Senator Sulawesi Utara Minta Yorrys Raweyai Tak Rusak Citra DPD

Senin, 29 Juli 2024 - 15:05 WIB
loading...
Senator Sulawesi Utara...
Ketua Komite II DPD Yorrys Raweyai diminta tak merusak citra Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Foto/Felldy Utama
A A A
JAKARTA - Senator asal Sulawesi Utara (Sulut) Djafar Alkatiri meminta Ketua Komite II DPD Yorrys Raweyai tak merusak citra Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Dia menyarankan Yorrys tidak bergaya-gaya premanisme dalam menggolkan agenda politik di DPD.

"Sejumlah anggota DPD yang mendukung Yorrys, mengklaim sebagai 'Kelompok DPD Pro Perubahan'. Pertanyaannya, mau berubah seperti apa? Memasukkan gaya-gaya premanisme dalam memuluskan agenda politik di DPD?" ujar Djafar dalam keterangan tertulisnya, Senin (29/7/2024).

Dia berpendapat bahwa manuver politik yang dilakukan Yorrys di DPD membuka memori masyarakat atas kegaduhan politik yang pernah dilakukan mantan politisi Partai Golkar itu di DPR pada 2015. Dia mengungkapkan, saat itu Yorrys mempertontonkan gaya premanisme dalam upaya penguasaan Sekretariat Fraksi Golkar di DPR.



"Dia memaksa masuk, merusak pintu Fraksi Partai Golkar di DPR untuk melakukan penguasaan. Apakah cara-cara seperti ini yang dimaksud Yorrys sebagai agenda perubahan di DPD ke depan,” kata mantan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulut ini.

Djafar mengatakan, senator asal Papua Yorrys Raweyai merupakan salah satu aktor dalam kegaduhan di Sidang Paripurna DPD di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (12/7/2024). Namun, kata dia, Yorrys justru memperkeruh suasana dengan memfitnah pimpinan DPD sebagai otoriter dan diktator.

Padahal, lanjut dia, Sidang Paripurna DPD pada Jumat (12/7/2024) memutuskan menugaskan Panita Perancang Undang-Undang (PPUU) untuk melakukan harmonisasi terhadap materi tatib. Keputusan itu merupakan bukti nyata kolaborasi seluruh pimpinan dan anggota DPD dalam menyelesaikan masalah.

"Pernyataan Yorrys yang memposisikan lembaga DPD seperti milik perorangan atau pimpinan, sangat menyesatkan. Kita tahu, kepemimpinan di DPD bersifat kolektif kolegial dan kolaboratif, melibatkan empat pimpinan dan semua anggota," tuturnya.

Pihaknya mempersilakan Yorrys beserta sejumlah pendukung untuk mencalonkan diri sebagai pimpinan DPD periode 2024-2029. Akan tetapi, dia meminta Yorrys mematuhi aturan perundang-undangan, berpegang pada etika, dan mekanisme organisasi kelembagaan.

"Salah satu agenda dalam Sidang Paripurna DPD, Jumat (12/7/2024), pengesahan Tatib DPD. Dalam Tatib itu, ada pasal yang menyatakan, calon pimpinan harus orang yang tidak pernah mendapat sanksi dari Badan Kehormatan (BK) DPD. Pasal menjadi persoalan, karena ada yang pernah mendapat sanksi etik dari BK, tapi tetap ingin mencalonkan diri," imbuhnya.

Djafar menilai, kehadiran pasal tersebut dalam Tatib DPD merupakan hal wajar dan normal. Bahkan, kata dia, baik untuk menjaga marwah dan kredibilitas lembaga di mata publik. "Itu juga bukan aturan baru, sudah ada sebelumnya. Kalau sekarang dipersoalkan, seluruh anggota DPD dan publik bisa memahami, bahkan mencurigai adanya upaya penyusupan kepentingan di lembaga DPD," pungkasnya.

Sekadar diketahui, Sidang Paripurna DPD sempat panas karena sebagian anggota DPD tak menyetujui pengesahan Tata Tertib (Tatib) baru DPD pada Jumat (12/7/2024). Sejumlah anggota DPR menginterupsi jalannya rapat yang dipimpin Ketua DPD LaNyalla Mattalitti.

Selanjutnya, maju ke meja pimpinan sidang untuk merebut palu dan menghentikan jalannya sidang. Kericuhan di depan meja pimpinan itu membuat sejumlah anggota yang mendukung agar Tatib baru DPD disahkan, ikut maju untuk membentengi meja pimpinan sidang.

Akan tetapi, sidang berakhir dengan tertib, sejumlah anggota yang sempat bersitegang dengan pimpinan saling bersalaman dan bermaafan. Sebelumnya, Yorrys mengatakan, kericuhan dalam Sidang Paripurna DPD terjadi lantaran gaya kepemimpinan LaNyalla Mattalitti dan Nono Sampono.

Dia menuding kedua pimpinan DPD itu telah memberikan contoh pimpinan yang otoriter dan eksklusif. "Ini adalah respons mayoritas anggota DPD, yang tidak lagi bisa dibendung. Kekecewaan demi kekecewaan akibat gaya kepemimpinan otoriter dan tertutup Pak LaNyalla dan Pak Nono sudah terakumulasi sejak lama, hingga memunculkan resistensi yang memuncak”, ujar Yorrys dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (16/7/2024)

Ketua Komite II DPD menuturkan, sejak awal seluruh anggota DPD menaruh harapan besar pada pimpinan DPD, untuk membawa perubahan bagi kelembagaan DPD ke arah yang lebih baik. Namun, perubahan tak kunjung terwujud, bahkan DPD dikelola dengan persepsi sendiri, tertutup, dan intimidatif.

"Pak LaNyalla dan Pak Nono telah memosisikan lembaga DPD seperti milik sendiri, di mana suara dan aspirasi kritis dan berbeda dari para anggota cenderung diabaikan. Puncak dari keresahan para anggota DPD itu, ditumpahkan pada Paripurna DPD kemarin, Jumat (12/7/2024)," pungkasnya.
(rca)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1739 seconds (0.1#10.140)