Welcoming Gen-Alpha Chance and Challenge in Digital Era
loading...
A
A
A
“Temen-temen hati-hati di KTP itu ada data pribadi. Saya mau tanya, apakah nama lengkap itu data pribadi? Iya, teman-teman. Nama lengkap itu data pribadi, privacy sebenarnya. Belum lagi nomor kependudukan, golongan darah, dan seterusnya. Dan itu ada di KTP dan kita kadang gak sadar. Di sini ada yang pernah challenge menunjukin saldo rekeningnya? Ada. Nah ini Kak, kalau kita lihat sebenarnya, Kak ini kan sebenarnya gak ngomongin apa-apa, cuma nominal. Tapi hati-hati teman-teman banyak pencuri di luar sana yang kemudian mendapat informasi kita punya duit banyak nih. Ini bisa menjadi kesempatan dan trigger untuk mereka untuk kemudian melakukan phishing dan selanjutnya. Untuk bisa menipu dan mencuri uang kita. Nah ini contoh, kita gak sadar ikut challenge," jelas Trisno.
Di dunia digital, data kita sangat rawan dicuri dan tidak ada jaminan keamanan karena dunia digital memungkinkan kita terhubung dengan banyak orang di dunia tanpa batas, baik orang yang berniat baik maupun berniat buruk. Untuk itu, menjaga data pribadi agar tidak tersebar luas, menjadi salah satu perilaku penting agar terhindar dari hal buruk yang dapat menimpa kita.
Diskusi pun berlanjut dengan paparan narasumber ketiga, Alyssa Natalie, seorang Influencer dengan tema Budaya Digital.
Alyssa menjelaskan, Budaya Digital penting untuk menjaga perilaku pengguna agar lebih perhatian terhadap koten yang tersebar di media sosial, sehingga mencegah perilaku negatif, seperti perundungan yang marak terjadi belakangan melalui komentar-komentar di media sosial.
“Nah, aku mau cerita sedikit nih tentang gimana sih latar belakang bila dari pertantangan budaya digital. Sebagai kita yang mengkonsumsi social media setiap hari kita tau dong sebenernya banyak banget. Ya hal-hal baik dan buruk yang terjadi yang terbaru mungkin ada temen-temen yang tau sound di TikTok yang tentang dibully Yurika, tau Yurika? Ya, menurut temen-temen etis gak sih kalau Yurika yang diwawancarain dia dibully malah dibercandain sama seleb tiktok? Etis gak? Oke, berarti temen-temen udah pada pinter ya. Itu salah satu contoh kenapa budaya digital itu sangat dihukumkan karena kita tuh di dunia sekarang ini tuh kurang banget namanya self awareness dan empati ke orang lain ketika kita melihat orang lain tersebut tuh menderita justru kita menertawakan di atas penderitaan orang lain ada yang sebenarnya tersusah malah diketawain?” jelas Alyssa
Lebih lanjut, Alyssa menjelaskan pentingnya menggunakan media sosial untuk menyebarkan konten positif, karena media sosial menyimpan banyak kesempatan berekspresi dan berkarya, dan terhubung dengan orang lain di dunia tanpa batas.
Peserta pun tak kalah antusias mengikuti diskusi di sesi dua kali ini, dan beberapa pertanyaan dilemparkan ke pembicara.
Diantaranya Hafiza dari SMAN 55 Jakarta, yang mengutarakan pertanyaan mengenai penggunaan VPN, jaminan keamanannya dan masalah hukum terkait VPN.Trisno Sakti Herwanto menjawab bahwa pada dasarnya VPN adalah aplikasi ilegal yang berada di luar jangkauan negara, sehingga aplikasi tersebut tidak aman digunakan
Pertanyaan kedua yang diutarakan peserta mengenai fanatisme seseorang dalam mengidolakan sesuatu, yang berpengaruh pada perilaku sehari – hari termasuk memandang buruk pihak yang tidak satu pendapat dengan dirinya.
Hal ini dijawab oleh Rizki Amelliah, dengan saran untuk lebih bijak dalam memfilter konten media sosial, dan memilah mana konten yang harus ditanggapi dan konten yang seharusnya kita abaikan. Tidak ada salahnya mengidolakan sesuatu, namun yang salah adalah sikap menjelekkan orang lain atau idola orang lain, akibat dari tidak bijak dalam bermedia sosial tersebut.
Di dunia digital, data kita sangat rawan dicuri dan tidak ada jaminan keamanan karena dunia digital memungkinkan kita terhubung dengan banyak orang di dunia tanpa batas, baik orang yang berniat baik maupun berniat buruk. Untuk itu, menjaga data pribadi agar tidak tersebar luas, menjadi salah satu perilaku penting agar terhindar dari hal buruk yang dapat menimpa kita.
Diskusi pun berlanjut dengan paparan narasumber ketiga, Alyssa Natalie, seorang Influencer dengan tema Budaya Digital.
Alyssa menjelaskan, Budaya Digital penting untuk menjaga perilaku pengguna agar lebih perhatian terhadap koten yang tersebar di media sosial, sehingga mencegah perilaku negatif, seperti perundungan yang marak terjadi belakangan melalui komentar-komentar di media sosial.
“Nah, aku mau cerita sedikit nih tentang gimana sih latar belakang bila dari pertantangan budaya digital. Sebagai kita yang mengkonsumsi social media setiap hari kita tau dong sebenernya banyak banget. Ya hal-hal baik dan buruk yang terjadi yang terbaru mungkin ada temen-temen yang tau sound di TikTok yang tentang dibully Yurika, tau Yurika? Ya, menurut temen-temen etis gak sih kalau Yurika yang diwawancarain dia dibully malah dibercandain sama seleb tiktok? Etis gak? Oke, berarti temen-temen udah pada pinter ya. Itu salah satu contoh kenapa budaya digital itu sangat dihukumkan karena kita tuh di dunia sekarang ini tuh kurang banget namanya self awareness dan empati ke orang lain ketika kita melihat orang lain tersebut tuh menderita justru kita menertawakan di atas penderitaan orang lain ada yang sebenarnya tersusah malah diketawain?” jelas Alyssa
Lebih lanjut, Alyssa menjelaskan pentingnya menggunakan media sosial untuk menyebarkan konten positif, karena media sosial menyimpan banyak kesempatan berekspresi dan berkarya, dan terhubung dengan orang lain di dunia tanpa batas.
Peserta pun tak kalah antusias mengikuti diskusi di sesi dua kali ini, dan beberapa pertanyaan dilemparkan ke pembicara.
Diantaranya Hafiza dari SMAN 55 Jakarta, yang mengutarakan pertanyaan mengenai penggunaan VPN, jaminan keamanannya dan masalah hukum terkait VPN.Trisno Sakti Herwanto menjawab bahwa pada dasarnya VPN adalah aplikasi ilegal yang berada di luar jangkauan negara, sehingga aplikasi tersebut tidak aman digunakan
Pertanyaan kedua yang diutarakan peserta mengenai fanatisme seseorang dalam mengidolakan sesuatu, yang berpengaruh pada perilaku sehari – hari termasuk memandang buruk pihak yang tidak satu pendapat dengan dirinya.
Hal ini dijawab oleh Rizki Amelliah, dengan saran untuk lebih bijak dalam memfilter konten media sosial, dan memilah mana konten yang harus ditanggapi dan konten yang seharusnya kita abaikan. Tidak ada salahnya mengidolakan sesuatu, namun yang salah adalah sikap menjelekkan orang lain atau idola orang lain, akibat dari tidak bijak dalam bermedia sosial tersebut.