Epidemiolog Wanti-Wanti Efek Samping Obat COVID-19 Racikan Unair

Rabu, 19 Agustus 2020 - 06:00 WIB
loading...
Epidemiolog Wanti-Wanti...
Epidemiolog asal Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mewanti-wanti bahaya efek samping yang bisa ditimbulkan dari sebuah obat bila tidak sesuai aturan. FOTO/ILUSTRASI/DOK.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Epidemiolog asal Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman meminta kepada Universitas Airlangga (Unair) untuk transparan melakukan uji klinis temuan obat yang diklaim ampuh menyembuhkan virus corona (COVID-19) . Dicky mewanti-wanti bahaya efek samping yang bisa ditimbulkan dari sebuah obat bila tidak sesuai aturan.

Hal itu diungkapkan Dicky karena ia pernah terjun langsung melakukan andil dalam penanganan pandemi swine flu 2009 dan avian flu (flu burung). Saat itu, Dicky ikut melakukan negosiasi terhadap obat antivirus tamiflu (oseltamivir).

"Pengalaman pandemi sebelumnya menunjukkan bahwa pengabaian terhadap kaidah akan menjadi masalah besar. Salah satunya saya beri contoh pelajaran mahal dari pandemi avian flu dan swine flu dalam proses riset tamiflu," kata Dicky, Rabu (19/8/2020).( )

"Saya kebetulan ikut negosiasinya tahun 2009 dampingi Prof Fadilah. Risetnya tidak transparan tapi tetap dipaksakan jadi obat karena beragam faktor. Barulah pada 2013 dan 2014 kemudian ditemukan banyak efek samping yang fatal yaitu kematian pada anak dan juga gangguan mental dan neurologis," imbuhnya.

Dicky berharap temuan obat yang diklaim Unair bisa menyembuhkan COVID-19, dilakukan tidak dengan main-main. Kata Dicky, harus ada kepatuhan setiap pusat riset terhadap kaidah riset ilmiahnya. "Kepatuhan setiap pusat riset di seluruh negara di dunia terhadap kaidah riset ilmiah dan penyampaian hasil risetnya dalam jurnal ilmiah merupakan hal yang tidak bisa diremehkan dan dikesampingkan," ucapnya.

Karenanya, Dicky menginginkan agar obat temuan Unair yang diklaim bisa menyembuhkan virus corona dilakukan uji klinis oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). "WHO memiliki komite pengarah yang tertanda para ahli dunia dalam memantau uji klinis obat Covid," katanya.( )

Untuk diketahui, Unair mengklaim telah menemukan obat untuk penyakit virus corona (COVID-19). Obat baru itu merupakan hasil kombinasi dari tiga jenis obat. Di luar negeri ada tiga obat yang ampuh dan mujarab untuk diberikan kepada pasien COVID-19. Lalu, tiga jenis obat tersebut digabung atau dijadikan menjadi satu obat oleh Unair.

Efektivitas obat yang ditemukan Unair diklaim lebih dari 90%. Selain itu, dosis yang dihasilkan juga diklaim lebih rendah dibanding apabila obat diberikan secara tunggal.

Pembuatan obat COVID-19 ini sudah dilakukan sejak Maret 2020. Seluruh prosedur yang dipakai telah mengikuti yang disyaratkan BPOM. Saat ini, obat tersebut hanya tinggal menunggu izin edar dari BPOM sebelum diproduksi massal.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1739 seconds (0.1#10.140)