Manfaatkan Digitalisasi, Ecolab Dorong Kualitas dan Akses Air Bersih
loading...
A
A
A
BADUNG - Memanfaatkan digitalisasi, peningkatan kualitas dan akses air bersih di Indonesia terus dilakukan Ecolab. Hal ini mendukung sanitasi dan menekan risiko kekurangan air yang diperkirakan mencapai hingga 56 persen pada 2030, berdasarkan riset World Resources Institute.
“Kami sediakan solusi untuk layanan industri dengan menggabungkan teknologi dan inovasi digital untuk mengolah air menjadi bersih,” kata Presiden Direktur Ecolab Evan Jayawiyanto di sela World Water Forum Ke-10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, belum lama ini.
Menurut dia, Ecolab menghadirkan inovasi digital untuk mengawasi sejumlah parameter air bersih di antaranya bebas dari kandungan bakteri.
Selain itu, Ecolab juga memiliki teknologi menyaring dan menyuling air agar dapat memenuhi rekomendasi parameter air bersih. “Jadi kami bantu memonitor dari sisi digital. Kami bisa melihat air bersih, apakah itu cukup kualitasnya sebagai air bersih atau perlu ditingkatkan penyaringan, penyulingan, reaksi kimia, dan mengolah air itu supaya kualitasnya lebih bagus,” ungkapnya.
Dia mengajak pelanggan khususnya di sektor industri untuk meningkatkan kesadaran agar air yang sudah dimanfaatkan dapat diolah atau didaur ulang supaya digunakan kembali menjadi air yang lebih bersih.
Dengan begitu, air tidak terbuang percuma dan kesempatan mendapatkan air diharapkan menjadi lebih merata.
Di sisi lain, persoalan air di Indonesia masih memiliki tantangan tersendiri misalnya di daerah perkotaan yang memiliki akses air, namun masih belum terkelola optimal terutama menyangkut limbah cair atau air yang sudah dimanfaatkan.
Sedangkan di daerah pelosok, untuk meningkatkan akses air salah satunya perlu diintervensi dengan investasi untuk infrastruktur khususnya dalam penyaringan, penyulingan, pemurnian air hingga menjadi lebih bersih.
Persoalan menyangkut air mulai dari akses hingga keterbatasan pasokan menjadi salah satu topik pembicaraan dalam World Water Forum Ke-10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, 18-25 Mei 2024.
Berdasarkan laporan terbaru PBB yakni World Water Development Report 2024 yang dipublikasikan oleh UNESCO pada Maret 2024, sekitar 2,2 miliar orang di dunia tidak memiliki akses terhadap air minum. Selain itu, sekitar 3,5 miliar orang memiliki keterbatasan terhadap sanitasi yang aman.
“Kami sediakan solusi untuk layanan industri dengan menggabungkan teknologi dan inovasi digital untuk mengolah air menjadi bersih,” kata Presiden Direktur Ecolab Evan Jayawiyanto di sela World Water Forum Ke-10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, belum lama ini.
Menurut dia, Ecolab menghadirkan inovasi digital untuk mengawasi sejumlah parameter air bersih di antaranya bebas dari kandungan bakteri.
Selain itu, Ecolab juga memiliki teknologi menyaring dan menyuling air agar dapat memenuhi rekomendasi parameter air bersih. “Jadi kami bantu memonitor dari sisi digital. Kami bisa melihat air bersih, apakah itu cukup kualitasnya sebagai air bersih atau perlu ditingkatkan penyaringan, penyulingan, reaksi kimia, dan mengolah air itu supaya kualitasnya lebih bagus,” ungkapnya.
Dia mengajak pelanggan khususnya di sektor industri untuk meningkatkan kesadaran agar air yang sudah dimanfaatkan dapat diolah atau didaur ulang supaya digunakan kembali menjadi air yang lebih bersih.
Dengan begitu, air tidak terbuang percuma dan kesempatan mendapatkan air diharapkan menjadi lebih merata.
Di sisi lain, persoalan air di Indonesia masih memiliki tantangan tersendiri misalnya di daerah perkotaan yang memiliki akses air, namun masih belum terkelola optimal terutama menyangkut limbah cair atau air yang sudah dimanfaatkan.
Sedangkan di daerah pelosok, untuk meningkatkan akses air salah satunya perlu diintervensi dengan investasi untuk infrastruktur khususnya dalam penyaringan, penyulingan, pemurnian air hingga menjadi lebih bersih.
Persoalan menyangkut air mulai dari akses hingga keterbatasan pasokan menjadi salah satu topik pembicaraan dalam World Water Forum Ke-10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, 18-25 Mei 2024.
Berdasarkan laporan terbaru PBB yakni World Water Development Report 2024 yang dipublikasikan oleh UNESCO pada Maret 2024, sekitar 2,2 miliar orang di dunia tidak memiliki akses terhadap air minum. Selain itu, sekitar 3,5 miliar orang memiliki keterbatasan terhadap sanitasi yang aman.
(jon)