Gus Sholah: Tokoh Agama Harus Tenangkan Masyarakat
A
A
A
JAKARTA - Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang Jawa Timur, KH Sholahuddin Wahid atau Gus Sholah prihatin dengan peristiwa kericuhan pascademonstrasi penolakan pemilu 2019 di depan kantor Bawaslu, Jakarta Pusat, Selasa 21 Mei 2019 malam hingga Rabu dini hari.
“Demo saya dengar terjadi sampai Petamburan. Saya tidak tahu apakah di luar Jakarta ada. Kita prihatin dengan suasana itu. Saya tidak tahu bagaimana mencegahnya. Cuma, bagaimana menghentikan dan menyelesaikan masalah ini semua,” kata Gus Sholah.
Adik Gus Dur ini menyinggung juga terkait aktor intelektual di balik peristiwa ini. Hanya saja berita yang dia terima masih bersifat tidak pasti. Dia tidak memastikan apakah demonstrasi ini digerakkan atau tidak digerakkan.
Dia berharap korban tidak bertambah. “Karena tidak tahu siapa yang menggerakkan demo. Kita berharap tidak timbul korban lebih banyak lagi. Mudah-mudahan tidak ada korban banyak,” lanjut Gus Sholah.
Dia juga berharap para cerdik cendekia untuk sumbang saran dan bergerak cepat dalam mengatasi kericuhan demonstrasi di Bawaslu.
Menurut dia, kalangan intelektual yang tersebar di kampus, pesantren, dan di lembaga penelitian dapat berkontribusi dalam menyelesaikan kisruh terkait Pemilu 2019 ini.
“Kan banyak orang pandai di Indonesia, di kampus, dan lain-lain. Mungkin mereka bisa menjadi penengah. Tidak perlu banyak, mungkin 10 atau belasan orang cukup. Masalah ini harus ada yang menengahi,” ujar Gus Sholah.
Kepada pemerintah dan aparat keamanan, Gus Sholah mengimbau agar mereka mengutamakan pendekatan profesional. Kendati demikian, Gus Sholah mengharapkan aparat keamanan untuk mengutamakan pendekatan yang manusiawi agar tidak ada lagi korban jatuh. Menurut dia, jumlah korban harus dihentikan.
“Jangan sampai ada korban lagi. Sampai sekarang korbannya belum diketahui berapa banyak. Harus disetop korban lagi,” kata Gus Sholah.
Putra KH Abdul Wahid Hasyim ini mendukung kerja kepolisian dan aparat keamanan. Dia mengingatkan aparat untuk mengambil sikap waspada karena tingkat kebencian sekelompok demonstran sudah sangat tinggi.
“Polisi harus hati-hati karena sikap tidak suka terhadap polisi sangat tinggi,” kata Gus Sholah.
Gus Sholah mengajak masyarakat waspada, terutama warga Jakarta untuk menjaga keamanan di wilayahnya masing-masing. Pasalnya, demonstrasi kekecewaan atas hasil Pemilu 2019 terpusat di Jakarta.
“Kalau tidak perlu, enggak usah keluar rumah. Cuma yang demo ini kan memang mereka yang punya tujuan demo. Bahkan ada yang bilang bahwa yang demo dari luar Jakarta,” ujar Gus Sholah.
Gus Sholah menyinggung peran para tokoh agama, kiai, dan masyarakat santri. Dia menilai peran para pemuka agama dan masyarakat santri penting dalam mengatasi suhu sosial-politik yang memanas.
Mereka, kata Gus Sholah, memiliki otoritas keagamaan dan legitimasi moral untuk meredam gejolak social-politik atas nama agama.
“Untuk tokoh agama, kiai, dan santri, kita berusaha meredam, menenangkan masyarakat, agar tidak timbul banyak korban. Syukur bisa diatasi dan tidak sampai jauh,” ucap Gus Sholah.
Mantan Wakil Ketua Komnas HAM ini menampik aksi demonstrasi di depan Bawaslu sebagai gerakan aksi bela Islam. Menurut dia, aksi di depan Bawaslu hingga kini tidak ada kaitannya sama sekali dengan aksi bela agama.
“Ini enggak ada kaitan dengan bela Islam. Peserta pemilu, keduanya Islam. Kiai Ma'ruf kurang Islam apa? Jadi ini enggak ada hubungan dengan agama. Ini hanya soal ketidakpuasan terhadap hasil Pilpres 2019,” tutur Gus Sholah.
“Demo saya dengar terjadi sampai Petamburan. Saya tidak tahu apakah di luar Jakarta ada. Kita prihatin dengan suasana itu. Saya tidak tahu bagaimana mencegahnya. Cuma, bagaimana menghentikan dan menyelesaikan masalah ini semua,” kata Gus Sholah.
Adik Gus Dur ini menyinggung juga terkait aktor intelektual di balik peristiwa ini. Hanya saja berita yang dia terima masih bersifat tidak pasti. Dia tidak memastikan apakah demonstrasi ini digerakkan atau tidak digerakkan.
Dia berharap korban tidak bertambah. “Karena tidak tahu siapa yang menggerakkan demo. Kita berharap tidak timbul korban lebih banyak lagi. Mudah-mudahan tidak ada korban banyak,” lanjut Gus Sholah.
Dia juga berharap para cerdik cendekia untuk sumbang saran dan bergerak cepat dalam mengatasi kericuhan demonstrasi di Bawaslu.
Menurut dia, kalangan intelektual yang tersebar di kampus, pesantren, dan di lembaga penelitian dapat berkontribusi dalam menyelesaikan kisruh terkait Pemilu 2019 ini.
“Kan banyak orang pandai di Indonesia, di kampus, dan lain-lain. Mungkin mereka bisa menjadi penengah. Tidak perlu banyak, mungkin 10 atau belasan orang cukup. Masalah ini harus ada yang menengahi,” ujar Gus Sholah.
Kepada pemerintah dan aparat keamanan, Gus Sholah mengimbau agar mereka mengutamakan pendekatan profesional. Kendati demikian, Gus Sholah mengharapkan aparat keamanan untuk mengutamakan pendekatan yang manusiawi agar tidak ada lagi korban jatuh. Menurut dia, jumlah korban harus dihentikan.
“Jangan sampai ada korban lagi. Sampai sekarang korbannya belum diketahui berapa banyak. Harus disetop korban lagi,” kata Gus Sholah.
Putra KH Abdul Wahid Hasyim ini mendukung kerja kepolisian dan aparat keamanan. Dia mengingatkan aparat untuk mengambil sikap waspada karena tingkat kebencian sekelompok demonstran sudah sangat tinggi.
“Polisi harus hati-hati karena sikap tidak suka terhadap polisi sangat tinggi,” kata Gus Sholah.
Gus Sholah mengajak masyarakat waspada, terutama warga Jakarta untuk menjaga keamanan di wilayahnya masing-masing. Pasalnya, demonstrasi kekecewaan atas hasil Pemilu 2019 terpusat di Jakarta.
“Kalau tidak perlu, enggak usah keluar rumah. Cuma yang demo ini kan memang mereka yang punya tujuan demo. Bahkan ada yang bilang bahwa yang demo dari luar Jakarta,” ujar Gus Sholah.
Gus Sholah menyinggung peran para tokoh agama, kiai, dan masyarakat santri. Dia menilai peran para pemuka agama dan masyarakat santri penting dalam mengatasi suhu sosial-politik yang memanas.
Mereka, kata Gus Sholah, memiliki otoritas keagamaan dan legitimasi moral untuk meredam gejolak social-politik atas nama agama.
“Untuk tokoh agama, kiai, dan santri, kita berusaha meredam, menenangkan masyarakat, agar tidak timbul banyak korban. Syukur bisa diatasi dan tidak sampai jauh,” ucap Gus Sholah.
Mantan Wakil Ketua Komnas HAM ini menampik aksi demonstrasi di depan Bawaslu sebagai gerakan aksi bela Islam. Menurut dia, aksi di depan Bawaslu hingga kini tidak ada kaitannya sama sekali dengan aksi bela agama.
“Ini enggak ada kaitan dengan bela Islam. Peserta pemilu, keduanya Islam. Kiai Ma'ruf kurang Islam apa? Jadi ini enggak ada hubungan dengan agama. Ini hanya soal ketidakpuasan terhadap hasil Pilpres 2019,” tutur Gus Sholah.
(dam)