Cerita Panglima TNI Mengintai selama 7 Hari di Hutan saat Lumpuhkan Tokoh Fretilin

Kamis, 23 Mei 2024 - 07:05 WIB
loading...
Cerita Panglima TNI Mengintai selama 7 Hari di Hutan saat Lumpuhkan Tokoh Fretilin
Jenderal TNI Agus Subiyanto (tanda X) menjalankan tugas operasi di Timor Timur sekarang bernama Timor Leste. Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - Jenderal TNI Agus Subiyanto merupakan sosok yang tidak asing lagi di masyarakat khususnya di kalangan di militer. Bagaimana tidak, saat ini dia menduduki jabatan tertinggi di institusi TNI sebagai Panglima TNI yang memimpin ratusan ribu tentara.

Sebelum menduduki puncak karier dari seorang prajurit Sapta Marga, Jenderal TNI kelahiran Cimahi, Bandung, Jawa Barat pada 5 Agustus 1967 ini telah melewati berbagai tempaan dan latihan yang sangat keras. Tidak hanya itu, Agus Subiyanto juga tentara yang kenyang dengan pengalaman tempur di medan operasi.

Salah satunya Operasi Seroja di Timor Timur (Timtim) yang sekarang bernama Timor Leste. Di provinsi yang berada di Timur Indonesia tersebut, abituren Akademi Militer (Akmil) 1991 dari satuan Kopassus ini menyabung nyawa saat ditugaskan untuk menangkap seorang tokoh Fretilin.

Dikutip dari buku berjudul “Believe” diceritakan bagaimana perjuangan Jenderal TNI Agus Subianto saat menyergap dan melumpuhkan salah satu tokoh kelompok bersenjata yang berhaluan komunis tersebut.



Sebelum diterjunkan ke medan operasi, Agus Subianto yang saat itu baru saja lulus Akmil dan tengah mengikuti pelatihan di Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) Bandung terlebih dahulu digembleng oleh Komandan Batalyon Lintas Udara 328 Letkol Infanteri Prabowo Subianto yang kini menjadi presiden terpilih.

Di Markas Batalyon 328 Cilodong, Agus Subiyanto menjalani pelatihan Syiwa Yudha yang cukup keras dan menguras tenaga selama sembilan bulan lamanya. Dari Markas Batalyon 328, Agus Subiyanto kemudian dibawa ke Bukit Hambalang, Bogor untuk mengikuti latihan ilmu medan selama 10 hari.



Di sana, Agus Subiyanto ditempa menjadi pasukan pemburu. Sebab untuk menghadapi kelompok bersenjata Fretilin yang banyak tinggal di hutan belantara taktik terbaik adalah gerilya. Pelatihan dan pembekalan itu yang mendasari Letkol Inf. Prabowo Subianto membentuk pasukan dengan sandi Rajawali.

“Sebagai tentara gerilya, aku diajarkan untuk bisa bersembunyi di mana pun, bisa dengan cepat berpindah-pindah, menyerang sekonyong-konyong lalu menghilang, bergerak senyap,” tuturnya, Kamis (23/5/2024).

Dalam pelatihan survival, Agus Subiyanto mengaku pernah dilepas di hutan selama 2-3 hari tanpa perbekalan. Untuk bertahan hidup, dia memakan lumut hati yang biasa menempel di bebatuan dan alang-alang.

“Selama di hutan, aku juga diajarkan untuk melatih penciuman agar sensitif, karena lawan ku adalah orang-orang yang lama tinggal di hutan yang sangat mengerti setiap sisi hutan,” sambungnya.

Pada 1995, tiba saatnya bagi Agus Subiyanto untuk ke medan tempur di Timtim. Dia kemudian diberangkatkan dengan kapal perang KRI Tanjung Amboina. Setelah menempuh perjalanan selama tujuh hari, Agus Subiyanto akhirnya tiba di Pelabuhan Dili, Ibu Kota Timor Timur dan melanjutkan perjalanan darat dengan menggunakan truk ke lokasi gerilya.

Agus Subiyanto bersama pasukannya kemudian berjalan menyusuri hutan dengan hati-hati dan penuh kewaspadaan tinggi. Hingga akhirnya, dia bersama pasukannya mencapai suatu desa yang menurut kabar, salah seorang tokoh Fretilin kerap tampak di desa tersebut. Dalam hening, Agus Subiyanto mengawasi daerah tersebut.

”Misi kami adalah menyergap dan melumpuhkan tokoh tersebut. Itulah taktik pemburu, memburu target hingga dapat,” ucapnya.

Di antara semak belukar dan lebatnya pepohonan, Agus Subiyanto berdiam diri. Tak beranjak. Bahkan, makan dan buang hajat pun dilakukan di sana. ”Segala kegiatan kami nyaris tanpa suara. Di antara celah- celah belukar, kami melihat orang berlalu lalang. Ada yang menyapu jalanan, ada yang hanya sekadar berbincang,” tuturnya.

Pada suatu malam, saat sedang tertidur di tengah hutan, di bawah pohon besar sambil memegang senapan, Agus Subiyanto sempat bermimpi diberi sebuah pisau emas oleh Presiden Soeharto. ”Aku terbangun dengan perasaan bingung, mimpi tersebut seperti begitu nyata. Entah apa arti dari mimpi tersebut,” kenangnya.

Setelah menunggu dalam diam selama seminggu, akhirnya musuh yang diincar akhirnya muncul. Tanpa membuang waktu Agus Subiyanto pun langsung memburu. Musuh yang tak menyangka akan disergap, tak bisa melawan banyak. Akhirnya, timah panas peluru mampu melumpuhkan tokoh Fretilin tersebut. ”Semua ini berkat taktik pemburu yang diterapkan oleh Kolonel Inf. Prabowo,” akunya.
(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1396 seconds (0.1#10.140)
pixels