Muslimat NU dan YAICI Usul agar SKM sebagai Susu Dihapus

Senin, 03 Desember 2018 - 16:16 WIB
Muslimat NU dan YAICI Usul agar SKM sebagai Susu Dihapus
Muslimat NU dan YAICI Usul agar SKM sebagai Susu Dihapus
A A A
JAKARTA - Pengurus Pusat Muslimat NU dan PW Muslimat NU Surabaya merekomendasikan agar iklan SKM yang menyebutkan sebagai susu dan disajikan sebagai minuman tunggal agar dihapuskan baik di media massa maupun tayangan di media televisi.

BPOM diminta tegas menindak produsen SKM yang terus mengiklankan SKM sebagai susu. Rekomendasi itu mengemuka dalam diskusi 'Membangun Generasi Emas Indonesia 2045, Bijak menggunakan SKM', di SMA Khadijah, Surabaya, Minggu, 2 Desember 2019. Diskusi digelar oleh YAICI bekerja sama dengan Muslimat NU.

"Iklan SKM sebagai susu sudah mengelabui kita puluhan tahun, saatnya iklan itu dihapuskan. BPOM juga harus tegas menindak produsen yang melecehkan aturan," kata Ketua PW Muslimat NU Jawa Timur, Masruroh Wahid, di hadapan 200 anggota Muslimat NU Surabaya.

Masruroh mempertanyakan kenapa hingga kini produsen SKM terang-terangan menggiklankan SKM sebagai susu. Padahal sudah ada aturan yang jelas dari BPOM bahwa produk ini tidak cocok untuk bayi di bawah 12 tahun, bukan pengganti ASI dan bukan satu-satunya sumber gizi.

"Kalau produsen berani beriklan tidak jujur, tidak sesuai dengan peruntukan berarti ada yang salah dengan kebijakan," ucap Masruroh.Menanggapi hal itu, Yuli Ekowati, Ahli Madya Pengawas Farmasi dan Makanan BPOM Provinsi Jawa Timur mengatakan, adalah tugas ibu-ibu melaporkan ke badan POM jika ada produsen yang tidak mengikuti aturan, sehingga BPOM bisa menindak.
Dia menjelaskan, BPOM kadang tidak mengekpose kasus-kasus yang ditangani karena takut menimbulkan keresahan. "Tapi jika sudah keterlaluan BPOM akan memberitahukan secara terang-terangan," kata Yuli.

Menjawab pertanyaan apakah iklan SKM bisa dihabiskan, Yuli balik bertanya, bagaimana cara menghapuskannya? Ibu-ibu Muslimat nyeletuk, "MatikanTV."
"Ya saya setuju, yang paling efektif adalah ibu-ibu tidak menonton TV," ujarnya.

BPOM kata Yuli, tidak punya dana untuk membuat iklan karena biayanya mahal. Karena itu dibutuhkan bantuan masyarakat, khususnya ibu-ibu Muslimat untuk membantu menyampaikan informasi tentang SkM bukan susu kepada jemaah di wilayah masing-masing.

Sementara itu, Ketua YAICI (Harian Yayasan Abhiparaya Insan Cendikia Indonesia) Arif Hidayat, narasumber yang berbicara tentang komunikasi iklan menyatakan, kenapa ibu-ibu mempersespsikan bahwa SKM adalah susu karena iklan yang dibuat produsen mengkomunikasikan tentang SKM sebagai susu.

"Iklan SKM sebagai susu sudah ada sejak hampir seabad silam dan tertanam kuat dibenak masyarakat Indonesia sebagai susu bernutrisi," ujar Arif.

Padahal lanjut Arif, kandungan SKM yang diproduksi di Indonesia protein 2,3% lebih rendah dari ketentuan BPOM 6,5 persen, dan ketentuan WHO 6,9 %. Begitupun kandungan gula lebih tinggi yakni diatas 50%, padahal WHO mensyaratkan 20 persen.

"Jadi kalau minum SKM, bukan minum susu, tapi minum gula rasa susu," ujar Arif.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Kohar Hari Santoso menyatakan, SKM hanya cocok untuk topping bukan untuk pengganti ASI. Karena itu, konsumen perlu periksa kemasan. Baca label cek juga nomor izin edar/produksi.

Menurut dia, saat ini bukan hanya gizi buruk yang sedang di hadapi di Indonesia, melainkan gizi ganda. Lebih banyak penyakit tidak menular daripada penyakit menular. Penyakit tidak menular seperti diabetes, jantung, stroke, dan obesitas.

"Saya mengapresiasi kegiatan sosialisasi SkM bukan susu, karena ini sangat penting agar masyarakat bisa teredukasi," kata Kohar.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.7974 seconds (0.1#10.140)