anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Trimedya Panjaitan.

Dalam laporan yang tertulis dan diterima Komisi III, harta yang dimiliki capim berlatar belakang advokat dan pimpinan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) selama dua periode pada 2008-2013 dan 2013-2018 ini tertulis hanya Rp70 juta.

Curiga dengan minimnya harta yang dimiliki, Trimedya pun penasaran dan menanyakan kepada Lili mengenai besaran harta yang dimilikinya saat uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) capim KPK di Komisi III DPR, Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu 11 September 2019.

"Harta Saudari tertulis hanya Rp70 juta. Padahal saudari punya suami. Sepanjang pengetahuan saya melakukan fit and proper test, ini paling sedikit ini harta kekayaan Saudari padahal latar bekalang saudari sebelum di LPSK adalah advokat. Setelah tak jadi LPSK menjadi advokat. Yang saya ketahui walaupun di daerah, advokat itu rata-rata luar biasa," ujar Trimedya.

"Itu tolong dijelaskan jangan sampai sebelum jadi pimpinan KPK saja sudah memanipulasi harta," tambah Trimedya.

Lili pun menanggapi bahwa selama ini dirinya memang menjadi advokat, namun pendampingan hukum yang kerap dilakukan sebagai pengacara lebih banyak menangani kaum marginal, seperti petani, nelayan, atau buruh.

"Bayangan seorang advokat yang sukses itu tak ada (dalam diri saya-red)," katanya.

Terkait harta kekayaannya yang tertulis hanya Rp70 juta, Lili menjelaskan bahwa terdapat kesalahan penulisan dalam laporan harta kekayaannya. Lili pun mengaku sudah melakukan revisi.

"Sebelumnya kurang angka nolnya, itu kemarin sebelum saya mendaftarkan kembali setelah revisi. Nolnya tambah satu," katanya.

Lili pun menegaskan harta kekayaan sebenarnya yang dia miliki sebesar Rp700 juta. "Memang saya tidak seperti advokat yang sangat wah, tapi paling tidak bisa hidup dengan baik," urai perempuan kelahiran Tanjung Pandan, Bangka Belitung, 9 Februari 1966 ini.