RS BUMN Didorong Tingkatkan Layanan Kesehatan Nasional

Selasa, 18 Agustus 2020 - 17:16 WIB
loading...
RS BUMN Didorong Tingkatkan...
Anggota Komisi VI DPR Achmad Baidowi menilai, merjer Rumah Sakit (RS) perusahaan BUMN yang dilakukan Kementerian BUMN adalah langkah strategis dan taktis. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR Achmad Baidowi menilai, merjer Rumah Sakit (RS) perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dilakukan Kementerian BUMN adalah langkah strategis dan taktis yang bisa menjadi solusi pada peningkatan keseragaman layanan kesehatan berstandar nasional.

(Baca juga: Ketersediaan Ranjang di RS Tunjukkan Kesiapan Sebuah Negara Hadapi Pandemi)

"Manajemen rumah sakit BUMN yang selama ini terpisah bisa terintegrasi, sehingga bisa merespons isu kesehatan terbaru di setiap waktu, seperti dalam menanggulangi wabah yang bisa terjadi kapan pun," kata Baidowi, Selasa (18/8/2020).

(Baca juga: Momentum Benahi Pelayanan Kesehatan)

Dia mengatakan, Holding RS BUMN diharapkan dapat menjadi solusi untuk memberikan layanan berkualitas, sekaligus bisa dijangkau oleh semua pihak, baik masyarakat kecil maupun menengah.

(Baca juga: Update Corona: Positif 143.043 Orang, 96.306 Sembuh dan 6.277 Meninggal)

"Sehingga tidak ada lagi keraguan untuk berobat di dalam negeri dan mengurangi jumlah warga Indonesia yang berobat ke luar negeri, khususnya ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia," ucap politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini.

Dia melanjutkan, walaupun Holding RS ini berada di bawah Kementerian BUMN, ia berpesan layanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat jangan hanya berorientasi pada profit, karena jika ini yang terjadi akan membuat layanan kesehatan yang eksklusif tidak inklusif untuk semua masyarakat Indonesia.

Selain itu, dari sisi aset, Holding RS BUMN mempunyai aset total sekitar Rp5 Triliun dan estimasi pendapatan usaha hingga mencapai Rp4,5 triliun pertahun.

"Besarnya pendapatan dan aset ini bisa dikembangkan untuk meningkatkan layanan kesehatan yang terintegrasi, sehingga dalam manajemen kesehatan yang dimiliki holding ini bisa memudahkan pasien dalam mendapatkan layanan kesehatan termasuk pada prosedur rujukan dan lainnya," jelasnya.

Pria yang akrab disapa Awiek ini menambahkan, selama ini RS BUMN menginduk ke BUMN yang sebenarnya bisnis utama mereka berbagai macam mulai dari BUMN energi, kontruksi, bahan kontruksi dan lainnya yang jauh dari bidang kesehatan.

"Sehingga perhatian induk BUMN tersebut pada pengembangan layanan kesehatan cukup terbatas, berbeda jika RS BUMN itu disatukan dalam satu holding tersendiri yang saat ini sudah dibentuk oleh Kementerian BUMN," ujarnya.

Dia berharap, ke depan jumlah RS BUMN yang tergabung dalam holding yang dipimpin PT Pertamina Bina Medika IHC (Pertamedika IHC) ini bisa bertambah, mengingat saat ini baru ada 7 RS yang masuk dalam holding yaitu PT Krakatau Medika, PT Rumah Sakit Pelabuhan, PT Pelindo Husada Citra, PT Nusantara Medika Utama, PT Nusantara Sebelas Medika, PT Rolas Nusantara Medika, dan PT Rumah Sakit Bakti Timah.

"Padahal jumlah RS BUMN lebih dari 40 RS seperti RS BUMN yang ada di Jawa Timur yaitu RS Pelni, RS PHC, Rumah Sakit Semen Gresik dan lainnya," ungkapnya.

Sementara Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyatakan, merjer rumah sakit anak perusahaan BUMN dari berbagai sektor yang tergabung dalam satu wadah, dilihat dari sisi bisnis bisa menguntungkan.

"Intinya inikan merealisasikan apa yang sudah disampaikan oleh Pak Erick Thohir, supaya anak perusahaan yang berbeda bidang sektor dengan induknya itu, dipisah kemudian digabungkan menjadi satu dan penggabungan ini saya kira tentunya menguntungkan," kata Piter.

Piter melanjutkan, merjer perusahaan kesehatan BUMN itu diyakini akan menjadi lebih baik, sebab bisa membantu fokus dalam upaya pelayanan kesehatan bagi masyarakat. "Akan jauh lebih baik jika perusahaan-perusahaan itu menjadi satu dengan fokus dan dia bisa fokus pada bidangnya, selama ini kan menjadi berbeda dengan induk," ungkapnya.

Piter memberikan contoh anak usaha PT Krakatau Medika (RS Krakatau Medika) yang merupakan anak perusahaan dari PT Krakatau Steel (Persero). Induknya bergerak pada bidang baja, namun anak perusahaannya dalam pelayanan kesehatan, menjadi tidak fokus.

"Induknya ngomongin baja, anak usaha ngomongin kesehatan, sekarang dia benar-benar fokus dibidangnya, marger ini adalah sesuatu yang baik karena bisa membantu fokus dari perusahaan-perusahaan BUMN," kata Piter.

Piter menambahkan, kelebihan penggabungan RS BUMN adalah meningkatkan skala ekonomi dengan memiliki modal yang jauh lebih besar sehingga, perusahaan plat merah itu mampu untuk memenangkan bisnisnya secara lebih baik. Secara aset menjadi terakumulasi lebih besar, maka dengan memiliki modal yang besar perusahaan mampu untuk berkembang lebih luas dalam menjalankan bisnisnya.

"Dari sisi aset itu menjadi lebih besar, dengan kelebihan itu, dengan aset yang lebih besar skala dari ekonomi yang lebih besar, maka perusahaan itu memiliki kemampuan untuk berkembang yang lebih luas juga, kan ekonomi itu membutuhkan capital, membutuhkan modal," pungkasnya.

Sekadar diketahui, Menteri BUMN Erick Thohir melakukan pembentukan Holding Rumah Sakit BUMN di bawah Pertamedika Indonesia Healthcare Corporation (IHC) sebagai induk Holding guna meningkatkan peran dalam ketahanan kesehatan nasional.

Aksi korporasi tersebut melalui empat objektif strategis yaitu penyediaan layanan kesehatan berkualitas, peningkatan jaringan dan skala, pengembangan kapabilitas dan inovasi, serta integrasi dan kolaborasi ekosistem kesehatan nasional.

Erick Thohir menargetkan integrasi RS BUMN ini akan meningkatkan fokus bisnis dan kualitas pelayanan kesehatan serta menjadikannya pemimpin pasar dalam bisnis rumah sakit di Indonesia. Secara konsolidasi grup RS BUMN diestimasikan memiliki pendapatan usaha hingga mencapai Rp4,5 triliun dan total aset mendekati Rp5 triliun.
(maf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1178 seconds (0.1#10.140)