Jaga Pangan Nasional, Mentan Percepat Perluasan Areal Tanam di Kalsel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya menjaga keseimbangan pangan nasional dengan menjadikan Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) sebagai salah satu fokus utama dalam pengembangan produksi pangan.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta perhatian khusus untuk sektor pertanian karena ini adalah sektor vital. Jika pertanian bermasalah, dunia bisa bermasalah. Amran juga menekankan pentingnya sinergi dalam menghadapi ancaman krisis pangan dunia.
Bahkan di setiap kunjungannya Amran selalu memastikan jika program pompanisasi berjalan dengan baik dan meminta agar Dinas Pertanian Provinsi dan Kota/Kabupaten turun ke lapangan untuk memastikan ketersediaan sumber daya air dan kebutuhan pompa agar program ini dapat berjalan lancar dan tepat sasaran.
"Tanpa Anda sekalian, kami tidak bisa melakukan apa-apa. Kita harus kuat bersama. Kita akan mengguncang dunia dan mencapai mimpi bersama menjadi lumbung pangan dunia," tegasnya saat menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) Evaluasi Perkembangan Optimalisasi Lahan Rawa, Pompanisasi dan Tumpang Sari (Padi Gogo) di Aula Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalsel, Kamis (27/6/2024).
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menyampaikan arahan kebijakan Mentan Amran untuk fokus pada antisipasi darurat pangan melalui peningkatan produksi padi dan jagung dengan langkah-langkah strategis. Di antaranya melalui perluasan areal tanam pada lahan baru sawah yang sudah ada, gerakan pompanisasi, optimasi lahan dan tumpang sari lahan perkebunan.
Tampak hadir dalam Rakor tersebut adalah Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Bustanul Arifin Cahya, Kepala UPT Kementan di Kalsel, Plt. Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kasel serta perwakilan dari SKPD lingkup Pertanian se-Kalsel dan Korem 01 Antasari Kalsel.
Dalam kesempatan tersebut, Dedi Nursyamsi menegaskan Provinsi Kalsel memiliki potensi besar sebagai sentra produksi pangan nasional, sehingga perlu didorong untuk meningkatkan produksi beras nasional. "Tahun 2023, Indonesia mengalami defisit beras sebesar 3,5 juta ton. Tahun ini kita tidak boleh lagi mengalami defisit tersebut," tegas Dedi.
Untuk mencapai hal tersebut, Dedi menggarisbawahi pentingnya peningkatan luas tanam dengan cara meningkatkan indeks pertanaman di lahan rawa melalui optimasi lahan rawa, pompanisasi di lahan tadah hujan dan tumpang sari di lahan perkebunan. "Kita harus segera bangkit dalam menyiapkan ketahanan pangan Indonesia, terutama di Provinsi Kalsel," tambah Dedi.
Menurutnya, Provinsi Kalsel memiliki potensi yang besar dengan luas lahan mencapai 291.000 hektare, di mana 40.000 hektare di antaranya masih belum dimanfaatkan secara optimal.
Potensi peningkatan Luas Tambah Tanam (LTT) sangat besar dengan pemanfaatan air sungai sebagai sumber pengairan melalui pompanisasi, serta optimasi lahan rawa dan ekstensifikasi cetak lahan baru. Selain itu, sinar matahari yang melimpah memungkinkan produksi pertanian yang lebih baik dengan integrasi perkebunan dan tanaman pangan.
Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Bustanul Arifin Cahya menyebut pentingnya gerakan cepat dan tepat untuk memastikan semua lahan tertanam dan dapat diirigasi dengan baik melalui pompanisasi, optimalisasi lahan, dan pemanfaatan lahan melalui tumpang sari di lahan perkebunan.
“Dengan langkah-langkah strategis ini, diharapkan Provinsi Kalsel dapat menjadi lumbung pangan nasional yang mampu menjawab tantangan ketahanan pangan di Indonesia,” ucapnya.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta perhatian khusus untuk sektor pertanian karena ini adalah sektor vital. Jika pertanian bermasalah, dunia bisa bermasalah. Amran juga menekankan pentingnya sinergi dalam menghadapi ancaman krisis pangan dunia.
Bahkan di setiap kunjungannya Amran selalu memastikan jika program pompanisasi berjalan dengan baik dan meminta agar Dinas Pertanian Provinsi dan Kota/Kabupaten turun ke lapangan untuk memastikan ketersediaan sumber daya air dan kebutuhan pompa agar program ini dapat berjalan lancar dan tepat sasaran.
"Tanpa Anda sekalian, kami tidak bisa melakukan apa-apa. Kita harus kuat bersama. Kita akan mengguncang dunia dan mencapai mimpi bersama menjadi lumbung pangan dunia," tegasnya saat menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) Evaluasi Perkembangan Optimalisasi Lahan Rawa, Pompanisasi dan Tumpang Sari (Padi Gogo) di Aula Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalsel, Kamis (27/6/2024).
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menyampaikan arahan kebijakan Mentan Amran untuk fokus pada antisipasi darurat pangan melalui peningkatan produksi padi dan jagung dengan langkah-langkah strategis. Di antaranya melalui perluasan areal tanam pada lahan baru sawah yang sudah ada, gerakan pompanisasi, optimasi lahan dan tumpang sari lahan perkebunan.
Tampak hadir dalam Rakor tersebut adalah Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Bustanul Arifin Cahya, Kepala UPT Kementan di Kalsel, Plt. Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kasel serta perwakilan dari SKPD lingkup Pertanian se-Kalsel dan Korem 01 Antasari Kalsel.
Dalam kesempatan tersebut, Dedi Nursyamsi menegaskan Provinsi Kalsel memiliki potensi besar sebagai sentra produksi pangan nasional, sehingga perlu didorong untuk meningkatkan produksi beras nasional. "Tahun 2023, Indonesia mengalami defisit beras sebesar 3,5 juta ton. Tahun ini kita tidak boleh lagi mengalami defisit tersebut," tegas Dedi.
Untuk mencapai hal tersebut, Dedi menggarisbawahi pentingnya peningkatan luas tanam dengan cara meningkatkan indeks pertanaman di lahan rawa melalui optimasi lahan rawa, pompanisasi di lahan tadah hujan dan tumpang sari di lahan perkebunan. "Kita harus segera bangkit dalam menyiapkan ketahanan pangan Indonesia, terutama di Provinsi Kalsel," tambah Dedi.
Menurutnya, Provinsi Kalsel memiliki potensi yang besar dengan luas lahan mencapai 291.000 hektare, di mana 40.000 hektare di antaranya masih belum dimanfaatkan secara optimal.
Potensi peningkatan Luas Tambah Tanam (LTT) sangat besar dengan pemanfaatan air sungai sebagai sumber pengairan melalui pompanisasi, serta optimasi lahan rawa dan ekstensifikasi cetak lahan baru. Selain itu, sinar matahari yang melimpah memungkinkan produksi pertanian yang lebih baik dengan integrasi perkebunan dan tanaman pangan.
Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Bustanul Arifin Cahya menyebut pentingnya gerakan cepat dan tepat untuk memastikan semua lahan tertanam dan dapat diirigasi dengan baik melalui pompanisasi, optimalisasi lahan, dan pemanfaatan lahan melalui tumpang sari di lahan perkebunan.
“Dengan langkah-langkah strategis ini, diharapkan Provinsi Kalsel dapat menjadi lumbung pangan nasional yang mampu menjawab tantangan ketahanan pangan di Indonesia,” ucapnya.
(cip)