Rumah Reflektif Surya Dinilai Ramah Lingkungan dan Hemat Sumber Daya

Jum'at, 01 Maret 2024 - 21:33 WIB
loading...
Rumah Reflektif Surya Dinilai Ramah Lingkungan dan Hemat Sumber Daya
Rumah reflektif surya dinilai sebagai tempat tinggal yang ramah lingkungan di Padalarang, Bandung, Jawa Barat. Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - Rumah reflektif surya dinilai sebagai tempat tinggal yang ramah lingkungan dan menghemat sumber daya. Sebab rumah tersebut dibangun dengan menggunakan material yang rendah karbon.

Hal itu terungkap dalam simposium dan lokakarya internasional tentang Bangunan Berkelanjutan, Kota, dan Komunitas atau Sustainable Buildings, Cities, and Communities (SBCC) 2024 yang diadakan oleh Program Studi Arsitektur Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bersama dengan BeCool Indonesia yang didukung oleh Tatalogam Group.

Kegiatan ini menyediakan wadah atau platform untuk berbagi ide, penelitian dan studi tentang cara melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap pemanasan dan perubahan iklim global. Dalam acara yang digelar pada 27-28 Februari 2024 di Hotel Pullman Bandung Grand Central itu, peserta dan narasumber mancanegara yang hadir diajak melihat langsung proyek percontohan lingkungan binaan yang telah dibangun dengan mengedepankan prinsip bangunan, area dan komunitas berkelanjutan di Kampung BeCool, Desa Tipar, Padalarang, Kabupaten Bandung.



Kampung BeCool merupakan lingkungan binaan yang dibangun berbasis Corporate Social Responsibility (CSR) yang digagas oleh BeCool Indonesia dan Tatalogam Group. Di lokasi ini, 20 rumah gentingnya telah dicat dengan cairan BeCool yang dapat berfungsi secara signifikan untuk memperbaiki iklim mikro di lingkungan sekitarnya.

Di lokasi yang sama, terdapat tiga rumah contoh yang mengaplikasikan rumah reflektif surya. Rumah reflektif surya adalah rumah berbasis desain pasif yang mendemonstrasikan penggunaan material bangunan rendah karbon guna mengurangi dampak urban heat island.


Rumah ini merupakan pengembangan dari produk Rumah Domus produksi PT Tatalogam Group yang bagian genting metal dan penutup dindingnya telah dilapisi cairan BeCool sehingga mampu meredam panas dan memiliki reflektansi sinar matahari yang cukup tinggi.

Rumah hasil inovasi bersama ini lalu diberi nama Raflesia atau Rumah Reflektif Surya Indonesia. Material rendah karbon pada rumah ini diketahui memiliki emitansi 0,90, reflektansi surya hingga 72,1 %, serapan surya hingga 27,9 %, dan Indeks Reflektan Surya (Solar Reflectance Index/ SRI) yang sudah mencapai 88.0.

Keberadaan rumah inipun diharapkan dapat membantu pemerintah dalam memenuhi kebutuhan hunian masyarakat Indonesia yang memadai, sekaligus mengurangi dampak lingkungan yang dapat timbul akibat pembangunan lingkungan binaan.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimulyono yang diwakili Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Perumahan (SSPP) Edward Abdurrahman menerangkan, kebijakan perumahan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2022 – 2024 berfokus pada peningkatan akses masyarakat kepada rumah yang memadai terutama bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dengan desain yang mumpuni.

Edward menyebut, hingga 2024 PUPR berkomitmen untuk menyuplai kebutuhan ini. Salah satu langkahnya dengan mempercepat program satu juta rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang bekerja sama dengan pemerintah daerah, universitas dan pemangku kepentingan lainnya.

Founder BeCool Indonesia yang juga merupakan peneliti dari Universitas Pendidikan Indonesia Beta Paramita mengatakan, setiap tahun konstruksi bangunan terus mengalami peningkatan. Untuk itu, guna mencapai pembangunan berkelanjutan dibutuhkan inovasi baru yang lebih ramah lingkungan dalam pembangunan tersebut.

“Konstruksi tahunan bangunan tempat tinggal dan komersial mengalami peningkatan tertinggi setara 5-6% per tahun. Backlog perumahan mencapai 8,76 juta unit per awal 2020. Tantangannya adalah memenuhi kebutuhan tersebut dengan tetap memegang teguh prinsip ramah lingkungan,” terangnya.

Bahan baku kayu yang dianggap kurang ramah lingkungan pun mulai tergantikan dengan bahan logam seperti baja ringan. Baja ringan banyak digunakan untuk rangka bangunan karena memiliki banyak kelebihan. Selain dapat didaur ulang, baja ringan juga diketahui memiliki tegangan dan transfer regangan yang lebih baik, tahan terhadap suhu tinggi, kurang penyerapan kelembaban, tidak mudah terbakar, kuat tekan dan geser, serta memiliki ketahahan aus dan ekspansi termal yang lebih baik.

“Dalam penggunaan baja ringan ini, tantangannya adalah pertama, yaitu proses produksinya harus menganut kepada industri berkelanjutan dengan tujuan menghasilkan baja rendah karbon. Kedua, baja ringan merupakan konduktor panas yang baik. Pada bangunan prefabrikasi baja ringan, maka radiasi matahari secara langsung tertransfer masuk ke dalam ruangan. Oleh sebabnya, kolaborasi antara BeCool Indonesia dan Tatalogam Group pada Raflesia ini bisa menjawab tantangan tersebut,” terang Beta.

Penggunaan cairan BeCool pada bangunan bermaterial rendah karbon dengan strategi desain pasif ini disebutnya mempunyai reflektifitas dan emisivitas tinggi yang secara efektif dapat memantulkan sebagian dari radiasi matahari kembali ke atmosfer sambil menyerap panas melalui kemampuan pendinginan radiasinya.

Dengan inovasi ini, diperkirakan dapat terjadi penghematan energi pendinginan hingga 2,9 Kw h/m2 per 0,1 peningkatan reflektansi matahari, serta rata-rata pengurangan 3°C pada suhu pengoperasian dalam ruangan dan hingga 11 °C pada suhu permukaan luar, dihitung, menyoroti fasad yang dilapisi cairan BeCool. Karena itu teknologi ini layak untuk meningkatkan efisiensi energy dan kualitas lingkungan di iklim panas dan lembab.

Vice President Operations Tatalogam Group, Stephanus Koeswandi menerangkan, Raflesia merupakan inovasi baru yang merupakan pengembangan dari rumah Domus, rumah instan berbasis baja ringan dan menjadi salah satu produk unggulan yang telah mengantongi penghargaan rintisan teknologi industri dari Menteri Perindustrian 2021.

Rumah ini sejak tahap desain hingga menjadi material dan bahan pendukungnya diproduksi di pabrik dengan mesin agar presisi. Dengan proses fabrikasi ini, rumah ini jadi lebih cepat dibangun dan yang terpenting lagi adalah tidak menyisakan limbah di lokasi konstruksi atau zero waste construction.

“Jadi material atap dan dinding metal pada rumah Domus dilapisi cairan BeCool dengan Color Coating Line (CCL) kemudian dibentuk dan dipotong di pabrik sesuai ukuran pada desain kami hingga tidak menyisakan limbah di lokasi pembangunannya nanti. Dengan pelapisan cairan BeCool pada permukaan atap dan dinding, selain dapat menyejukkan bagian dalam rumah, dampak urban heat islands akibat pantulan sinar matahari di sekitar lokasi juga bisa diminimalisasi,” ucapnya.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1942 seconds (0.1#10.140)