Jejak Muhammadiyah Menuju Kemerdekaan Indonesia

Jum'at, 21 Agustus 2020 - 06:05 WIB
loading...
A A A
Pendirian Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), organisasi anti-Belanda, adalah inisiatif Muhammadiyah di bawah pimpinan Mas Mansur bersama organisai lainnya. Mas Mansur pula yang dikenal salah satu tokoh empat serangkai selain Soekarno, Hatta, dan Ki Hajar Dewantara. Namun kemudian, karena Jepang ternyata demikian jauh menyengsarakan rakyat sehingga menurutnya pantas dihadapi dengan angkat senjata. Karena itu dia meminta Bung Karno untuk ikut mendukung gerakan PETA yang dipimpin Supriyadi. Tapi Bung Karno menolak.

Mas Mansur tetap mendukung gerakan PETA. Atas prakarsa Kasman Singodimejo, kader Muhammadiyah yang juga salah satu komandan PETA, Mas Mansur ceramah subuh di asrama PETA untuk membangkitkan semangat ruhul jihad melawan Jepang. Beliau ditangkap tentara NICA karena memberikan semangat kepada para pemuda melawan NICA.

Mas Mansur bersama kader Muhammadiyah lainnya seperti Ki Bagoes Hadikusomo, Abdul Kahar Muzakkir, dan Ny Raden Nganten Siti Soekaptinah Soenarjo Mangoenpuspito (Aisyiyah) dan juga warga Muhammadiyah Sukiman dan Haji Agus Salim juga terlibat dalam perumusan dan pembahasan kemerdekaan di BPUPKI. Ki Bagoes bahkan sangat aktif di lembaga tersebut. Ki Bagoes juga dan kemudian Kasman Singodimedjo terlibat dalam PPKI. Bahkan Ki Bagoes salah satu tokoh yang sangat pro aktif dan berperan banyak dalam perdebatan di BPUPKI dan PPKI.

Selain para pimpinan pusat, kader dan warga Muhammadiyah juga banyak yang terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tokoh Proklamator Indonesia, Sukarno merupakan kader Muhammadiyah. Deklarasi Juanda yang menyatukan laut di sekitar, di antara dan di dalam Kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI juga oleh warga Muhammadiyah. Bahkan jauh hari sebelumnya, yaitu 23 Januari 1942 kader Muhammadiyah di Gorontalo Nani Wartabone dengan heroik telah juga memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Begini teks proklamasi yang dibacakan oleh Nani Wartabone saat itu; “Pada hari ini, tanggal 23 Januari 1942, kita bangsa Indonesia yang berada di sini sudah merdeka bebas, lepas dan penjajahan bangsa mana pun juga. Bendera kita yaitu Merah Putih, lagu kebangsaan kita adalah Indonesia Raya. Pemerintahan Belanda sudah diambil oleh Pemerintah Nasional. Agar tetap menjaga keamanan dan ketertiban.

Upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia juga tidak lepas dari perjuangan senjata dan juga diplomasi. Kader Muhammadiyah terlibat dalam dua front perjuangan tersebut. Panglima Besar Jenderal Sudirman tokoh utama tentara melawan Belanda merupakan kader Muhammadiyah. Sementara Haji Agus Salim dan Mohammad Roem terlibat aktif dalam diplomasi. Sementara Kahar Muzakkir yang disebut di atas semasa masih belajar di Mesir telah berjuang di tingkat internasional menyuarakan kemerdekaan Indonesia.

Tentara Indonesia pada masa perang kemerdekaan salah satunya berasal dari PETA. Pada saat ini anggota peta banyak yang berasal dari guru. Sehingga banyak warga Muhammadiyah juga bagian dari PETA dan kemudian turut berjuang. Seperti Soedirman dan Kasman, yang kemudian kita kenal sebagai Jenderal Besar Soedirman, bapak TNI. Dan, Mr Kasman Singodimedjo yang kita kenal sebagai Jaksa Agung pertama.

Selain itu warga Muhammadiyah juga ikut dalam laskar-laskar seperti Hizbullah. Bahkan secara khusus warga Muhammadiyah membentuk Askar Perang Sabil. Bahkan jauh sebelumnya, yaitu pada 1918 Muhammadiyah telah mendirikan organisasi kepanduan, Hizbul Wathan (pembela tanah air) yang salah satu tokohnya adalah Soedirman. Selain itu, yang tidak bisa dinafikan, gerakan kultural Muhammadiyah lewat Pendidikan dan kesehatan tentu telah memajukan dan mencerdaskan, menyehatkan anak bangsa yang kemudian berjuang untuk kemerdekaan dan kemajuan negeri.

Menarik juga untuk dicatat, Majalah Muhammadiyah juga merupakan pelopor dalam penggunaan Bahasa Indonesia. Sejak tahun 1923 Suara Muhammadiyah telah menggunakan bahasa Indonesia. Karena itu Suara Muhammadiyah mendapatkan Penghargaan Kategori Kepeloporan sebagai Media Dakwah Perjuangan Kemerdekaan RI dalam Bahasa Indonesia di Hari Pers Nasional (HPN) 2018, dan Suara Muhammadiyah masih terbit melayani dan mencerahkan pembacanya sampai saat ini.
(ras)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2357 seconds (0.1#10.140)