7 Fakta Kopassus, Nomor Terakhir Komandan Pertama Baret Merah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Setidaknya ada tujuh fakta Kopassus yang tercatat dalam sejarah panjang pembentukan Korps Baret Merah tersebut. Dari data yang dikutip di kopassus.mil.id, Sabtu (30/2/2024), bibir lahirnya Kopassus berawal saat penumpasan pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) pada 1950.
Berikut penjabaran 7 fakta Kopassus yang berhasil dihimpun SINDOnews, yakni:
Pada tahun 1950 bergolak pemberontakan di Maluku yang bernama RMS. Kala itu, angkatan perang Indonesia mengerahkan pasukan dengan operasi yang dipimpin langsung oleh Panglima Tentara Teritorium III Kolonel A E Kawilarang. Sedangkan komandan operasinya Letkol Slamet Riadi.
Dalam operasi ini, operasi ini berhasil menumpas RMS, namun dengan korban yang tidak sedikit dari pihak TNI. Setelah dianalisis, musuh dengan kekuatan lebih kecil tapi mampu membuat kerugian besar pihak TNI.
Peristiwa tersebut mengilhami Letkol Slamet Riyadi mempelopori pembentukan satuan pemukul yang bisa digerakkan cepat dan tepat. Tragedi terjadi, sebelum mewujudkan rencana tersebut, Letkol Slamet Riyadi gugur saat pertempuran di sekitar kota Ambon.
Langkah ini dilanjutkan oleh Kolonel A E Kawilarang, melalu instruksi Panglima Tentara dan Teritorium III No.55/instr/PDS/52 tanggal 16 April 1952 dibentuklah Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT).
Pada 9 Februari 1953, Kesko TT dialihkan dari Siliwangi dan langsung berada di bawah KSAD. Pada 18 Maret 1953 Mabes ABRI mengambil alih dari Komando Siliwangi dan kemudian mengubah namanya menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).
Pada 25 Juli 1955 organisasi KKAD ditingkatkan menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pada 1959 unsur-unsur tempur dipindahkan ke Cijantung, Jakarta Timur.
Kemudian di tanggal 12 Desember 1966 RPKAD berubah menjadi Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD). Nama Puspassus AD hanya bertahan lima tahun.
Pada 17 Februari 1971, Puspassus AD berubah menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Seiring reorganisasi di tubuh ABRI, sejak 26 Desember 1986 Kopassandha berubah menjadi Kopassus hingga kini.
- Makopassus, berkedudukan di Cijantung dengan sesanti Pataka Tribuana Chandraca Satya Dharma.
- Grup-1 / Parako, Berkedudukan di Serang dengan sesanti Dhuaja Eka Wastu Baladika.
- Grup-2 / Sandha, Berkedudukan di Solo dengan sesanti Dhuaja Dwi Dharma Bhirawayudha.
- Grup-3 / Sandha, Berkekdudukan di Cijantung dengan sesanti Dhuaja Tri Kottaman Wira Naraca Byuha.
- Pudiklatpassus, Berkedudukan di Batujajar dengan sesanti Sempana Tri Yudha Cakti.
- Sat-81 / Gultor, Berkedudukan di Cijantung dengan sesanti Dhuaja Siap Setia Berani.
Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus dipimpin oleh Perwira Tinggi (Pati) TNI AD berpangkat Mayor Jenderal (Mayjen). Saat ini per tahun 2024, jabatan Danjen Kopassus diduduki oleh Mayjen TNI Djon Afriandi.
Melambungnya nama Kopassus kala itu saat terjadinya peristiwa pembajakan pesawat Garuda Indonesia Penerbangan 206 pada tahun 1981. Pembebasan sandera pembajakan sekelompok teroris bersenjata di Bandar Udara Don Mueang, Bangkok, Thailand, yang dikenal dengan Operasi Woyla.
Berikut penjabaran 7 fakta Kopassus yang berhasil dihimpun SINDOnews, yakni:
1. Letkol Slamet Riadi dan Kesko TT Cikal Bakal Kopassus
Pada tahun 1950 bergolak pemberontakan di Maluku yang bernama RMS. Kala itu, angkatan perang Indonesia mengerahkan pasukan dengan operasi yang dipimpin langsung oleh Panglima Tentara Teritorium III Kolonel A E Kawilarang. Sedangkan komandan operasinya Letkol Slamet Riadi.
Dalam operasi ini, operasi ini berhasil menumpas RMS, namun dengan korban yang tidak sedikit dari pihak TNI. Setelah dianalisis, musuh dengan kekuatan lebih kecil tapi mampu membuat kerugian besar pihak TNI.
Peristiwa tersebut mengilhami Letkol Slamet Riyadi mempelopori pembentukan satuan pemukul yang bisa digerakkan cepat dan tepat. Tragedi terjadi, sebelum mewujudkan rencana tersebut, Letkol Slamet Riyadi gugur saat pertempuran di sekitar kota Ambon.
Langkah ini dilanjutkan oleh Kolonel A E Kawilarang, melalu instruksi Panglima Tentara dan Teritorium III No.55/instr/PDS/52 tanggal 16 April 1952 dibentuklah Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT).
2. Dari KKAD ke RPKAD
Pada 9 Februari 1953, Kesko TT dialihkan dari Siliwangi dan langsung berada di bawah KSAD. Pada 18 Maret 1953 Mabes ABRI mengambil alih dari Komando Siliwangi dan kemudian mengubah namanya menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).
Pada 25 Juli 1955 organisasi KKAD ditingkatkan menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pada 1959 unsur-unsur tempur dipindahkan ke Cijantung, Jakarta Timur.
3. Puspassus AD, Kopassandha, hingga Kopassus
Kemudian di tanggal 12 Desember 1966 RPKAD berubah menjadi Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD). Nama Puspassus AD hanya bertahan lima tahun.
Pada 17 Februari 1971, Puspassus AD berubah menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Seiring reorganisasi di tubuh ABRI, sejak 26 Desember 1986 Kopassandha berubah menjadi Kopassus hingga kini.
4. Struktur Organisasi Group Kopassus
- Makopassus, berkedudukan di Cijantung dengan sesanti Pataka Tribuana Chandraca Satya Dharma.
- Grup-1 / Parako, Berkedudukan di Serang dengan sesanti Dhuaja Eka Wastu Baladika.
- Grup-2 / Sandha, Berkedudukan di Solo dengan sesanti Dhuaja Dwi Dharma Bhirawayudha.
- Grup-3 / Sandha, Berkekdudukan di Cijantung dengan sesanti Dhuaja Tri Kottaman Wira Naraca Byuha.
- Pudiklatpassus, Berkedudukan di Batujajar dengan sesanti Sempana Tri Yudha Cakti.
- Sat-81 / Gultor, Berkedudukan di Cijantung dengan sesanti Dhuaja Siap Setia Berani.
5. Kopassus Dipimpin Danjen Berpangkat Mayjen
Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus dipimpin oleh Perwira Tinggi (Pati) TNI AD berpangkat Mayor Jenderal (Mayjen). Saat ini per tahun 2024, jabatan Danjen Kopassus diduduki oleh Mayjen TNI Djon Afriandi.
6. Aksi Heroik Kopassus di Operasi Woyla
Melambungnya nama Kopassus kala itu saat terjadinya peristiwa pembajakan pesawat Garuda Indonesia Penerbangan 206 pada tahun 1981. Pembebasan sandera pembajakan sekelompok teroris bersenjata di Bandar Udara Don Mueang, Bangkok, Thailand, yang dikenal dengan Operasi Woyla.