Jokowi-Ma’ruf Berpotensi Raih Pemilih Mengambang
A
A
A
JAKARTA - Pasangan Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma’ruf Amin diprediksi lebih mampu mengambil suara dari pemilih yang belum memutuskan pilihan (undecided voters) atau pemilih mengambang dari pada Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Pemilih mengambang cenderung memiliki persepsi positif terhadap kinerja Jokowi selama lima tahun terakhir. Kecenderungan tersebut merupakan hasil temuan lembaga survei Konsep Indonesia (Konsepindo Research & Consulting).
Berdasarkan hasil survei itu, pasangan Jokowi-Ma’ruf lebih disukai pemilih mengambang yang masih berjumlah 11,1% dari total responden. Direktur Eksekutif Konsepindo Veri Muhlis Arifuzzaman memaparkan, tingkat pengenalan publik terhadap capres maupun cawapres cukup tinggi, yakni di atas 90%.
Jokowi 98,8% dengan tingkat kesukaan 81,1%, Prabowo 97,3% dengan tingkat kesukaan 67,6%; sedangkan Kiai Ma’ruf Amin (KMA) 92,3% dengan tingkat kesukaan 76,4% dan Sandi 91,7%. Secara top of mind, Jokowi-KMA meraih elektabilitas 55%, Prabowo-Sandi 33,2%, dan undecided voters 11,8%.
Tidak jauh berbeda, dalam hal elektabilitas dengan spesimen surat suara, Jokowi- KMA mendapatkan 54,8% dan Prabowo-Sandi 34,1%, sedangkan undecided voters 11,1%. “Ada gap selisih pasangan calon 01 dan 02 sebesar 20,7%.
Dan alasan memilih Pak Jokowi-Ma’ruf dianggap mampu mengatasi masalah ekonomi 28,3%. Prabowo-Sandi 26,7% untuk alasan mampu menciptakan keamanan dan ketertiban, Prabowo-Sandi cukup tinggi,” kata Veri dalam paparan survei yang bertajuk “Peta Kekuatan Pilpres Mutakhir: Menimbang Suara Undecided Voters “ di Hotel Millennium, Jakarta, Rabu (13/3).
Veri mengatakan, Jokowi- KMA juga unggul di semua daerah kecuali Sumatera dimana Prabowo-Sandi unggul 2,5%. Dalam distribusi dukungan capres dari segmen gender, agama, dan usia, hampir di semua segmen pasangan Jokowi-KMA unggul. Untuk etnik, Jokowi-KMA unggul di etnik Jawa (51,2%), Betawi (59,3%), dan Batak.
Sementara Prabowo-Sandi unggul di etnik Sunda (51,8%), Melayu (69%), dan Lampung. Menurut Veri, berdasarkan temuan data Konsepindo, Jokowi berpotensi dapat mengambil suara kelompok pemilih yang belum memutuskan pilihan meskipun hanya ada 52% saja dari undecided voters ini yang menyatakan akan ikut pemilu, 13,9% golput, sementara 34,1% tidak tahu atau tidak menjawab.
Sebab pada kelompok pemilih ini terdapat 8% sangat puas dan 60,5% cukup puas dengan kerja Jokowi. “Selain itu, yang menginginkan kembali Jokowi menjadi presiden untuk kedua kalinya dari kelompok undecided voters juga lumayan banyak, yakni sebesar 18,1%, tidak ingin 10,4%, dan tidak menjawab 71,5%. Kelompok undecided voters ini juga banyak berasal dari partai pengusung Jokowi, yakni PKB (9,9%), PDIP (7,4%), PPP dan Golkar (2,5%),” terangnya.
“Memang saat ditanyakan kembali kepada para undecided voters ini, yang memilih Jokowi-KMA dan Prabowo- Sandi imbang, yakni samasama mendapatkan 3,4%, dan 93,2% tidak mau menjawab,” tambahnya.
Mengenai metodologi survei, Veri menjelaskan bahwa survei ini dilaksanakan pada 17-24 Februari 2019 di 34 provinsi. Dengan 1.200 responden yang berusia 17 tahun atau sudah menikah, dipilihlah metode multistage random sampling . Adapun margin of error +- 2,9% pada tingkat kepercayaan 95% dan quality control 20%.
Konsepindo juga mengungkap daerah mana saja yang dilakukan survei, sampai ketingkat desa. “Survei ini dibiayai oleh kami sendiri. Kami taat menjalankan prosedur, kami juga bergabung di asosiasi Persepi,” ujarnya.
Sementara itu Juru Bicara (Jubir) Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-KMA, Ace Hasan Syadzily, menanggapi hasil survei tersebut. Dia berujar, apa yang ada dalam survei mengonfirmasi survei-survei yang pernah ada sebelumnya dan survei ini secara metodologis dengan data-data yang dipaparkan bisa dipertanggung jawabkan.
Dan perolehan Jokowi-KMA tidak mudah di lampaui oleh Prabowo-Sandi. “Itu tidak mudah dengan selisih sekian persen Bang Viva (Jubir BPN) untuk mengejar kami. Target kami 70%. Kalau Bang Viva (Prabowo-Sandi) mengejar, kita akan lari lagi, insyaallah 70%. Gapnya 20,1%,” kata Ace pada kesempatan sama.
Mengenai daerah yang masih kurang, menurut dia, TKN akan menjadikan itu sebagai bahan evaluasi untuk bekerja lebih keras lagi di daerah tersebut. Dan yang terpenting ada lah pada undecided voters ini sebanyak 60+8% masyarakat puas dengan kinerja Jokowi.
Tentu hal ini menjadi modal yang bisa diolah. “Ini terkonfirmasi oleh unde cided voters bahwa mereka menginginkan kembali Pak Jokowi menjadi presiden. Peluang kami jauh lebih besar daripada 02, kepuasan atas kerja Jokowi-JK di atas 60%. Ini modal dasar kami, dengan berani menargetkan 70%,” tegasnya.Di sisi lain Jubir Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi yang juga hadir, Viva Yoga Mauladi, menjelaskan bahwa dalam ilmu statistik, semakin banyak responden akan semakin kecil angka margin of error dan mengubah hasil surveinya secara signifikan.
Selama ini di lingkup internal, BPN melakukan survei dari setiap daerah pemilihan (dapil) yang kemudian ditarik ke level nasional. “Soal hasil cincai ya bisa naik turun, saya tidak mau bahas itu. Banyak kasus di pilkada lalu, ini persoalan responden, kredibilitas data, dan kredibilitas lembaga survei. Ada lembaga survei yang merangkap sebagai konsultan politik, saya nggak mau sebutkan,” kata Viva pada kesempatan sama.
Adapun survei ini atau survei lainnya hanya menggunakan 1.200 res pon den dari 34 provinsi yang berarti tiap provinsi hanya sekitar 35 orang saja. Sementara jumlah DPT ada 192 juta. (Kiswondari)
Pemilih mengambang cenderung memiliki persepsi positif terhadap kinerja Jokowi selama lima tahun terakhir. Kecenderungan tersebut merupakan hasil temuan lembaga survei Konsep Indonesia (Konsepindo Research & Consulting).
Berdasarkan hasil survei itu, pasangan Jokowi-Ma’ruf lebih disukai pemilih mengambang yang masih berjumlah 11,1% dari total responden. Direktur Eksekutif Konsepindo Veri Muhlis Arifuzzaman memaparkan, tingkat pengenalan publik terhadap capres maupun cawapres cukup tinggi, yakni di atas 90%.
Jokowi 98,8% dengan tingkat kesukaan 81,1%, Prabowo 97,3% dengan tingkat kesukaan 67,6%; sedangkan Kiai Ma’ruf Amin (KMA) 92,3% dengan tingkat kesukaan 76,4% dan Sandi 91,7%. Secara top of mind, Jokowi-KMA meraih elektabilitas 55%, Prabowo-Sandi 33,2%, dan undecided voters 11,8%.
Tidak jauh berbeda, dalam hal elektabilitas dengan spesimen surat suara, Jokowi- KMA mendapatkan 54,8% dan Prabowo-Sandi 34,1%, sedangkan undecided voters 11,1%. “Ada gap selisih pasangan calon 01 dan 02 sebesar 20,7%.
Dan alasan memilih Pak Jokowi-Ma’ruf dianggap mampu mengatasi masalah ekonomi 28,3%. Prabowo-Sandi 26,7% untuk alasan mampu menciptakan keamanan dan ketertiban, Prabowo-Sandi cukup tinggi,” kata Veri dalam paparan survei yang bertajuk “Peta Kekuatan Pilpres Mutakhir: Menimbang Suara Undecided Voters “ di Hotel Millennium, Jakarta, Rabu (13/3).
Veri mengatakan, Jokowi- KMA juga unggul di semua daerah kecuali Sumatera dimana Prabowo-Sandi unggul 2,5%. Dalam distribusi dukungan capres dari segmen gender, agama, dan usia, hampir di semua segmen pasangan Jokowi-KMA unggul. Untuk etnik, Jokowi-KMA unggul di etnik Jawa (51,2%), Betawi (59,3%), dan Batak.
Sementara Prabowo-Sandi unggul di etnik Sunda (51,8%), Melayu (69%), dan Lampung. Menurut Veri, berdasarkan temuan data Konsepindo, Jokowi berpotensi dapat mengambil suara kelompok pemilih yang belum memutuskan pilihan meskipun hanya ada 52% saja dari undecided voters ini yang menyatakan akan ikut pemilu, 13,9% golput, sementara 34,1% tidak tahu atau tidak menjawab.
Sebab pada kelompok pemilih ini terdapat 8% sangat puas dan 60,5% cukup puas dengan kerja Jokowi. “Selain itu, yang menginginkan kembali Jokowi menjadi presiden untuk kedua kalinya dari kelompok undecided voters juga lumayan banyak, yakni sebesar 18,1%, tidak ingin 10,4%, dan tidak menjawab 71,5%. Kelompok undecided voters ini juga banyak berasal dari partai pengusung Jokowi, yakni PKB (9,9%), PDIP (7,4%), PPP dan Golkar (2,5%),” terangnya.
“Memang saat ditanyakan kembali kepada para undecided voters ini, yang memilih Jokowi-KMA dan Prabowo- Sandi imbang, yakni samasama mendapatkan 3,4%, dan 93,2% tidak mau menjawab,” tambahnya.
Mengenai metodologi survei, Veri menjelaskan bahwa survei ini dilaksanakan pada 17-24 Februari 2019 di 34 provinsi. Dengan 1.200 responden yang berusia 17 tahun atau sudah menikah, dipilihlah metode multistage random sampling . Adapun margin of error +- 2,9% pada tingkat kepercayaan 95% dan quality control 20%.
Konsepindo juga mengungkap daerah mana saja yang dilakukan survei, sampai ketingkat desa. “Survei ini dibiayai oleh kami sendiri. Kami taat menjalankan prosedur, kami juga bergabung di asosiasi Persepi,” ujarnya.
Sementara itu Juru Bicara (Jubir) Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-KMA, Ace Hasan Syadzily, menanggapi hasil survei tersebut. Dia berujar, apa yang ada dalam survei mengonfirmasi survei-survei yang pernah ada sebelumnya dan survei ini secara metodologis dengan data-data yang dipaparkan bisa dipertanggung jawabkan.
Dan perolehan Jokowi-KMA tidak mudah di lampaui oleh Prabowo-Sandi. “Itu tidak mudah dengan selisih sekian persen Bang Viva (Jubir BPN) untuk mengejar kami. Target kami 70%. Kalau Bang Viva (Prabowo-Sandi) mengejar, kita akan lari lagi, insyaallah 70%. Gapnya 20,1%,” kata Ace pada kesempatan sama.
Mengenai daerah yang masih kurang, menurut dia, TKN akan menjadikan itu sebagai bahan evaluasi untuk bekerja lebih keras lagi di daerah tersebut. Dan yang terpenting ada lah pada undecided voters ini sebanyak 60+8% masyarakat puas dengan kinerja Jokowi.
Tentu hal ini menjadi modal yang bisa diolah. “Ini terkonfirmasi oleh unde cided voters bahwa mereka menginginkan kembali Pak Jokowi menjadi presiden. Peluang kami jauh lebih besar daripada 02, kepuasan atas kerja Jokowi-JK di atas 60%. Ini modal dasar kami, dengan berani menargetkan 70%,” tegasnya.Di sisi lain Jubir Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi yang juga hadir, Viva Yoga Mauladi, menjelaskan bahwa dalam ilmu statistik, semakin banyak responden akan semakin kecil angka margin of error dan mengubah hasil surveinya secara signifikan.
Selama ini di lingkup internal, BPN melakukan survei dari setiap daerah pemilihan (dapil) yang kemudian ditarik ke level nasional. “Soal hasil cincai ya bisa naik turun, saya tidak mau bahas itu. Banyak kasus di pilkada lalu, ini persoalan responden, kredibilitas data, dan kredibilitas lembaga survei. Ada lembaga survei yang merangkap sebagai konsultan politik, saya nggak mau sebutkan,” kata Viva pada kesempatan sama.
Adapun survei ini atau survei lainnya hanya menggunakan 1.200 res pon den dari 34 provinsi yang berarti tiap provinsi hanya sekitar 35 orang saja. Sementara jumlah DPT ada 192 juta. (Kiswondari)
(nfl)