Sering Alami Krisis Kepercayaan Jadi Alasan Eks Anggota DPR Ini Maju Capim KPK
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mantan anggota Komisi III DPR Pieter C Zulkifli mengaku semakin mantap untuk mendaftar sebagai Calon Pimpinan (Capim) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) . Alasan dirinya maju sebagai Capim didasari keprihatinan mendalam terkait kondisi internal KPK.
Menurut Pieter, KPK kerap mengalami berbagi masalah internal dan terpaan skandal yang merusak citra lembaga antirasuah tersebut.
"KPK adalah benteng terakhir rakyat dalam melawan korupsi, namun KPK tidak pernah keluar dari berbagai krisis berkepanjangan. Krisis ini menggerogoti marwah KPK melalui skandal dan konflik internal dan eksternal sehingga hubungan KPK dengan lintas lembaga negara kurang harmonis," katanya, Selasa (23/7/2024).
Pieter kemudian menyoroti sejumlah peristiwa yang membuat lembaga ini sempat hilang kepercayaan dari publik. Sebut saja perseteruan "Cicak vs Buaya", insiden penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan hingga kasus pemerasan pimpinan KPK yang telah merusak tidak hanya reputasi KPK tetapi juga kepercayaan publik terhadap lembaga tersebut.
"Dengan berbagai prestasi dan pengalaman selama memimpin Komisi III DPR, di mana tugas sehari hari berinteraksi dengan KPK, Kejaksaan Agung, Polri, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Menko Polhukam, Komisi Yudisial, ombusdman, hingga elite partai, dan kunjungan rutin diberbagai provinsi di tanah air, akhirnya saya berharap masih mendapat kesempatan untuk mengabdi pada bangsa dan Negara,” tutur Pieter.
"Masa depan KPK harus menjadi lembaga yang sejalan dan mendukung semua kebijakan Negara. KPK harus keluar dari jurang krisis dan berbagai persolan, KPK harus memiliki Integritas dan bisa dipercaya rakyat," imbuhnya.
Pieter menilai, saat ini KPK membutuhkan pemimpin yang bukan saja memiliki kompetensi, namun memiliki strategi pencegahan yang tepat untuk setiap potensi dan celah terhadap korupsi.
Para pemimpin KPK dinilainya harus memiliki kemampuan untuk melakukan terobosan dan berani melakukan komunikasi politik lintas lembaga negara. Bisa mengelola konflik internal untuk menyamakan persepsi positif.
Menurut Pieter, KPK kerap mengalami berbagi masalah internal dan terpaan skandal yang merusak citra lembaga antirasuah tersebut.
"KPK adalah benteng terakhir rakyat dalam melawan korupsi, namun KPK tidak pernah keluar dari berbagai krisis berkepanjangan. Krisis ini menggerogoti marwah KPK melalui skandal dan konflik internal dan eksternal sehingga hubungan KPK dengan lintas lembaga negara kurang harmonis," katanya, Selasa (23/7/2024).
Pieter kemudian menyoroti sejumlah peristiwa yang membuat lembaga ini sempat hilang kepercayaan dari publik. Sebut saja perseteruan "Cicak vs Buaya", insiden penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan hingga kasus pemerasan pimpinan KPK yang telah merusak tidak hanya reputasi KPK tetapi juga kepercayaan publik terhadap lembaga tersebut.
"Dengan berbagai prestasi dan pengalaman selama memimpin Komisi III DPR, di mana tugas sehari hari berinteraksi dengan KPK, Kejaksaan Agung, Polri, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Menko Polhukam, Komisi Yudisial, ombusdman, hingga elite partai, dan kunjungan rutin diberbagai provinsi di tanah air, akhirnya saya berharap masih mendapat kesempatan untuk mengabdi pada bangsa dan Negara,” tutur Pieter.
"Masa depan KPK harus menjadi lembaga yang sejalan dan mendukung semua kebijakan Negara. KPK harus keluar dari jurang krisis dan berbagai persolan, KPK harus memiliki Integritas dan bisa dipercaya rakyat," imbuhnya.
Pieter menilai, saat ini KPK membutuhkan pemimpin yang bukan saja memiliki kompetensi, namun memiliki strategi pencegahan yang tepat untuk setiap potensi dan celah terhadap korupsi.
Para pemimpin KPK dinilainya harus memiliki kemampuan untuk melakukan terobosan dan berani melakukan komunikasi politik lintas lembaga negara. Bisa mengelola konflik internal untuk menyamakan persepsi positif.