Vaksin dari China Sudah Uji Klinis, DPR Ungkap Belum Dibahas Detail
loading...
A
A
A
JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR Kurniasih Mufidayati mengaku kaget saat mendapat informasi kedatangan calon vaksin Covid-19 dari perusahaan China, Sinovac Biotech ke Indonesia. Pasalnya, vaksin tersebut belum dibahas secara detail oleh pemerintah dengan Komisi IX DPR.
Menurut politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, pada 14 Juli 2020 Komisi IX DPR menggelar rapat terpadu dengan pemerintah dan berbagai stakeholder terkait pengembangan vaksin corona.
Dalam rapat tersebut yang dipresentasikan secara jelas adalah tahapan dan perencanaan vaksin buatan dalam negeri yang belakangan diberi nama "Merah Putih." Komisi Kesehatan pun mendukung vaksin lokal ini.
"Nah, di saat rapat tersebut sudah dipresentasikan secara jelas semua tahapan dan perencanaan untuk proses vaksin yang diciptakan dari Indonesia sendiri ya. Di mana kita sangat support semua anggota komisi IX mendukung total upaya dari pemerintah ya," kata Kurniasih di acara Polemik MNC Trijaya bertajuk "Menanti Vaksin Covid-19" secara virtual, Sabtu (15/8/2020).
(Baca: Ahli Kesehatan Masyarakat Ragu Vaksin Corona Selesai Awal Januari)
Kurniasih menuturkan, vaksin yang dihasilkan sendiri oleh bangsa Indonesia adalah suatu kebanggaan. Sebab itulah DPR dalam hal ini Komisi IX sangat mendukung upaya itu, khususnya dari sisi anggaran.
"Karena kita bangga kalau kita bisa memiliki produk dalam negeri yang pastinya mudah-mudahan ini bisa lebih sesuai dengan masyarakat Indonesia, dan bahkan kita sudah berbicara anggaran juga untuk disupportnya," jelasnya.
Kata Kurniasih, selepas pembahasan rapat vaksin lokal tiba-tiba muncul informasi datangnya vaksin dari luar negeri yang sekarang sedang diuji klinis tahap tiga. Vaksin dimaksud ialah buatan perusahaan China, Sinovac Biotech.
"Pada saat sesudah pembahasan rapat itulah muncul informasi datangnya vaksin dari luar yang sekarang uji klinis," ungkapnya.
(Baca: Pidato Jokowi soal Penanggulangan Covid-19 Harus Segera Direalisasikan)
Pada prinsipnya, lanjut Kurniasih, pihaknya amat memahami bahwa pemerintah tengah berupaya memberikan penanganan terbaik kepada rakyat Indonesia. Namun ia bilang bahwa pada saat rapat dengan DPR, pembahasan yang mendetail hanyalah vaksin lokal, bukan yang hasil kerja sama dengan perusahaan China.
"Tetapi kita dari Komisi IX sangat konsen dengan vaksin yang benar-benar memenuhi kriteria gitu ya. Pertama, yang saat itu kita diskusikan sangat mendalam sampai malam itu diskusi rapat kita ya Prof Amin yah mendetail sekali gitu kita bahas. Makanya kita agak kaget ketika ada vaksin lain yang dihadirkan di Indonesia tapi tidak didiskusikan dan tidak dikoordinasikan ataupun dibahas di Komisi IX," beber Kurniasih.
"Karena biar bagaimanapun Komisi IX ini kan nanti kan akan menjadi penyeimbang, pengawas, kemudian juga dalam hal budgetting kita juga pasti akan membahas di Komisi IX juga. Nah ini yang kita masih, mungkin nanti setelah reses ini selesai mungkin hari Selasa kita akan mulai rapat dan mungkin ini akan menjadi agenda prioritas di Komisi IX untuk membahas vaksin yang memang harus kita dorong supaya ada anggaran yang dialokasikan sangat memadai," tambah dia.
(Baca: Proses Dipangkas pun Tetap Butuh Waktu Lama Kembangkan Vaksin Merah Putih)
Kurniasih mengungkap bahwa vaksin Sinovac yang kini sedang diujicobakan belum dibahas detail oleh pemerintah dengan DPR.
"Ya ada sempat dibahas ya tapi belum sampai dibahas detail seperti rencana yang dilakukan oleh Kemenristek, Kemenkes, yang memang hasil dari kita sendiri. Waktu itu fokus pembahasannya pada vaksin yang dihasilkan oleh kita oleh Eijkman lembaga penelitian kita di Indonesia," tuturnya.
"Ya bukan kaget, (tapi) enggak pernah dibahas, belum dibahas secara detail karena mungkin datengnya pada saat reses kan jadi mungkin untuk penganggaran dan lain-lainnya mungkin baru akan dibahas beberapa waktu kedepan nanti mungkin," pungkasnya.
Untuk diketahui, vaksin yang sedang dilakukan uji klinis tahap tiga adalah buatan Sinovac Biotech asal China. Sebanyak 1.620 relawan akan mengikuti uji klinis ini. Pemerintah sendiri menargetkan vaksin ini sudah selesai pada awal Januari 2021.
Menurut politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, pada 14 Juli 2020 Komisi IX DPR menggelar rapat terpadu dengan pemerintah dan berbagai stakeholder terkait pengembangan vaksin corona.
Dalam rapat tersebut yang dipresentasikan secara jelas adalah tahapan dan perencanaan vaksin buatan dalam negeri yang belakangan diberi nama "Merah Putih." Komisi Kesehatan pun mendukung vaksin lokal ini.
"Nah, di saat rapat tersebut sudah dipresentasikan secara jelas semua tahapan dan perencanaan untuk proses vaksin yang diciptakan dari Indonesia sendiri ya. Di mana kita sangat support semua anggota komisi IX mendukung total upaya dari pemerintah ya," kata Kurniasih di acara Polemik MNC Trijaya bertajuk "Menanti Vaksin Covid-19" secara virtual, Sabtu (15/8/2020).
(Baca: Ahli Kesehatan Masyarakat Ragu Vaksin Corona Selesai Awal Januari)
Kurniasih menuturkan, vaksin yang dihasilkan sendiri oleh bangsa Indonesia adalah suatu kebanggaan. Sebab itulah DPR dalam hal ini Komisi IX sangat mendukung upaya itu, khususnya dari sisi anggaran.
"Karena kita bangga kalau kita bisa memiliki produk dalam negeri yang pastinya mudah-mudahan ini bisa lebih sesuai dengan masyarakat Indonesia, dan bahkan kita sudah berbicara anggaran juga untuk disupportnya," jelasnya.
Kata Kurniasih, selepas pembahasan rapat vaksin lokal tiba-tiba muncul informasi datangnya vaksin dari luar negeri yang sekarang sedang diuji klinis tahap tiga. Vaksin dimaksud ialah buatan perusahaan China, Sinovac Biotech.
"Pada saat sesudah pembahasan rapat itulah muncul informasi datangnya vaksin dari luar yang sekarang uji klinis," ungkapnya.
(Baca: Pidato Jokowi soal Penanggulangan Covid-19 Harus Segera Direalisasikan)
Pada prinsipnya, lanjut Kurniasih, pihaknya amat memahami bahwa pemerintah tengah berupaya memberikan penanganan terbaik kepada rakyat Indonesia. Namun ia bilang bahwa pada saat rapat dengan DPR, pembahasan yang mendetail hanyalah vaksin lokal, bukan yang hasil kerja sama dengan perusahaan China.
"Tetapi kita dari Komisi IX sangat konsen dengan vaksin yang benar-benar memenuhi kriteria gitu ya. Pertama, yang saat itu kita diskusikan sangat mendalam sampai malam itu diskusi rapat kita ya Prof Amin yah mendetail sekali gitu kita bahas. Makanya kita agak kaget ketika ada vaksin lain yang dihadirkan di Indonesia tapi tidak didiskusikan dan tidak dikoordinasikan ataupun dibahas di Komisi IX," beber Kurniasih.
"Karena biar bagaimanapun Komisi IX ini kan nanti kan akan menjadi penyeimbang, pengawas, kemudian juga dalam hal budgetting kita juga pasti akan membahas di Komisi IX juga. Nah ini yang kita masih, mungkin nanti setelah reses ini selesai mungkin hari Selasa kita akan mulai rapat dan mungkin ini akan menjadi agenda prioritas di Komisi IX untuk membahas vaksin yang memang harus kita dorong supaya ada anggaran yang dialokasikan sangat memadai," tambah dia.
(Baca: Proses Dipangkas pun Tetap Butuh Waktu Lama Kembangkan Vaksin Merah Putih)
Kurniasih mengungkap bahwa vaksin Sinovac yang kini sedang diujicobakan belum dibahas detail oleh pemerintah dengan DPR.
"Ya ada sempat dibahas ya tapi belum sampai dibahas detail seperti rencana yang dilakukan oleh Kemenristek, Kemenkes, yang memang hasil dari kita sendiri. Waktu itu fokus pembahasannya pada vaksin yang dihasilkan oleh kita oleh Eijkman lembaga penelitian kita di Indonesia," tuturnya.
"Ya bukan kaget, (tapi) enggak pernah dibahas, belum dibahas secara detail karena mungkin datengnya pada saat reses kan jadi mungkin untuk penganggaran dan lain-lainnya mungkin baru akan dibahas beberapa waktu kedepan nanti mungkin," pungkasnya.
Untuk diketahui, vaksin yang sedang dilakukan uji klinis tahap tiga adalah buatan Sinovac Biotech asal China. Sebanyak 1.620 relawan akan mengikuti uji klinis ini. Pemerintah sendiri menargetkan vaksin ini sudah selesai pada awal Januari 2021.
(muh)