7 Fakta Kopassus, Nomor Terakhir Komandan Pertama Baret Merah

Minggu, 31 Maret 2024 - 05:32 WIB
loading...
7 Fakta Kopassus, Nomor...
Setidaknya ada tujuh fakta Kopassus yang tercatat dalam sejarah panjang pembentukan korps yang dikenal dengan Baret Merah tersebut, Sabtu (30/2/2024). Foto/kopassus mil id
A A A
JAKARTA - Setidaknya ada tujuh fakta Kopassus yang tercatat dalam sejarah panjang pembentukan Korps Baret Merah tersebut. Dari data yang dikutip di kopassus.mil.id, Sabtu (30/2/2024), bibir lahirnya Kopassus berawal saat penumpasan pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) pada 1950.

Berikut penjabaran 7 fakta Kopassus yang berhasil dihimpun SINDOnews, yakni:

1. Letkol Slamet Riadi dan Kesko TT Cikal Bakal Kopassus


Pada tahun 1950 bergolak pemberontakan di Maluku yang bernama RMS. Kala itu, angkatan perang Indonesia mengerahkan pasukan dengan operasi yang dipimpin langsung oleh Panglima Tentara Teritorium III Kolonel A E Kawilarang. Sedangkan komandan operasinya Letkol Slamet Riadi.



Dalam operasi ini, operasi ini berhasil menumpas RMS, namun dengan korban yang tidak sedikit dari pihak TNI. Setelah dianalisis, musuh dengan kekuatan lebih kecil tapi mampu membuat kerugian besar pihak TNI.

Peristiwa tersebut mengilhami Letkol Slamet Riyadi mempelopori pembentukan satuan pemukul yang bisa digerakkan cepat dan tepat. Tragedi terjadi, sebelum mewujudkan rencana tersebut, Letkol Slamet Riyadi gugur saat pertempuran di sekitar kota Ambon.

Langkah ini dilanjutkan oleh Kolonel A E Kawilarang, melalu instruksi Panglima Tentara dan Teritorium III No.55/instr/PDS/52 tanggal 16 April 1952 dibentuklah Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT).

2. Dari KKAD ke RPKAD


Pada 9 Februari 1953, Kesko TT dialihkan dari Siliwangi dan langsung berada di bawah KSAD. Pada 18 Maret 1953 Mabes ABRI mengambil alih dari Komando Siliwangi dan kemudian mengubah namanya menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).

Pada 25 Juli 1955 organisasi KKAD ditingkatkan menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pada 1959 unsur-unsur tempur dipindahkan ke Cijantung, Jakarta Timur.

3. Puspassus AD, Kopassandha, hingga Kopassus


Kemudian di tanggal 12 Desember 1966 RPKAD berubah menjadi Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD). Nama Puspassus AD hanya bertahan lima tahun.

Pada 17 Februari 1971, Puspassus AD berubah menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Seiring reorganisasi di tubuh ABRI, sejak 26 Desember 1986 Kopassandha berubah menjadi Kopassus hingga kini.

4. Struktur Organisasi Group Kopassus


- Makopassus, berkedudukan di Cijantung dengan sesanti Pataka Tribuana Chandraca Satya Dharma.
- Grup-1 / Parako, Berkedudukan di Serang dengan sesanti Dhuaja Eka Wastu Baladika.

- Grup-2 / Sandha, Berkedudukan di Solo dengan sesanti Dhuaja Dwi Dharma Bhirawayudha.
- Grup-3 / Sandha, Berkekdudukan di Cijantung dengan sesanti Dhuaja Tri Kottaman Wira Naraca Byuha.

- Pudiklatpassus, Berkedudukan di Batujajar dengan sesanti Sempana Tri Yudha Cakti.
- Sat-81 / Gultor, Berkedudukan di Cijantung dengan sesanti Dhuaja Siap Setia Berani.

5. Kopassus Dipimpin Danjen Berpangkat Mayjen


Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus dipimpin oleh Perwira Tinggi (Pati) TNI AD berpangkat Mayor Jenderal (Mayjen). Saat ini per tahun 2024, jabatan Danjen Kopassus diduduki oleh Mayjen TNI Djon Afriandi.

6. Aksi Heroik Kopassus di Operasi Woyla


Melambungnya nama Kopassus kala itu saat terjadinya peristiwa pembajakan pesawat Garuda Indonesia Penerbangan 206 pada tahun 1981. Pembebasan sandera pembajakan sekelompok teroris bersenjata di Bandar Udara Don Mueang, Bangkok, Thailand, yang dikenal dengan Operasi Woyla.

Presiden Soeharto yang mendapat informasi pembajakan pesawat itu, kemudian memanggil Kapusintelstrat LB Moerdani ke Cendana. Moerdani memerintahkan Asisten Operasi Kopassandha, Letkol Sintong Panjaitan untuk membuat rencana operasi pembebasan dengan 35 personel.

Satu pesawat berjenis sama, Douglas DC-9 dipinjam untuk latihan singkat di hangar Garuda sebelum berangkat ke Thailand. Singkat cerita pada 31 Maret 1981, sinyal hijau diberikan untuk menjalankan operasi pada hari keempat penyanderan.

Grup-1 Para Komando (cikal bakal Detasemen-81 Gultor Kopassus) membuat tiga tim yang akan menerobos pintu samping dengan memanjat sayap pesawat, sementara satu tim lainnya lewat pintu belakang.

Singkat cerita, berkat kemampuan prajurit Kopassus yang mumpuni, hanya membutuhkan waktu 2 menit 49 detik untuk membebaskan seluruh penumpang yang disandera dan melumpuhkan para pelaku teror dalam Operasi Woyla tersebut.

Aksi pasukan Baret Merah ini pun langsung mendapat pengakuan dunia internasional. Bahkan, Kopassandha disejajarkan dengan pasukan elite dunia seperti GSG 9 (Jerman) dan Mossad (Israel).

7. Idjon Djanbi Komandan Kopassus Pertama


Pemilik nama lengkap Rokus Bernardus Visser merupakan warga negara Belanda dan bekas Korp Speciale Troepen (KST). Pasca terjadinya agresi militer Belanda, Visser memilih untuk keluar dari militer dan beralih menjadi petani bunga di Lembang, Jawa Barat. Di sini dia menjadi mualaf dan mengubah namanya menjadi Mochammad Idjon Djanbi.

Ketika di Lembang, pria kelahiran 13 Mei 1914 sempat ditemui oleh Letda Aloysius Soegijanto untuk membahas pembentukan pasukan komando. Karena memiliki banyak keahlian bertempur, mulai dari keahlian menggunakan senjata hingga pertarungan tangan kosong, dia dipilih menjadi pelatih sipil di CIC II.

Namun dia meminta agar pangkatnya harus lebih tinggi dari calon siswanya. Seiring berjalannya waktu, pasukan elite ini semakin matang. Mereka berhasil mengatasi pemberontakan DI/TII dan PRRI/Permesta. Dari peristiwa tersebut, niat untuk membentuk pasukan khusus di Angkatan Darat semakin besar.

Pengangkatan Idjon menjadi Mayor Infanteri TNI dengan NRP 17665 ini diputuskan Mennteri Pertahanan kala itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada 1 April 1952. Idjon mendapat tugas untuk melatih para perwira dan bintara dalam pembentukan pasukan khusus.

Idjon Djanbi memimpin Kopassus yang kala itu masih bernama Kesko TT III/Siliwangi hingga bernama KKAD dari tahun 1952-1953.
(maf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1808 seconds (0.1#10.140)