Seandainya Bulan Puasa Sepanjang Masa

Selasa, 12 Maret 2024 - 17:27 WIB
loading...
Seandainya Bulan Puasa Sepanjang Masa
Karo AUPK UIN Sunan Gunung Djati Bandung sekaligus Pendiri Pondok PENDAWA, Imam Safeí. FOTO/DOK.PRIBADI
A A A
Imam Safeí
Karo AUPK UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
Pendiri Pondok PENDAWA

HARI INI, umat Islam seluruh penjuru dunia bergembira menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan , dan bahkan sebagian sudah ada yang melaksanakan ibadah puasa Ramadan. Bulan suci Ramadan merupakan momentum yang ditunggu-tunggu kehadirannya oleh semua umat Islam. Dengan penuh berharap mendapatkan berkah dan kebaikan di dalamnya semua menantikan kedatangannya. Dibuktikan, sejak Bulan Sya'ban setiap hari umat Islam sudah memanjatkan doá agar diberikan keberkahan di Bulan Rajab, Sya'ban dan dipertemukan Bulan Ramadan.

Meskipun awal permulaan puasa berbeda-beda, tetapi umat Islam pada umumnya sudah sangat dewasa menyikapi perbedaan ini. Sehingga konsekuensi berikutnya mungkin terjadi persamaan dan perbedaan baik di awal waktu puasa atau lebarannya. Ada yang awal puasanya sama tetapi berbeda lebarannya. Ada yang awal puasanya berbeda tetapi lebarannya sama. Mungkin ada pula yang kedua-duanya berbeda atau sama.

Seiring dengan bertambahnya pengetahuan dan luasnya wawasan keagamaan serta kesadaran akan pentingnya ukhuwah Islamiyah, perbedaan-perbedaan pengamalan agama seperti pelaksanaan ibadah Ramadan ini tidak menjadikan bahan polemik bahkan ketegangan-ketegangan di tengah-tengah kehidupan keberagamaan masyarakat. Situasi kondusif seperti ini yang harus dirawat dan dipelihara serta terus disebarluaskan di tengah-tengah masyarakat. Ketegangan atau situasi konflik seperti yang pernah terjadi sebelumnya di pelbagai tempat yang dipicu oleh persoalan seperti ini tidak boleh lagi terjadi saat ini dan di saat-saat mendatang.

Dengan situasi yang kondusif, aman, rukun, dan damai, kita sangat berharap pelaksanaan ibadah Ramadan tahun ini bisa memberikan dampak spiritual dan sosial yang tidak hanya dinikmati sendiri oleh orang-orang yang menjalankan ibadah puasa, tetapi juga orang lain sekitarnya, bahkan orang yang tidak berpuasa sekali pun juga merasakan makna dan dampak ibadah puasa. Dengan ibadah puasa yang memang secara khusus ditujukan perintah-Nya kepada orang-orang yang beriman dan dilaksanakan sebagai bukti ketaatan melaksanakan ajaran Islam, dampaknya juga akan dirasakan diri sendiri yang menjalani dan orang lain di sekelilingnya yang berbeda keyakinan. Dengan kata lain diharapkan ibadah puasa mampu Mengokohkan Rukun Iman, Rukun Islam, dan Rukun Tetangga.

Seruan Puasa bagi Orang-orang Beriman

Melalui sidang isbat yang diselenggarakan oleh Kemeneterian Agama tanggal 10 Maret 2024, pemerintah telah menetapkan awal Bulan Ramadan Tahun 1445 Hijriyah bersamaan dengan tanggal 12 Maret 2024. Artinya umat Islam akan memulai ibadah puasa tahun ini pada tanggal tersebut. Namun demikian pemerintah dan kita semua sudah pasti juga menghargai dan memahami sebagian umat Islam yang sudah memulai menjalankan ibadah puasa lebih awal karena peristiwa seperti ini tidak hanya terjadi di tahun ini, tetapi juga pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dan bahkan mungkin juga terjadi di tahun-tahun yang akan datang.

Ibadah puasa sangatlah istimewa karena seruan-Nya hanya diperuntukkan bagi orang-orang beriman. Bagi orang-orang yang beriman, tentu panggilan khusus ini adalah perhatian yang sangat Istimewa diberikan kepadanya. Tidak perlu mempertanyakan imbalan atau balasannya, dengan penuh keyakinan dan keimanan, pasti Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi hamba-hamba yang menjalankan.

Sebagai hamba yang beriman, tanpa harus mencari-cari makna dan manfaat dari pesan menjalankan ibadah puasa sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT dalam Al-Qur'án Surat Al-Baqarah ayat 183, atas dasar keimanan dan ketaatan beragama, maka setiap orang yang beriman akan menjalankan ibadah puasa dengan penuh ketulusan dan kegembiraan. Dan karena puasa ini diperintahkan bagi hamba yang beriman, maka dengan penuh toleran pula ketika orang-orang yang berpuasa bersama atau bertemu dengan orang-orang yang mungkin tidak berpuasa baik karena berhalangan syar'i atau yang berbeda keyakinan.

Dengan sikap seperti ini, maka kita bisa menjalankan ibadah puasa dengan ikhlas dan penuh kegembiraan tanpa merasa terganggu dengan orang-orang yang berbeda. Seandainya pun kita mau mengajak atau menyeru mereka yang belum menjalankan puasa agar mau menjalankan puasa, maka harus dengan cara-cara yang arif dan bijaksana dan tidak boleh dengan cara memaksa. Dan sesungguhnya perbedaan ini sudah terjadi dalam waktu yang lama baik perbedaan yang terjadi pada yang sama keyakinannya ataupun yang berbeda keyakinan.

Dengan sikap keberagamaan yang makin dewasa, semua bisa merasakan indahnya menjalankan keyakinan berpuasa di Bulan Ramadan tanpa ada yang merasa terganggu dan terintangi meski terjadi perbedaan. Semua hanya semata-mata berharap keridho'an Tuhan yang memberikan perintah dan seruan. Rasa ikhlas dan pasrah menjalankan perintah syari'at agama seperti ini di samping menjadi bukti ketaatan terhadap agama yang dipeluk juga akan memberikan ketenangan dan kebahagiaan. Tidak pernah ada kesia-siakan terhadap semua amal ibadah yang kita laksanakan dan Tuhan pasti tidak akan pernah salah atau keliru memberikan balasan. Inilah pentingnya landasan iman atas segala amal perbuatan.

Rukun Islam dan Rukun Tetangga

Menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramadan adalah salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan umat Islam setahun sekali. Di bulan ini, tidak hanya melaksanakan perintah ibadah puasa semata sesuai yang ditetapkan syari'at, terkadang juga diikuti oleh ibadah-ibadah sosial lainnya yang sesuai dengan adat kebiasaan yang ada di daerah masing-masing. Karena sifatnya hanya meramaikan dan menambah semarak di Bulan Ramadan tanpa menabrak sedikit pun syari'at puasa yang sudah ditetapkan agama, maka-maka tradisi-tradisi tersebut terus berjalan hingga saat ini. Mulai dari acara penyambutan bulan puasa, selama pelaksanaan ibadah puasa hingga akhir bulan puasa yakni menyambut perayaan awal Bulan Syawal dengan pelbagai kegiatan Idulfitri.

Mungkin inilah perbedaan kita dibandingkan umat Islam di belahan dunia lainnya. Sebagai bangsa yang dianugerahi kekayaan alam, budaya, suku, dan agama yang berbeda-beda, kita harus terus bersyukur dan tetap berusaha merawatnya. Tidak perlu saling membenturkan setiap yang berbeda tetapi sebaliknya harus menghargai sesuatu yang tidak sama. Meski seruan menjalankan Rukun Islam berpuasa ini hanya ditujukan kepada hamba-hamba yang beriman, tetapi dampak dari ibadah ini tidak hanya dirasakan oleh orang-orang yang menjalankan tetapi juga orang lain yang karena perbedaan keyakinan sehingga tidak melaksanakan.

Dengan kata lain, meski ibadah puasa ini dirasa sangat pribadi bagi orang-orang yang beriman dan yang bisa menilai serta mengukur kualitasnya hanya Tuhan, tetapi pesan simbolik bagaimana rasa lapar dan dahaga yang dirasakan selama menjalankan ibadah puasa harus melahirkan rasa kepedulian untuk sesama. Pada akhirnya, orang-orang beriman yang akan dilatih bagamana menahan rasa lapar dan dahaga serta hawa nafsu yang tercela lainnya selama bulan puasa harus mampu berubah menjadi insan-insan sosial yang responsif dan peduli dengan kondisi-kondisi sosial sesama yang perlu uluran tangan untuk meringankan beban derita orang lain meskipun mereka tidak melaksanakan puasa. Tanpa memberi dampak seperti ini, puasa hanya meninggalkan bekas rasa lapar dan dahaga.

Semua tentu sepakat dan berharap agar ibadah puasa yang kita jalani tidak hanya berdampak untuk diri sendiri tetapi juga bagi orang lain. Tidak ada yang perlu diragukan dan dikhawatirkan terhadap semua amal kebaikan yang kita laksanakan. Asalkan semua dilaksanakan dengan rasa tulus sepenuh hati sebagai wujud ketaatan kita terhadap apa yang diperintahkan Tuhan baik sebagai implementasi pelaksanaan Rukun Iman dan Rukun Islam, semuanya pasti akan mendatangkan kebaikan. Tidak hanya dirasakan oleh mereka yang melaksanakan tetapi juga orang lain yang menjadi bagian dari kehidupan kita yang tidak bisa dipisahkan.

Oleh karena itu di akhir pelaksanaan ibadah puasa akan dibarengi implementasi Rukun Islam lainya yaitu berupa Zakat yang dalam pelaksanaannya tidak hanya bernuansa ibadah individual tetapi pasti berhungan dengan orang lain yang sangat membutuhkan kepedulian sosial. Secara berurutan, setelah ditanamkan secara kuat makna keimanan melalui ibadah puasa masing-masing individu harus dilanjutkan dengan ibadah lainnya yang bisa memberi dampak nyata untuk sesama. Dengan demikian, berangkat dari keyakinan yang kuat dari implementasi Rukun Iman dan menjalankan Rukun Islam, maka akan memberikan dampak yang kuat dan manfaat kepada sesama yang akan mengokokohkan Rukun Tetangga.

Andaikan Puasa Selamanya

Tentu tidak mungkin terjadi semua harapan seperti itu menjadi fakta. Tuhan memberikan kewajiban hamba-Nya pasti sudah disesuaikan dengan kemampuannya. Bulan Ramadan yang di dalamnya ada kewajiban berpuasa hanya terjadi sebulan dari 12 bulan selama setahun. Hanya harapan mertamorfosis yang mengingingkan itu terjadi selamanya. Akan tetapi itu semua kita hargai sebagai suatu cita-cita, paling tidak nilai-nilai yang ada di satu bulan puasa itu bisa kita tumbuh kembangkan dan terjadi di bulan-bulan lain selain Bulan Ramadan.

Tidak ada salahnya bercita-cita baik meskipun belum bisa diwujudkan daripada tidak memiliki keinginan sedikit pun untuk berbuat baik meskipun baru impian. Indahnya Bulan Ramadan, banyak pesan dan contoh-contoh kebaikan yang ada di dalamnya, sekali lagi tidak ada salahnya orang mengandaikan agar Bulan Ramadahan ini terjadi selamanya. Walaupun faktanya tidak mungkin, biarlah itu semua menjadi penyemangat orang-orang yang berpuasa selama satu bulan untuk mengimplementasikan pesan-pesan dan nilai yang ada di dalamnya untuk bisa diamalkan sepanjang masa selamanya.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1887 seconds (0.1#10.140)