Putu BKSAP Saran Segera Wujudkan Indonesia-EU CEPA
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR Putu Supadma Rudana menyarankan pemerintah segera mewujudkan CEPA antara Indonesia dan Uni Eropa sebelum berakhir masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Oktober 2024. Putu kembali melakukan pertemuan dengan Director of the European Parliament in ASEAN Antoine Ripoll di Gedung DPR, Jakarta.
Banyak isu dibahas dalam pertemuan itu, terutama peningkatan kerja sama bidang perdagangan, ekonomi, transisi energi, dan investasi hijau. “Dalam pertemuan itu kita membahas berbagai isu, termasuk bagaimana Parlemen Uni Eropa terus meningkatkan kerja sama dengan Parlemen Indonesia untuk memperkuat first track diplomasi yang dilakukan pemerintah," kata Putu melalui keterangannya, Senin (24/6/2024).
Putu mengaku Parlemen Indonesia sempat diundang oleh parlemen eropa untuk membahas salah satunya mengenai isu trade di Strasbourg, Prancis dalam The 12th EU-Indonesia inter-Parliamentary Meeting. Adapun terkait isu perdagangan dan investasi ini, Putu mendorong agar segera kedua parlemen mendorong pemerintahan masing-masing untuk mempercepat penyelesaian perundingan Indonesia-European Union CEPA untuk membuat suatu legasi bersama demi keuntungan kedua bangsa serta kawasan.
Dalam konferensi Parliamentary Conference on the World Trade Organization (PCWTO) di Abu Dhabi awal tahun ini, Putu memastikan pentingnya kerja sama antarbangsa dalam mengawal pencapaian SDGs dalam pembangunan kerja sama segala bidang baik perdagangan, ekonomi dan investasi.
Selain itu, peran Uni Eropa untuk mendorong dan mendukung hilirisasi dan upaya negara produsen untuk mengekspor barang jadi demi memberikan nilai tambah untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan secara inklusif dan komitmen menjaga lingkungan hijau.
"Memang kita selalu menyuarakan tentang bagaimana agar hubungan kita dengan Parlemen Eropa harus terus memastikan dan mengakselerasi komitmen bersama dalam mencapai kesepakatan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA),” katanya.
Dia mengatakan, peran kedua parlemen begitu besar untuk memastikan terwujudnya I-EU CEPA ini sehingga berbagai manfaat akan didapatkan kedua bangsa dan masyarakatnya. “Saatnya membuka mata hati daripada hanya terfokus kepada perbedaan dan permasalahan, saatnya parlemen kedua pihak mengakselerasi dan memastikan pemerintah masing-masing mengakselerasi terwujudnya perjanjian ini untuk keuntungan kedua belah pihak," ujarnya.
Maka itu, Putu berharap Pemerintahan Presiden Jokowi bisa mewujudkan CEPA antara Indonesia dan Uni Eropa sebelum berakhir masa jabatannya pada Oktober 2024. Sebab, kata dia, saat ini negosiasinya cukup signifikan dilakukan demi legasi yang diwariskan kedepan untuk kesejahteraan kedua belah pihak.
"Kita berharap sebelum akhir tahun ini atau sebelum berakhirnya masa Pemerintahan Pak Jokowi, Comprehensive Economic Partnership Agreement ini dapat terwujud antara Indonesia dan Uni Eropa. Karena memang komitmen itu sangat ingin wujudkan oleh kedua parlemen dan kita terus aktif berperan dalam mendorong negosiasi perundingan yang pada prinsipnya mendukung kedua belah pihak,” kata Anggota Inter-Parliamentary Union (IPU) untuk Pembangunan Keberlanjutan ini.
Putu mengungkapkan pihaknya terus menunggu sehingga ratifikasi bisa dilakukan kedua parlemen. Selain itu, dia juga telah mengonfirmasi kepada Antoine Ripoll, terkait ada rencana Uni Eropa ingin berinvestasi hijau di Indonesia, seperti yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
"Pak Luhut menyampaikan informasi terkait investasi hijau dan tentu kami juga coba konfirmasi ke perwakilan Parlimen Eropa untuk ASEAN di Jakarta, Antoine Ripoll; mereka sedang mengkaji rencana investasi hijau di Indonesia untuk mendorong dan mensupport akselerasi ekonomi hijau di Indonesia," ungkapnya.
Bahkan, kata Putu, mereka juga memiliki rencana untuk berinvestasi mendukung hilirisasi nikel agar kita tidak hanya mengekspor raw material ke negara-negara di Uni Eropa. "Dorongan melalui diplomasi parlemen ini tentu tujuannya bisa memberikan manfaat kesejahteraan kepada masyarakat dan peningkatan ekonomi kepada Indonesia," jelas Legislator asal Bali ini.
Makanya, lanjut dia, bagaimana parlemen terus berusaha mengambil peran maksimal dalam fungsi diplomasi dan pengawasannya. Pendekatan dan diplomasi yang dilakukan tentu tidak hanya secara formal dalam waktu yang singkat tetapi lebih memberikan pemahanan budaya secara holistic, sehingga kedua belah pihak mampu memahami perbedaan yang justru memperkaya kerjasama antar bangsa.
“Kita ingin mencari titik temu dan kita buka secara kultural, berikan pandangan seperti itu. Tentu hasil ini adalah keberhasilan masyarakat Indonesia. Memang pendekatannya tidak bisa hanya formal, tapi parlemen juga bisa mendukung dan membantu diplomasi dan negosiasi yang dilakukan pemerintah, kedua parlemen duduk bersama dan memastikan kedua pemerintah dalam koridor yang sama dalam menyelesaikan tahapan negosiasi menuju Indonesia-European Union CEPA ini,” kata Putu.
Isu lainnya, kata Putu, secara domestik itu bahwa Indonesia sama-sama memahami Uni Eropa mengalami tantangan growth, mereka mengalami penurunan pertumbuhan ekonominya sehingga sedang fokus dengan pertumbuhan. “Jika kerja sama ini terjalin, pertumbuhan mereka juga akan meningkat dan harapannya Indonesia pun dapat meningkat pertumbuhan ekonominya secara signifikan,” imbuhnya.
Kemudian, isu lain yang dibahas terkait transisi energi. Tentunya, kata Putu, Indonesia terus mendorong kerjasama investasi hijau dalam hal transisi energi. Market Indonesia sangat besar dan jika ditambahkan market negara-negara asia tenggara hampir mencapai 700 juta penduduk sehingga investasi yang dilakukan tentu sangat feasibel.
“Market atau pasar yang besar dari Indonesia dan pertumbuhan yang tinggi di kawasan asia tenggara tentu merupakan momen investasi yang tepat tapi kita ingin memastikan dalam investasi hijau tersebut juga difokuskan kepada alih teknologi dan alih ilmu pengetahuan untuk kita,” kata Putu.
“Inilah tujuan CEPA itu, memastikan kedepan agar tidak satu negara saja yang mendapat keuntungan, tapi kedua belah pihak, kedua kubu baik Uni Eropa, Indonesia dan juga ASEAN bisa mendapatkan manfaat sebesar-besarnya. Saatnya semua harus diakselerasi menuju win-win solutions and outcomes,” pungkasnya.
Banyak isu dibahas dalam pertemuan itu, terutama peningkatan kerja sama bidang perdagangan, ekonomi, transisi energi, dan investasi hijau. “Dalam pertemuan itu kita membahas berbagai isu, termasuk bagaimana Parlemen Uni Eropa terus meningkatkan kerja sama dengan Parlemen Indonesia untuk memperkuat first track diplomasi yang dilakukan pemerintah," kata Putu melalui keterangannya, Senin (24/6/2024).
Putu mengaku Parlemen Indonesia sempat diundang oleh parlemen eropa untuk membahas salah satunya mengenai isu trade di Strasbourg, Prancis dalam The 12th EU-Indonesia inter-Parliamentary Meeting. Adapun terkait isu perdagangan dan investasi ini, Putu mendorong agar segera kedua parlemen mendorong pemerintahan masing-masing untuk mempercepat penyelesaian perundingan Indonesia-European Union CEPA untuk membuat suatu legasi bersama demi keuntungan kedua bangsa serta kawasan.
Dalam konferensi Parliamentary Conference on the World Trade Organization (PCWTO) di Abu Dhabi awal tahun ini, Putu memastikan pentingnya kerja sama antarbangsa dalam mengawal pencapaian SDGs dalam pembangunan kerja sama segala bidang baik perdagangan, ekonomi dan investasi.
Selain itu, peran Uni Eropa untuk mendorong dan mendukung hilirisasi dan upaya negara produsen untuk mengekspor barang jadi demi memberikan nilai tambah untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan secara inklusif dan komitmen menjaga lingkungan hijau.
"Memang kita selalu menyuarakan tentang bagaimana agar hubungan kita dengan Parlemen Eropa harus terus memastikan dan mengakselerasi komitmen bersama dalam mencapai kesepakatan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA),” katanya.
Dia mengatakan, peran kedua parlemen begitu besar untuk memastikan terwujudnya I-EU CEPA ini sehingga berbagai manfaat akan didapatkan kedua bangsa dan masyarakatnya. “Saatnya membuka mata hati daripada hanya terfokus kepada perbedaan dan permasalahan, saatnya parlemen kedua pihak mengakselerasi dan memastikan pemerintah masing-masing mengakselerasi terwujudnya perjanjian ini untuk keuntungan kedua belah pihak," ujarnya.
Maka itu, Putu berharap Pemerintahan Presiden Jokowi bisa mewujudkan CEPA antara Indonesia dan Uni Eropa sebelum berakhir masa jabatannya pada Oktober 2024. Sebab, kata dia, saat ini negosiasinya cukup signifikan dilakukan demi legasi yang diwariskan kedepan untuk kesejahteraan kedua belah pihak.
"Kita berharap sebelum akhir tahun ini atau sebelum berakhirnya masa Pemerintahan Pak Jokowi, Comprehensive Economic Partnership Agreement ini dapat terwujud antara Indonesia dan Uni Eropa. Karena memang komitmen itu sangat ingin wujudkan oleh kedua parlemen dan kita terus aktif berperan dalam mendorong negosiasi perundingan yang pada prinsipnya mendukung kedua belah pihak,” kata Anggota Inter-Parliamentary Union (IPU) untuk Pembangunan Keberlanjutan ini.
Putu mengungkapkan pihaknya terus menunggu sehingga ratifikasi bisa dilakukan kedua parlemen. Selain itu, dia juga telah mengonfirmasi kepada Antoine Ripoll, terkait ada rencana Uni Eropa ingin berinvestasi hijau di Indonesia, seperti yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
"Pak Luhut menyampaikan informasi terkait investasi hijau dan tentu kami juga coba konfirmasi ke perwakilan Parlimen Eropa untuk ASEAN di Jakarta, Antoine Ripoll; mereka sedang mengkaji rencana investasi hijau di Indonesia untuk mendorong dan mensupport akselerasi ekonomi hijau di Indonesia," ungkapnya.
Bahkan, kata Putu, mereka juga memiliki rencana untuk berinvestasi mendukung hilirisasi nikel agar kita tidak hanya mengekspor raw material ke negara-negara di Uni Eropa. "Dorongan melalui diplomasi parlemen ini tentu tujuannya bisa memberikan manfaat kesejahteraan kepada masyarakat dan peningkatan ekonomi kepada Indonesia," jelas Legislator asal Bali ini.
Makanya, lanjut dia, bagaimana parlemen terus berusaha mengambil peran maksimal dalam fungsi diplomasi dan pengawasannya. Pendekatan dan diplomasi yang dilakukan tentu tidak hanya secara formal dalam waktu yang singkat tetapi lebih memberikan pemahanan budaya secara holistic, sehingga kedua belah pihak mampu memahami perbedaan yang justru memperkaya kerjasama antar bangsa.
“Kita ingin mencari titik temu dan kita buka secara kultural, berikan pandangan seperti itu. Tentu hasil ini adalah keberhasilan masyarakat Indonesia. Memang pendekatannya tidak bisa hanya formal, tapi parlemen juga bisa mendukung dan membantu diplomasi dan negosiasi yang dilakukan pemerintah, kedua parlemen duduk bersama dan memastikan kedua pemerintah dalam koridor yang sama dalam menyelesaikan tahapan negosiasi menuju Indonesia-European Union CEPA ini,” kata Putu.
Isu lainnya, kata Putu, secara domestik itu bahwa Indonesia sama-sama memahami Uni Eropa mengalami tantangan growth, mereka mengalami penurunan pertumbuhan ekonominya sehingga sedang fokus dengan pertumbuhan. “Jika kerja sama ini terjalin, pertumbuhan mereka juga akan meningkat dan harapannya Indonesia pun dapat meningkat pertumbuhan ekonominya secara signifikan,” imbuhnya.
Kemudian, isu lain yang dibahas terkait transisi energi. Tentunya, kata Putu, Indonesia terus mendorong kerjasama investasi hijau dalam hal transisi energi. Market Indonesia sangat besar dan jika ditambahkan market negara-negara asia tenggara hampir mencapai 700 juta penduduk sehingga investasi yang dilakukan tentu sangat feasibel.
“Market atau pasar yang besar dari Indonesia dan pertumbuhan yang tinggi di kawasan asia tenggara tentu merupakan momen investasi yang tepat tapi kita ingin memastikan dalam investasi hijau tersebut juga difokuskan kepada alih teknologi dan alih ilmu pengetahuan untuk kita,” kata Putu.
“Inilah tujuan CEPA itu, memastikan kedepan agar tidak satu negara saja yang mendapat keuntungan, tapi kedua belah pihak, kedua kubu baik Uni Eropa, Indonesia dan juga ASEAN bisa mendapatkan manfaat sebesar-besarnya. Saatnya semua harus diakselerasi menuju win-win solutions and outcomes,” pungkasnya.
(rca)