Melalui 3P, Kominfo Ajak Remaja Perempuan Aktif Cegah Stunting

Rabu, 04 September 2019 - 11:47 WIB
Melalui 3P, Kominfo Ajak Remaja Perempuan Aktif Cegah Stunting
Melalui 3P, Kominfo Ajak Remaja Perempuan Aktif Cegah Stunting
A A A
JAKARTA - Para remaja masa kini merupakan kunci dalam upaya penurunan prevalensi stunting di Indonesia dan menghadirkan generasi Indonesia bebas stunting di masa mendatang. Oleh karena itu, melalui pendekatan 3P (Peduli, Pahami dan Partisipasi), Kementerian Komunikasi dan Informatika mengajak remaja perempuan lebih aktif dalam upaya mencegah terjadinya stunting.

“Peduli berarti masyarakat peduli dengan sekitar, terutama kondisi kesehatan keluarga. Pahami, sebanyak mungkin informasi terkait stunting. Terakhir, Partisipasi, mari Bersama-sama berperan aktif menyukseskan gerakan sadar stunting," ungkap Kasubdit Informasi Kesehatan, Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kemkominfo, Maroli J. Indarto di Jakarta, Rabu (4/9/2019).

Para remaja perempuan dapat menerapkan 3P dalam kehidupan sehari-hari. Bisa dimulai dari peduli dengan kondisi kesehatan diri sendiri dan keluarga dengan memastikan seluruh terpenuhi kebutuhan gizinya.

Masyarakat juga dapat mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai stunting agar dapat memahami bagaimana cara untuk mencegahnya. Salah satu cara Kominfo untuk membantu perempuan memahami permasalahan stunting adalah dengan menyelenggarakan Forum Sosialisasi Generasi Bersih dan Sehat (Genbest) di berbagai kabupaten/kota di Indonesia.

Selain melalui forum GenBest, informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, dan tumbuh kembang anak juga dapat diakses melalui situs genbest.id, media sosial @genbestid serta @infokompmk, maupun melalui aplikasi android 'Anak Sehat'.

Setelah menerapkan aspek Peduli dan Pahami, maka para remaja perempuan diharapkan dapat berpartisipasi aktif menyukseskan gerakan sadar stunting. Hal ini bisa dimulai dengan langkah mudah, seperti aktif menyebarkan informasi pencegahan stunting di sosial media.

Stunting menjadi permasalahan yang serius di Indonesia. Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2018, angka prevalensi stunting di tanah air mencapai 30,8 persen. Hal ini tentunya mengkhawatirkan, terlebih Indonesia sedang bersiap menghadapi bonus demografi pada tahun 2030.

Diperkirakan pada tahun tersebut, sebanyak 68 persen penduduk Indonesia adalah penduduk usia produktif yang akan menjadi penyangga ekonomi Indonesia. Potensi bonus demografi akan sia-sia apabila Sumber Daya Manusia mengalami stunting.

Oleh karena itu, menurut Maroli, isu stunting sudah seharusnya ditanggulangi secara bersama, baik pemerintah, stakeholder, hingga masyarakat karena persiapan menyambut bonus demografi harus dimulai dari sekarang.

“Stunting bukanlah isu sederhana, dan pencegahannya memerlukan prioritas. Stunting pada anak sangat dipengaruhi pola konsumsi ibu yang terakumulasi dalam jangka Panjang, yakni sejak usia remaja. Oleh karena itu, perlu kesadaran dari generasi muda untuk mencegah stunting,” tutup Maroli.
(atk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9588 seconds (0.1#10.140)