Putu BKSAP Dorong Pariwisata di Perbatasan Terus Digaungkan
loading...
A
A
A
“Memang ada Bali, tapi Bali memiliki keterbatasan infrastruktur, keterbatasan konektivitas karena Bali sementara sebagian besar masuk lewat jalur udara. Bali kedepan dapat terfokus kepada pariwisata berkualitas dan mengangkat budaya serta kearifan lokasl sebagai gagasan utamanya,” tambahnya.
Dengan demikian, Putu menilai Batam bisa melakukan penetrasi atau peningkatan dalam bidang cross border tourism. Dia mengatakan, Singapura dan Malaysia sudah memiliki potensi tourism atau kunjungan wisatawannya dalam jumlah tertentu. Jadi, sangat memungkinkan ke depan Batam ini akan menjadi destinasi yang terbesar dalam jumlah wisatawan.
Menurut dia, ke depan harus ada roadmap kepariwisataan Indonesia khususnya mengenai pembangunan berkelanjutan pariwisata perbatasan (sustainable cross border tourism). Dia melanjutkan, bagaimana ke depan dibangun cross border tourism misalkan Sulawesi Utara dengan Filipina, juga Papua dengan Papua Nugini juga negara-negara Pacific dan sekitarnya.
“Juga beberapa wilayah perbatasan di pulau Kalimantan yang dekat dengan negara tetangga kita seperti Malaysia dan Brunei. Sehingga sebetulnya sustainability atau keberlanjutan dan kesinambungan kepariwisataan ini bisa dibangun apabila marketnya dekat dan besar dengan destinasi itu serta memiliki keunikan dan kelebihan dengan bordering countries-nya,” ungkapnya.
Putu juga mendorong untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism. Dia berpendapat, sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan sendiri adalah pengembangan konsep berwisata yang dapat memberikan dampak jangka panjang, baik terhadap lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi untuk masa kini dan masa depan bagi seluruh masyarakat khususnya masyarakat lokal secara inklusif maupun wisatawan yang berkunjung akan menghargai adat, budaya, dan alam di wilayah destinasi tersebut.
Dia menambahkan, dengan meningkatkan kesadaran akan pariwisata berkelanjutan, diharapkan semua stakeholder pariwisata termasuk wisatawan dapat lebih memperhatikan protokol kesehatan, kelestarian alam, keamanan, kenyamanan, dan higenitas/kebersihan, serta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan mengutamakan local community as a center of prosperity. “Tentu hal ini, semata-mata agar pariwisata kita memiliki ketahanan yang baik karena pelaku dan pengembangnya adalah juga masyarakat lokal yang memahami adat, budaya dan lingkungannya,” kata Putu.
Dia menuturkan, sustainable tourism ini sangat penting, apalagi pascapandemi Covid-19 yang juga berdampak negatif terhadap sektor pariwisata yang merupakan salah satu tulang punggung ekonomi nasional Indonesia. Putu menuturkan bahwa pariwisata berkelanjutan mengacu pada praktik yang berkelanjutan dari berbagai stakeholder kepariwisataan dengan terus membangun industri pariwisata mensinergikan pilar penta helix.
Menurut Putu, harus diakui bahwa pariwisata memiliki dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya pariwisata, kata Putu, termasuk terciptanya lapangan kerja, kunjungan wisatawan meningkat, perekonomian meningkat, dan banyak lagi.
Sedangkan, dampak negatifnya dapat berupa kerusakan lingkungan, kemacetan, polusi, dan limbah sampah yang justru berlawanan dengan semangat pelestarian lingkungan. Gagasan Environmental Democracy merupakan salah satu formulasi yang baik dalam mencapai suatainable tourism.
Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia ini menjelaskan, sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan, bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif. Dia membeberkan bahwa tujuan akhir dari pariwisata berkelanjutan adalah untuk mengurangi dampak negatif pariwisata terhadap masyarakat khususnya local community dan lingkungan.
Dengan demikian, Putu menilai Batam bisa melakukan penetrasi atau peningkatan dalam bidang cross border tourism. Dia mengatakan, Singapura dan Malaysia sudah memiliki potensi tourism atau kunjungan wisatawannya dalam jumlah tertentu. Jadi, sangat memungkinkan ke depan Batam ini akan menjadi destinasi yang terbesar dalam jumlah wisatawan.
Menurut dia, ke depan harus ada roadmap kepariwisataan Indonesia khususnya mengenai pembangunan berkelanjutan pariwisata perbatasan (sustainable cross border tourism). Dia melanjutkan, bagaimana ke depan dibangun cross border tourism misalkan Sulawesi Utara dengan Filipina, juga Papua dengan Papua Nugini juga negara-negara Pacific dan sekitarnya.
“Juga beberapa wilayah perbatasan di pulau Kalimantan yang dekat dengan negara tetangga kita seperti Malaysia dan Brunei. Sehingga sebetulnya sustainability atau keberlanjutan dan kesinambungan kepariwisataan ini bisa dibangun apabila marketnya dekat dan besar dengan destinasi itu serta memiliki keunikan dan kelebihan dengan bordering countries-nya,” ungkapnya.
Putu juga mendorong untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism. Dia berpendapat, sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan sendiri adalah pengembangan konsep berwisata yang dapat memberikan dampak jangka panjang, baik terhadap lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi untuk masa kini dan masa depan bagi seluruh masyarakat khususnya masyarakat lokal secara inklusif maupun wisatawan yang berkunjung akan menghargai adat, budaya, dan alam di wilayah destinasi tersebut.
Dia menambahkan, dengan meningkatkan kesadaran akan pariwisata berkelanjutan, diharapkan semua stakeholder pariwisata termasuk wisatawan dapat lebih memperhatikan protokol kesehatan, kelestarian alam, keamanan, kenyamanan, dan higenitas/kebersihan, serta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan mengutamakan local community as a center of prosperity. “Tentu hal ini, semata-mata agar pariwisata kita memiliki ketahanan yang baik karena pelaku dan pengembangnya adalah juga masyarakat lokal yang memahami adat, budaya dan lingkungannya,” kata Putu.
Dia menuturkan, sustainable tourism ini sangat penting, apalagi pascapandemi Covid-19 yang juga berdampak negatif terhadap sektor pariwisata yang merupakan salah satu tulang punggung ekonomi nasional Indonesia. Putu menuturkan bahwa pariwisata berkelanjutan mengacu pada praktik yang berkelanjutan dari berbagai stakeholder kepariwisataan dengan terus membangun industri pariwisata mensinergikan pilar penta helix.
Menurut Putu, harus diakui bahwa pariwisata memiliki dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya pariwisata, kata Putu, termasuk terciptanya lapangan kerja, kunjungan wisatawan meningkat, perekonomian meningkat, dan banyak lagi.
Sedangkan, dampak negatifnya dapat berupa kerusakan lingkungan, kemacetan, polusi, dan limbah sampah yang justru berlawanan dengan semangat pelestarian lingkungan. Gagasan Environmental Democracy merupakan salah satu formulasi yang baik dalam mencapai suatainable tourism.
Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia ini menjelaskan, sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan, bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif. Dia membeberkan bahwa tujuan akhir dari pariwisata berkelanjutan adalah untuk mengurangi dampak negatif pariwisata terhadap masyarakat khususnya local community dan lingkungan.