Pengalaman Ketakutan Akan Ketertinggalan Momen bagi Gen-Z
loading...
A
A
A
Salah satu karakteristik dari Gen-Z yang paling menonjol adalah mereka akrab dengan adanya teknologi, yang secara tak sadar hal tersebut mempengaruhi kepribadian mereka. Dari kemunculan media sosial itu, menciptakan sebuah fenomena baru yang banyak dialami oleh orang-orang.
Dampak dari hal tersebut adalah sifat Gen-Z yang rata-rata menginginkan validasi dari orang lain dan rentan merasakan perasaan FoMO. FoMO berkaitan dengan persepsi atau penilaian seseorang terhadap berbagai hal, persepsi itu terbentuk dan muncul dari dalam diri sendiri.
Persepsi berhubungan dengan salah satu cabang dari psikologi komunikasi, yaitu komunikasi intrapersonal. Komunikasi intrapersonal adalah sebuah proses komunikasi yang terjadi dalam batin dan pikiran individu, bersangkutan dengan aspek seperti percakapan internal, observasi, dan pemahaman mengenai lingkungan sekitar individu (Kustiawan et al., 2022).
Fenomena itu adalah ketakutan akan ketertinggalan momen atau yang biasa dikenal dengan nama FoMO. FoMO diketahui banyak dialami oleh orang yang berada pada rentang usia Gen-Z. Laman King University menuliskan bahwa FoMO ini adalah perasaan atau persepsi bahwa hidup orang lain lebih menyenangkan dibandingkan hidup kita (Hadi, 2020).
Pada kasus FoMO, dapat dikaitkan dengan psikologi komunikasi. Dalam payung psikologi komunikasi, terdapat pula komunikasi interpersonal, komunikasi intrapersonal, dan komunikasi kelompok. Interaksi antara individu satu dengan individu lainnya dapat memicu terjadinya FoMO di media sosial.
Salah satu faktor pemicu seseorang mengalami FoMO ialah interaksi yang dilakukan di media sosial (Przybylski, 2013). Dengan adanya media sosial, seseorang dapat dengan mudah melakukan komunikasi interpersonal kepada pihak lain (Burgon & Huffner, 2002). Itulah yang membuat seseorang ingin terus mengakses media sosial.
Beberapa ahli memiliki definisi tersendiri terhadap komunikasi interpersonal, De Vito, 2016 menguraikan definisi dari komunikasi interpersonal sebagai penyampaian pesan oleh satu individu dan penerima pesan oleh individu yang lain atau kelompok lain yang disertai dengan dampak dan peluang untuk mengirim umpan balik (DeVito, 2016).
Seseorang dengan tingkat FOMO yang tinggi akan selalu berusaha untuk tetap terhubung dengan orang ataupun kelompok lain. Dari hal tersebut, mereka menjadikan media sosial sebagai sarana untuk melakukan hubungan sosial secara virtual dan berkomunikasi secara interpersonal maupun kelompok. Secara langsung ataupun tidak langsung, hal itu membuat mereka terus menerus mengakses media sosial yang berujung kecanduan.
Przyblylski, dkk (2013) menjelaskan definisi Fear of Missing Out (FoMO) adalah rasa kekhawatiran seseorang pada suatu aktivitas atau kegiatan yang tidak ia hadiri, ditandai oleh keinginan untuk terus menerus terhubung dengan aktivitas yang dilakukan orang lain. Ciri yang paling menonjol dari perilaku FoMO ini adalah adanya rasa ketakutan untuk tertinggal dibandingkan dengan teman-teman di media sosial.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Australian Psychological Society, individu yang berada pada usia remaja sangat rentang mengalami perasaan FoMO dibanding individu yang berada pada usia dewasa (Jannah & Rosyiidiani, 2022). Hal tersebut terjadi karena usia individu yang berada di usia remaja atau remaja menuju dewasa lebih sering terpapar pengaruh media sosial.
Dampak dari hal tersebut adalah sifat Gen-Z yang rata-rata menginginkan validasi dari orang lain dan rentan merasakan perasaan FoMO. FoMO berkaitan dengan persepsi atau penilaian seseorang terhadap berbagai hal, persepsi itu terbentuk dan muncul dari dalam diri sendiri.
Persepsi berhubungan dengan salah satu cabang dari psikologi komunikasi, yaitu komunikasi intrapersonal. Komunikasi intrapersonal adalah sebuah proses komunikasi yang terjadi dalam batin dan pikiran individu, bersangkutan dengan aspek seperti percakapan internal, observasi, dan pemahaman mengenai lingkungan sekitar individu (Kustiawan et al., 2022).
Fenomena itu adalah ketakutan akan ketertinggalan momen atau yang biasa dikenal dengan nama FoMO. FoMO diketahui banyak dialami oleh orang yang berada pada rentang usia Gen-Z. Laman King University menuliskan bahwa FoMO ini adalah perasaan atau persepsi bahwa hidup orang lain lebih menyenangkan dibandingkan hidup kita (Hadi, 2020).
Pada kasus FoMO, dapat dikaitkan dengan psikologi komunikasi. Dalam payung psikologi komunikasi, terdapat pula komunikasi interpersonal, komunikasi intrapersonal, dan komunikasi kelompok. Interaksi antara individu satu dengan individu lainnya dapat memicu terjadinya FoMO di media sosial.
Salah satu faktor pemicu seseorang mengalami FoMO ialah interaksi yang dilakukan di media sosial (Przybylski, 2013). Dengan adanya media sosial, seseorang dapat dengan mudah melakukan komunikasi interpersonal kepada pihak lain (Burgon & Huffner, 2002). Itulah yang membuat seseorang ingin terus mengakses media sosial.
Beberapa ahli memiliki definisi tersendiri terhadap komunikasi interpersonal, De Vito, 2016 menguraikan definisi dari komunikasi interpersonal sebagai penyampaian pesan oleh satu individu dan penerima pesan oleh individu yang lain atau kelompok lain yang disertai dengan dampak dan peluang untuk mengirim umpan balik (DeVito, 2016).
Seseorang dengan tingkat FOMO yang tinggi akan selalu berusaha untuk tetap terhubung dengan orang ataupun kelompok lain. Dari hal tersebut, mereka menjadikan media sosial sebagai sarana untuk melakukan hubungan sosial secara virtual dan berkomunikasi secara interpersonal maupun kelompok. Secara langsung ataupun tidak langsung, hal itu membuat mereka terus menerus mengakses media sosial yang berujung kecanduan.
Przyblylski, dkk (2013) menjelaskan definisi Fear of Missing Out (FoMO) adalah rasa kekhawatiran seseorang pada suatu aktivitas atau kegiatan yang tidak ia hadiri, ditandai oleh keinginan untuk terus menerus terhubung dengan aktivitas yang dilakukan orang lain. Ciri yang paling menonjol dari perilaku FoMO ini adalah adanya rasa ketakutan untuk tertinggal dibandingkan dengan teman-teman di media sosial.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Australian Psychological Society, individu yang berada pada usia remaja sangat rentang mengalami perasaan FoMO dibanding individu yang berada pada usia dewasa (Jannah & Rosyiidiani, 2022). Hal tersebut terjadi karena usia individu yang berada di usia remaja atau remaja menuju dewasa lebih sering terpapar pengaruh media sosial.