Denny JA Bicara Agama Cinta dan Paradoks Dunia Modern

Senin, 27 Mei 2024 - 17:28 WIB
loading...
A A A
Dia juga menyoroti paradoks-peradaban modern yang dihadapi oleh masyarakat global, yang menghadirkan tantangan baru terkait kesejahteraan mental dan emosional. Meskipun kemajuan teknologi komunikasi memungkinkan koneksi virtual yang lebih kuat, banyak individu yang merasa terisolasi dari hubungan personal yang intim.

"Hal ini menciptakan paradoks antara konektivitas digital yang tak terbatas dan kesepian sosial yang meningkat," katanya.

Paradoks pertama adalah era revolusi teknologi komunikasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Meskipun orang dapat berkomunikasi secara virtual dengan luar biasa, dari belahan dunia manapun dan kapanpun secara real-time, muncul juga individu yang merasa terputus dari hubungan personal yang intim.

"Hal ini menciptakan paradoks di mana meskipun konektivitas digital semakin kuat, banyak orang mengalami kekosongan dalam hubungan personal," paparnya.

Paradoks kedua adalah berkembangnya industri hiburan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Meskipun segala hal, bahkan hiburan, dapat diakses 24 jam sehari melalui ponsel pintar, jumlah orang yang merasa kesepian justru meningkat.

"Ada paradoks di mana kemajuan industri hiburan tidak sejalan dengan kebahagiaan dan kesejahteraan sosial," tandasnya.

Paradoks ketiga adalah kemakmuran ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Meskipun kekayaan dunia secara ekonomi mencapai puncaknya, semakin banyak orang yang mengalami depresi dan tekanan hidup. Ada paradoks di mana pertumbuhan ekonomi tidak selaras dengan kesejahteraan mental dan emosional masyarakat.

"Ketiga paradoks ini menyoroti pentingnya spiritualitas dalam memenuhi kebutuhan manusia akan hubungan personal yang intim dan kesejahteraan emosional. Ini tercermin dalam peningkatan minat terhadap praktik-praktik spiritual seperti yoga dan meditasi, yang menjadi semakin populer di tengah masyarakat modern yang serba terhubung secara digital," tuturnya.

Data dari Global Wellness Institute tahun 2019 mengungkapkan bahwa pasar global untuk kelas-kelas yoga dan meditasi telah mencapai angka sebesar USD80 miliar atau sekitar Rp1.200 triliun. Fenomena ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang mencari solusi dalam praktik-praktik spiritual untuk mengatasi tantangan kesejahteraan mental dan emosional di era modern yang penuh dengan paradoks.



"Ini menegaskan bahwa, meskipun kemajuan teknologi dan ekonomi semakin berkembang, kebutuhan akan spiritualitas dan keseimbangan emosional tetap menjadi aspek penting dalam kehidupan manusia," tegasnya.

Penyampaian pidato tersebut mengakhiri dengan menegaskan pentingnya memilih jalan cinta sebagai ekspresi agama, mengutip moto "Love For All Hatred for None" dari komunitas Ahmadiyah. Dengan demikian, penyampaian pidato sambutan oleh Denny JA menjadi refleksi mendalam tentang pentingnya spiritualitas, cinta, dan hubungan manusiawi dalam menghadapi tantangan peradaban modern.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1415 seconds (0.1#10.140)
pixels