Istiqlal Kian Memancar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tubuh bangunan Masjid Istiqlal malam itu berwarna putih kekuningan. Dua menit kemudian, menara masjid yang awalnya kekuningan berubah menjadi putih bersih. Keindahan baru wajah Istiqlal membuat banyak orang terpana.
Pemandangan di Masjid Istiqlal saat malam hari memang menakjubkan. Masjid lawas dan terbesar di Asia Tenggara ini makin eksotik. Renovasi besar-besaran perdana sejak diresmikan pada 1978 ini membuat orang tertarik untuk datang.
Tak mengherankan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuldjono bersama rombongan yang melakukan pengecekan lapangan pada malam hari sekitar sebulan lalu turut takjub. Beberapa kali Basuki mengangguk-anggukkan kepalanya seolah kagum dengan kecanggihan teknologi baru yang disematkan di Istiqlal.
Perubahan paling mencolok dari renovasi Istiqlal adalah adanya tata pencahayaan baru. Tiap malam masjid dengan bangunan seluas 80.948 meter persegi tersebut seolah bermandikan cahaya. Tiang penyangga, atap, menara hingga fasad luar begitu bersinar dengan cahaya yang berpendar. (Baca: Belum Diresmikan Jokowi, Masjid Istiqlal Masih Tertutup untuk Umum)
Perubahan ini terjadi karena Istiqlal disinari dengan efek glow dari ratusan lampu light emitting diode (LED) berwarna putih kekuningan. Warna menara juga bisa diubah-ubah tergantung keinginan lantaran pencahayaan diatur dinamis. Untuk mengubahnya, pengurus masjid juga cukup mengendalikan lewat laptop atau smartphone yang terkoneksi dengan wifi.
Demikian pula di ruang salat utama, warna cahaya juga berubah menyesuaikan pergerakan matahari. Untuk fasilitas ini, di Istiqlal ditanam 3.851 lampu baru, 300 lampu LED monocolor, 40 LED monocolor khusus di bawah kubah, 19 LED monocolor di mihrab, dan 192 khusus natural white di sekitar kaligrafi. Warna cahaya utama itu diselaraskan dengan matahari (syams) yang hangat kekuningan dan bulan (qomar) yang putih menyejukkan. Gambaran ini sangat kontras bila dibandingkan sebelumnya yang biasanya cahaya hanya terlihat di pucuk menara atau titik tertentu. (Baca juga: 9 Poin RUU Ciptaker Masih Jadi Perdebatan Tim Buruh-DPR)
Masjid kebanggaan umat Islam Indonesia itu tinggal menunggu waktu untuk dibuka kembali untuk umum. Proses renovasi yang dimulai Mei 2019 itu sudah rampung. Peresmian rencananya dilakukan akhir Juli lalu. Namun hingga kini rencana itu belum ada kepastian. “Sekarang Covid-19 di Jakarta masih merah. Itu salah satu pertimbangan (belum dibuka). Imam Besar akan berkoordinasi dengan Pemda DKI Jakarta yang punya wilayah,” ujar Wakil Kepala Bidang Penyelenggaraan Peribadatan Masjid Istiqlal Abu Hurairah Abd Salam.
Renovasi masjid menelan biaya Rp475 miliar. Abu Hurairah menerangkan, perubahan paling mendasar adalah adanya lahan parkir bawah tanah sebanyak dua lantai yang bisa menampung 2.000 kendaraan. Pinggiran Sungai Ciliwung yang melalui area Istiqlal dibuat undak-undak seperti bangku di stadion bola. “Air sungai Ciliwung yang mengalir ke Istiqlal sedang diusahakan agar jernih. Ini dibantu oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Mereka sudah berjanji. Ada pintu gerbang baru dari arah lapangan banteng,” tuturnya.
Dengan sejumlah fasilitas baru itu, Abu Hurairah optimistis Istiqlal akan menjadi daya tarik baru bagi pengunjung dan jamaah. Apalagi saat ini sedang tren foto-foto di spot-spot yang unik dan menarik.
Adapun untuk renovasi di bagian dalam tidak banyak perubahan. Awalnya tempat imam akan diubah bentuknya seperti Hajar Aswad. Namun rencana itu tidak mendapatkan izin dari tim cagar budaya. Sejak awal memang pengelola, arsitek, dan kontraktor sudah diwanti-wanti untuk tidak mengubah terlalu banyak bangunan cagar budaya ini. (Baca juga: Wamena Papua Kembali Mencekam, 10 Rumah Dibakar dan 4 Warga Terluka)
Desain bangunan harus tetap seperti yang dibuat Friedrich Silaban, arsitek utama Istiqlal. Dua bagian teras raksasa sekarang ditanami tanaman yang merambat dari atas ke bawah. Ini membuat kesan rimbun dan hijau. Semua marmer yang menjadi keistimewaan Istiqlal juga dibuat kinclong kembali. Marmer yang rusak dan sudah usang diganti. Kontraktor mendatangkan langsung dari Tulungagung, Jawa Timur. Pada pembangunan pertama, marmer Istiqlal juga berasal dari Tulungagung.
Untuk membuat Istiqlal makin bersinar, setidaknya dibutuhkan 10.000 watt. Namun pengelola meyakini, lampu-lampu yang digunakan ramah lingkungan dan hemat energi. Apalagi untuk makin menghemat daya, Istiqlal juga dilengkapi dengan solar system.
Perubahan total tampak di Pintu Gerbang 5 atau Al Fattah. Tulisan Masjid Istiqlal di tembok di tengah antara jalan masuk dan keluar di seberang Gereja Katedral sudah tidak ada. Sekarang tulisan Masjid Istiqlal pindah di tembok besar berukuran 5x10 meter di samping pintu gerbang. Tulisan sekarang berwarna cokelat berkilap.
Parkir motor di sebelah kiri pintu gerbang Al Fattah pun hilang. Sekarang berganti dengan puluhan kios-kios kecil. Kios-kios itu berukuran lebar 1 meter dan tinggi 2 meter, empat kakinya berbentuk roda dan atas memiliki atap kecil. Pintunya model rolling dan di dalamnya ada sebuah meja untuk menempatkan barang dagangan.
Jembatan yang menghubungkan halaman parkir sudah dipoles. Tidak ada lagi besi kusam di samping kiri dan kanan serta tanaman. Sekarang berganti dua bangunan berwarna cokelat muda. Jalan aspal berganti dengan batu granit. Ada pintu baru yang menghadap lapangan banteng dan hotel Borobudur. Ini adalah gerbang 4 dengan nama Al Jabbar. (Baca juga: Gesek ATM Mulai Gak Laku, Nasabah Lebih Milik Digital Banking)
Pintu itu sepertinya hanya untuk pejalan kaki. Di pintu Gerbang 3 yang bernama Al Aziz jalan masuknya lebih besar. Kemungkinan ini akan menjadi jalur masuk kendaraan bermotor.
Kendati renovasi cukup besar, tidak ada perubahan kapasitas masjid ini, yakni tetap dengan daya tampung 200.000 jamaah. Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar pun telah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk membantu pemeliharaan di masa yang akan datang. Pengelolaan taman dikerjasamakan dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Adapun untuk sungai dan segala macamnya, pengelola sudah mengadakan komunikasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyatakan, Masjid Istiqlal sudah siap digunakan. Bahkan belum lama ini juga sudah dicek oleh Presiden Joko Widodo. Namun kapan akan resmi dibuka, dia juga belum bisa memastikan. “Renovasi ini besar-besaran untuk pertama kali sejak dibangun 42 tahun lalu. Insyaallah sudah sesuai dengan harapan masyarakat,” kata Basuki.
Terowongan Silaturahmi
Dari data Kementerian PUPR, lingkup pekerjaan renovasi Masjid Istiqlal meliputi penataan kawasan, pekerjaan struktur, arsitektur, mechanical electrical plumbing (MEP), interior, dan signage. Penataan kawasan meliputi perapian zonasi kawasan, perbaikan gerbang, penambahan plaza-plaza sebagai ruang publik, perbaikan tepi atau tanggul sungai, penambahan gedung parkir basement, perbaikan kantin, dan penambahan area PKL.
Pekerjaan arsitektur mencakup pekerjaan fasad, lantai, dinding, kusen, jendela, pintu, ruang wudu, toilet, dan kamar mandi. Adapun interior di antaranya adalah ruang salat utama, area VIP, dan perkantoran pengurus masjid. Bagian luar dipercantik dengan terakota dan ditambah dengan tanaman Lee Kuan Yeuw sehingga lingkungan pelataran masjid terlihat lebih asri. (Lihat videonya: Jejak Tradisi Malam 1 Suro dan Suronan di Pesantren)
“Kalau mengacu pada dokumen kontrak, pekerjaan, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh kontraktor sudah seluruhnya dipenuhi. Pengerjaannya sesuai dengan kaidah-kaidah cagar budaya,” kata Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja.
Pengerjaan selanjutnya yang akan dilakukan Kementerian PUPR adalah terowongan bawah tanah yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Bangunan ini dinamakan Terowongan Silaturahmi. Pengerjaan ini diyakini tidak akan mengganggu fungsi dan kegiatan ibadah di Masjid Istiqlal selama berlangsung. Begitu juga di Katedral, tidak akan mengganggu fungsi dan kegiatan di gereja. Pengerjaannya direncanakan akan dimulai pada akhir 2020. Kebutuhan anggaran untuk terowongan tersebut Rp40 miliar. (FW Bahtiar/Faorick Pakpahan)
Pemandangan di Masjid Istiqlal saat malam hari memang menakjubkan. Masjid lawas dan terbesar di Asia Tenggara ini makin eksotik. Renovasi besar-besaran perdana sejak diresmikan pada 1978 ini membuat orang tertarik untuk datang.
Tak mengherankan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuldjono bersama rombongan yang melakukan pengecekan lapangan pada malam hari sekitar sebulan lalu turut takjub. Beberapa kali Basuki mengangguk-anggukkan kepalanya seolah kagum dengan kecanggihan teknologi baru yang disematkan di Istiqlal.
Perubahan paling mencolok dari renovasi Istiqlal adalah adanya tata pencahayaan baru. Tiap malam masjid dengan bangunan seluas 80.948 meter persegi tersebut seolah bermandikan cahaya. Tiang penyangga, atap, menara hingga fasad luar begitu bersinar dengan cahaya yang berpendar. (Baca: Belum Diresmikan Jokowi, Masjid Istiqlal Masih Tertutup untuk Umum)
Perubahan ini terjadi karena Istiqlal disinari dengan efek glow dari ratusan lampu light emitting diode (LED) berwarna putih kekuningan. Warna menara juga bisa diubah-ubah tergantung keinginan lantaran pencahayaan diatur dinamis. Untuk mengubahnya, pengurus masjid juga cukup mengendalikan lewat laptop atau smartphone yang terkoneksi dengan wifi.
Demikian pula di ruang salat utama, warna cahaya juga berubah menyesuaikan pergerakan matahari. Untuk fasilitas ini, di Istiqlal ditanam 3.851 lampu baru, 300 lampu LED monocolor, 40 LED monocolor khusus di bawah kubah, 19 LED monocolor di mihrab, dan 192 khusus natural white di sekitar kaligrafi. Warna cahaya utama itu diselaraskan dengan matahari (syams) yang hangat kekuningan dan bulan (qomar) yang putih menyejukkan. Gambaran ini sangat kontras bila dibandingkan sebelumnya yang biasanya cahaya hanya terlihat di pucuk menara atau titik tertentu. (Baca juga: 9 Poin RUU Ciptaker Masih Jadi Perdebatan Tim Buruh-DPR)
Masjid kebanggaan umat Islam Indonesia itu tinggal menunggu waktu untuk dibuka kembali untuk umum. Proses renovasi yang dimulai Mei 2019 itu sudah rampung. Peresmian rencananya dilakukan akhir Juli lalu. Namun hingga kini rencana itu belum ada kepastian. “Sekarang Covid-19 di Jakarta masih merah. Itu salah satu pertimbangan (belum dibuka). Imam Besar akan berkoordinasi dengan Pemda DKI Jakarta yang punya wilayah,” ujar Wakil Kepala Bidang Penyelenggaraan Peribadatan Masjid Istiqlal Abu Hurairah Abd Salam.
Renovasi masjid menelan biaya Rp475 miliar. Abu Hurairah menerangkan, perubahan paling mendasar adalah adanya lahan parkir bawah tanah sebanyak dua lantai yang bisa menampung 2.000 kendaraan. Pinggiran Sungai Ciliwung yang melalui area Istiqlal dibuat undak-undak seperti bangku di stadion bola. “Air sungai Ciliwung yang mengalir ke Istiqlal sedang diusahakan agar jernih. Ini dibantu oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Mereka sudah berjanji. Ada pintu gerbang baru dari arah lapangan banteng,” tuturnya.
Dengan sejumlah fasilitas baru itu, Abu Hurairah optimistis Istiqlal akan menjadi daya tarik baru bagi pengunjung dan jamaah. Apalagi saat ini sedang tren foto-foto di spot-spot yang unik dan menarik.
Adapun untuk renovasi di bagian dalam tidak banyak perubahan. Awalnya tempat imam akan diubah bentuknya seperti Hajar Aswad. Namun rencana itu tidak mendapatkan izin dari tim cagar budaya. Sejak awal memang pengelola, arsitek, dan kontraktor sudah diwanti-wanti untuk tidak mengubah terlalu banyak bangunan cagar budaya ini. (Baca juga: Wamena Papua Kembali Mencekam, 10 Rumah Dibakar dan 4 Warga Terluka)
Desain bangunan harus tetap seperti yang dibuat Friedrich Silaban, arsitek utama Istiqlal. Dua bagian teras raksasa sekarang ditanami tanaman yang merambat dari atas ke bawah. Ini membuat kesan rimbun dan hijau. Semua marmer yang menjadi keistimewaan Istiqlal juga dibuat kinclong kembali. Marmer yang rusak dan sudah usang diganti. Kontraktor mendatangkan langsung dari Tulungagung, Jawa Timur. Pada pembangunan pertama, marmer Istiqlal juga berasal dari Tulungagung.
Untuk membuat Istiqlal makin bersinar, setidaknya dibutuhkan 10.000 watt. Namun pengelola meyakini, lampu-lampu yang digunakan ramah lingkungan dan hemat energi. Apalagi untuk makin menghemat daya, Istiqlal juga dilengkapi dengan solar system.
Perubahan total tampak di Pintu Gerbang 5 atau Al Fattah. Tulisan Masjid Istiqlal di tembok di tengah antara jalan masuk dan keluar di seberang Gereja Katedral sudah tidak ada. Sekarang tulisan Masjid Istiqlal pindah di tembok besar berukuran 5x10 meter di samping pintu gerbang. Tulisan sekarang berwarna cokelat berkilap.
Parkir motor di sebelah kiri pintu gerbang Al Fattah pun hilang. Sekarang berganti dengan puluhan kios-kios kecil. Kios-kios itu berukuran lebar 1 meter dan tinggi 2 meter, empat kakinya berbentuk roda dan atas memiliki atap kecil. Pintunya model rolling dan di dalamnya ada sebuah meja untuk menempatkan barang dagangan.
Jembatan yang menghubungkan halaman parkir sudah dipoles. Tidak ada lagi besi kusam di samping kiri dan kanan serta tanaman. Sekarang berganti dua bangunan berwarna cokelat muda. Jalan aspal berganti dengan batu granit. Ada pintu baru yang menghadap lapangan banteng dan hotel Borobudur. Ini adalah gerbang 4 dengan nama Al Jabbar. (Baca juga: Gesek ATM Mulai Gak Laku, Nasabah Lebih Milik Digital Banking)
Pintu itu sepertinya hanya untuk pejalan kaki. Di pintu Gerbang 3 yang bernama Al Aziz jalan masuknya lebih besar. Kemungkinan ini akan menjadi jalur masuk kendaraan bermotor.
Kendati renovasi cukup besar, tidak ada perubahan kapasitas masjid ini, yakni tetap dengan daya tampung 200.000 jamaah. Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar pun telah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk membantu pemeliharaan di masa yang akan datang. Pengelolaan taman dikerjasamakan dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Adapun untuk sungai dan segala macamnya, pengelola sudah mengadakan komunikasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyatakan, Masjid Istiqlal sudah siap digunakan. Bahkan belum lama ini juga sudah dicek oleh Presiden Joko Widodo. Namun kapan akan resmi dibuka, dia juga belum bisa memastikan. “Renovasi ini besar-besaran untuk pertama kali sejak dibangun 42 tahun lalu. Insyaallah sudah sesuai dengan harapan masyarakat,” kata Basuki.
Terowongan Silaturahmi
Dari data Kementerian PUPR, lingkup pekerjaan renovasi Masjid Istiqlal meliputi penataan kawasan, pekerjaan struktur, arsitektur, mechanical electrical plumbing (MEP), interior, dan signage. Penataan kawasan meliputi perapian zonasi kawasan, perbaikan gerbang, penambahan plaza-plaza sebagai ruang publik, perbaikan tepi atau tanggul sungai, penambahan gedung parkir basement, perbaikan kantin, dan penambahan area PKL.
Pekerjaan arsitektur mencakup pekerjaan fasad, lantai, dinding, kusen, jendela, pintu, ruang wudu, toilet, dan kamar mandi. Adapun interior di antaranya adalah ruang salat utama, area VIP, dan perkantoran pengurus masjid. Bagian luar dipercantik dengan terakota dan ditambah dengan tanaman Lee Kuan Yeuw sehingga lingkungan pelataran masjid terlihat lebih asri. (Lihat videonya: Jejak Tradisi Malam 1 Suro dan Suronan di Pesantren)
“Kalau mengacu pada dokumen kontrak, pekerjaan, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh kontraktor sudah seluruhnya dipenuhi. Pengerjaannya sesuai dengan kaidah-kaidah cagar budaya,” kata Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja.
Pengerjaan selanjutnya yang akan dilakukan Kementerian PUPR adalah terowongan bawah tanah yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Bangunan ini dinamakan Terowongan Silaturahmi. Pengerjaan ini diyakini tidak akan mengganggu fungsi dan kegiatan ibadah di Masjid Istiqlal selama berlangsung. Begitu juga di Katedral, tidak akan mengganggu fungsi dan kegiatan di gereja. Pengerjaannya direncanakan akan dimulai pada akhir 2020. Kebutuhan anggaran untuk terowongan tersebut Rp40 miliar. (FW Bahtiar/Faorick Pakpahan)
(ysw)