Dari 574 Kasus, 80% Pembunuhan Bermotif Dendam dan Sakit Hati

Jum'at, 23 November 2018 - 05:14 WIB
Dari 574 Kasus, 80% Pembunuhan Bermotif Dendam dan Sakit Hati
Dari 574 Kasus, 80% Pembunuhan Bermotif Dendam dan Sakit Hati
A A A
JAKARTA - Tren pembunuhan dengan motif sakit hati dan dendam mewarnai aksi pembunuhan sepanjang 2018. Berdasarkan data Mabes Polri, sampai Oktober 2018 terjadi 625 kasus pembunuhan. Dari jumlah tersebut, 92% atau 574 kasus berhasil diungkap. Yang menarik adalah hampir 80% motif pembunuhan karena dendam dan sakit hati.

"Pembunuhan itu terbagi beberapa klasifikasi, ada yang berkelompok, bayaran, orang perorang dan sebagainya. Dari hasil penyelidikan 80% motifnya terungkap dan sisanya 20% tidak bisa diungkap perampokan karena antara pelaku dan korban tidak saling kenal," Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Jakarta, Kamis (22/11/2018).

Dedi menjelaskan, dibanding kasus konvensional seperti pencurian kendaraan bermotor, pencurian dan kekerasan, pembunuhan mempunyai tingkat pengungkapan yang cukup tinggi. Keberhasilan ini karena sepanjang 2018, Polri banyak melakukan berbagai kegiatan operasi.

Misalnya Operasi Mantap Praja yaitu operasi pengamanan pilkada serentak. Kemudian sampai dengan pertengahan tahun operasi premanisme dan operasi begal. "Kegiatan operasi tersebut banyak membantu kami menekan atau mengungkap aksi kejahatan, termasuk di dalamnya pembunuhan," terangnya.

Dia mengungkapkan, trend kasus pembunuhan dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Tahun 2017 total mencapai 783 kasus dan terungkap 99% atau 773 kasus. Sedangkan tahun 2016 sebanyak 1.197 kasus. Dari jumlah tersebut terungkap 1.156 kasus atau 97%.

Lebih jauh jenderal bintang satu ini mengatakan pencegahan pembunuhan dengan motif sakit hati sulit untuk dihilangkan atau dicegah. Perlu pelibatan tokoh-tokoh selain dari Polri."Susah juga, perlu pendekatan masyarakat untuk bisa mengendalikan emosi. Pendekatan agama, itu pendekatan efektif untuk pengendalian diri. Peran lingkungan, tokoh formal. Pendekatannya harus pendekatan agama," ucap Dedi.
Kabag Penum Divisi Humas Mabes Polri Kombes Pol Syahar Diantono mengungkapkan pembunuhan susah diprediksi kapan dan dimana akan terjadi tergantung apa motif. Tapi secara umum motif pembunuhan karena beberapa faktor.

Misalnya dendam, sakit hati, perampokan, persaingan bisnis dan sebagainya. Kalau motifnya perampokan bisa diantisipasi atau dicegah. "Jangan mengundang orang membuat kejahatan. Misalnya menggunakan perhiasan mewah di jalan atau membawa uang dalam jumlah banyak," ungkapnya.

Menurut dia, pembunuhan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang karena ada niat biasanya sudah direncanakan. Pelaku umumnya orang dekat atau sebelumnya pernah berkomunikasi.

Dia menjelaskan, luka korban yang dibunuh bisa mencerminkan bagaimana perilaku dan motif pelaku. Pembunuhan sadis dengan luka disekujur tubuh biasanya mencerminkan bagaimana pelaku sangat dendam dan membenci korban.

Bahkan terkadang korban tidak hanya dilukai tapi juga dimutilasi. "Pembunuhan seperti ini biasanya dilakukan orang dekat. Motifnya dendam dan sakit hati," katanya.

Direktur Eksekutif Indonesia Police Wacht (IPW) Neta S Pane mengatakan kasus pembunuhan yang belakangan marak terjadi sangat memprihatinkan dan bisa menjadi teror bagi masyarakat. Melihat situasi ini jelas masyarakat sangat cemas dan khawatir karena trend orang yang gampang membunuh muncul di berbagai tempat.

"Dari sejumlah kasus pembunuhan terlihat pelaku ingin menguasai harta benda korban. Ada juga juga karena motif dendam dan sakit hati seperti yang terjadi di Bekasi dan Jakarta Selatan," katanya.

Neta menjelaskan, tekanan hidup yang semakin berat di Jabodetabek membuat banyak orang stres dan nekat melakukan hal-hal di luar kendali dirinya. Bahkan pelaku nekat menghabisi nyawa korban yang sesungguhnya dikenal dekat.

Tekanan ekonomi juga membuat pelaku gampang kalap. "Kasus pembunuhan terhadap satu keluarga yang baru terjadi di Bekasi terlihat agak berbeda dimana harta benda korban disebutkan tidak hilang," tandasnya.

Neta mengungkapkan melihat dari banyaknya kasus pembunuhan Polri harus lebih ekstra bekerja untuk mengungkap jika pelakunya tertangkap. Polri juga harus bisa menjamin dan memberikan rasa aman agar kasus pembunuhan bisa diminimalisir.

"Kepada masyarakat kami juga menghimbau untuk tidak memberikan kesempatan pelaku kejahatan datang rumah. Sikap sigap dan waspada harus terus dijaga," terangnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.4317 seconds (0.1#10.140)