Danjen Kopassus di Era Soekarno, Nomor 1 Pelatih Pertama Pasukan Elite Korps Baret Merah

Rabu, 15 Mei 2024 - 06:49 WIB
loading...
Danjen Kopassus di Era Soekarno, Nomor 1 Pelatih Pertama Pasukan Elite Korps Baret Merah
Kopassus merupakan pasukan elite TNI AD yang selalu melahirkan prajurit-prajurit pemberani dan patriotik di medan operasi. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Ada sejumlah Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus ( Danjen Kopassus ) di era Presiden Soekarno. Mereka merupakan generasi pertama pasukan Korps Baret Merah di awal-awal masa Kemerdekaan Indonesia.

Dikutip dari laman resmi kopassus.mil.id, Kopassus merupakan elite TNI Angkatan Darat (AD). Pasukan ini dibentuk oleh Panglima Tentara Territorium III/Siliwangi Kolonel A.E. Kawilarang pada 16 April 1952 atas gagasan Letkol Slamet Riyadi.

Gagasan tersebut muncul ketika Letkol Slamet Riyadi ditunjuk sebagai Komandan Operasi Penumpasan Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Ambon. Meski berhasil menumpas pemberontak namun tidak sedikit dari pihak TNI yang menjadi korban.



Banyaknya prajurit TNI yang gugur ini bukan hanya disebabkan oleh tingginya semangat pasukan musuh dan persenjataan yang lengkap namun juga karena taktik, pengalaman tempur yang baik didukung kemampuan tembak tepat dan gerakan perorangan.

Sayangnya, belum sempat mewujudkan gagasannya membentuk pasukan khusus. Letkol Slamet Riyadi gugur dalam pertempuran di sekitar Kota Ambon. Gagasan pembentukan satuan pemukul yang dapat digerakan secara cepat dan tepat untuk menghadapi berbagai sasaran di medan yang berat sekalipun akhirnya diwujudkan oleh Kolonel A.E Kawilarang.



Kolonel A.E. Kawilarang kemudian mengeluarkan Instruksi Panglima Tentara dan Teritorium III Nomor 55/Instr/PDS/52 tanggal 16 April 1952 tentang pembentukan Kesatuan Komando Tentara dan Teritorium III atau Kesko III/Siliwangi yang menjadi cikal bakal Korps Baret Merah Kopassus.

Selanjutnya, A.E. Kawilarang yang lahir di Meester Cornelis sekarang bernama Jatinegara pada 23 Februari 1920 ini memerintahkan Letda Aloysius Sugianto untuk mencari pelatih yang membantu pembentukan kesatuan pasukan khusus yang berbasis di bekas pangkalan Korps Speciale Troepen (KST) di Batujajar, Bandung, Jawa Barat.

Saat itu, diputuskan Moch Idjon Djanbi mantan Kapten KNIL yang pernah bergabung dengan KST dan bertempur dalam Perang Dunia II sebagai pelatih dan komandan pertama Kopassus.

Berikut ini deretan Danjen Kopassus di era Presiden Soekarno:

Danjen Kopassus di Era Soekarno, Nomor 1 Pelatih Pertama Pasukan Elite Korps Baret Merah

1. Letkol Inf. (Purn) Mochammad Idjon Djanbi

Letkol Inf. Mochammad Idjon Djanbi merupakan komandan pertama Kopassus. Tentara kelahiran Boskoop Belanda pada 13 Mei 1914 ini merupakan sosok penting di balik terbentuknya Korps Baret Merah Kopassus

Dilansir dari buku kopassus Inside Indonesia's special forces, pascaagresi militer Belanda, pemilik nama lengkap Rokus Bernardus Visser ini memutuskan untuk keluar dari militer dan beralih menjadi petani bunga di Lembang, Jawa Barat.

Visser kemudian menjadi mualaf dan mengubah namanya menjadi Mochammad Idjon Djanbi. Namun, niatnya untuk hidup tenang dan tidak terlibat dalam militer berubah setelah ditemui Letda Aloysius Sugianto yang memintanya untuk membantu membentuk pasukan komando.

Pasalnya, Idjon Djanbi memiliki banyak keahlian bertempur. Mulai dari keahlian menggunakan senjata, hingga pertarungan tangan kosong. Kemudian dia dipilih menjadi pelatih sipil di CIC II.

Seiring berjalannya waktu, pasukan elite ini semakin matang. Mereka berhasil mengatasi pemberontakan DI/TII dan PRRI/Permesta. Dari peristiwa tersebut, niat untuk membentuk pasukan khusus di Angkatan Darat semakin besar.

Pengangkatan Idjon menjadi Mayor Infanteri TNI dengan NRP 17665 ini diputuskan Menteri Pertahanan kala itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada 1 April 1952. Idjon mendapat tugas untuk melatih para perwira dan bintara dalam pembentukan pasukan khusus.

Pasukan tersebut dipimpin oleh Idjon Djanbi selama empat tahun sejak 1952 hingga 1956, tanggal tersebut juga diperingati sebagai hari jadi Kopassus. Idjon Djanbi meninggal dunia pada 1 April 1977 di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta.

Danjen Kopassus di Era Soekarno, Nomor 1 Pelatih Pertama Pasukan Elite Korps Baret Merah

2. Letkol Inf (Purn) R.E Djaelani

R.E Djaelani merupakan Danjen Kopassus kedua. Dia menggantikan Mohammad Idjon Djanbi. Namun kepemimpinannya di Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) tidak berlangsung lama.

Hal itu lantaran Djaelani diduga memanfaatkan pasukan khusus dalam perseteruan antara kelompok Kolonel Zulkifli Lubis, yang sedang mengalami friksi dengan kelompok Kolonel Abdul Haris Nasution.

Selama mengabdi di militer, Djaelani pernah menjabat sebagai Komandan Sektor I, Balaraja, kemudian Perwira Divisi Siliwangi. Kariernya terus menanjak, dia sempat menjadi Wadan KKAD selama tiga tahun pada periode 1953-1956, hingga akhirnya Komandan RPKAD pada 1956.

Danjen Kopassus di Era Soekarno, Nomor 1 Pelatih Pertama Pasukan Elite Korps Baret Merah

3. Letjen TNI (Purn) Kaharuddin Nasution

Jenderal TNI kelahiran Medan, Sumatera Utara (Sumut) 23 Juli 1925 merupakan Danjen Kopassus angkatan ketiga. Saat itu, Kopassus masih bernama RPKAD. Dia menjabat selama dua tahun sejak 1956 hingga 1958.

Sebelum menjabat sebagai Danjen Kopassus, dia pernah menduduki sejumlah jabatan penting. Antara lain, pada masa kemerdekaan menjabat sebagai Komandan Kompi Batalyon Nasuhi selama tiga tahun sejak 1945–1948.

Kemudian menjadi Komandan Batalyon 303/Setya Perlaya Siliwangi pada 1948–1953, Direktur Battle Training Camp I 1952-1953, Komandan Batalyon Basis I selama tiga tahun sejak 1953-1956. Selanjutnya, dia dipercaya memimpin pasukan elite sebagai Komandan RPKAD pada 1956–1958.

Dari Korps Baret Merah Kopassus, dia dimutasi menjadi Komandan Komando Resor Militer Wirabima pada 1960 kemudian Panglima Komando Daerah Militer XIII/Merdeka 1967–1971, dan Inspektur Jenderal (Irjen) TNI Angkatan Darat pada 1971–1973.

Selain jabatan militer, dia juga pernah menduduki sipil antara lain, Gubernur Provinsi Riau, Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) Golongan Daerah. Termasuk Irjen Kemenkeu RI dan Gubernur Provinsi Sumatera Utara pada 1983-1988. Kaharuddin Nasution meninggal dunia pada 25 September 1990 dan dimakamkan di Taman Makam Nasional Utama Kalibata, Jakarta Selatan.

Danjen Kopassus di Era Soekarno, Nomor 1 Pelatih Pertama Pasukan Elite Korps Baret Merah


4. Mayjen TNI (Purn) Mung Prahadimulyo

Mayjen TNI (Purn) Mung Prahadimulyo tercatat sebagai Danjen Kopassus keempat. Saat itu, Kopassus masih bernama RPKAD. Dia menjabat selama enam tahun sejak 1958 hingga 1964.

Jenderal Kopassus kelahiran Yogyakarta, 11 Januari 1925 silam ini merupakan tokoh militer yang cukup disegani khususnya di Korps Baret Merah. Dia pernah menjabat sebagai Komandan Kompi IV Batalyon Nasuhi, Brigade Samsu, Divisi Siliwangi pada 1949, kemudian Danyonif Linud 305/Tengkorak pada 1949—1953.

Selain itu, menjadi Komandan RPKAD pada 1958—1964. Dari situ dia dipercaya menjadi Pangdam IX/Mulawarman 1964—1970 dan Komandan Pussenif. Selama mengabdi di militer, Mung pernah terlibat dalam operasi RTP 1 untuk merebut Kota Tondano di Sulawesi Utara. Mung wafat pada 22 Desember 2012 di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.

Danjen Kopassus di Era Soekarno, Nomor 1 Pelatih Pertama Pasukan Elite Korps Baret Merah

5. Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo

Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo, tercatat sebagai Komandan RPKAD atau Danjen Kopassus ke-5. Dia menjabat selama 3 tahun sejak 1964 hingga 1967.

Ayah kandung dari Danjen Kopassus ke-23 Mayjen TNI Pramono Edhie Wibowo ini merupakan tokoh militer terutama di Korps Baret Merah Kopassus yang sangat disegani dan dihormati.

Pria kelahiran Purworejo 25 Juli 1925 ini merupakan orang kepercayaan Soeharto dalam operasi penumpasan G30S/PKI di Indonesia. Bahkan, Sarwo Edhie terjun langsung memimpin pasukannya memerangi gerakan yang akan mengganti ideologi Pancasila dengan Komunis itu di Jawa Tengah.

Selama mengabdi di militer, ayah dari Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini merupakan Jenderal Kopassus yang memiliki karier cemerlang. Sarwo Edhie pernah menjabat sebagai Komandan Batalion Divisi Diponegoro pada 1945-1951, kemudian Komandan Resimen Divisi Diponegoro pada 1951-1953, Wakil Komandan Resimen AMN pada 1959-1961.

Sarwo Edhie juga pernah menjabat Wadan RPKAD (1962-1964 hingga akhirnya menjadi orang nomor satu di Korps Baret Merah sebagai Komandan RPKAD atau Danjen Kopassus pada 1964-1967.

Selanjutnya, dia dipercaya menjadi Pangdam II/Bukit Barisan pada 1967-1968, kemudian menjadi Pangdam XVII/Tjenderawasih pada 1968-1970 hingga Gubernur AKABRI 1970-1974.
(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1073 seconds (0.1#10.140)
pixels