Di Hadapan PM Jepang, Yenny Wahid Bicara Soal Demokrasi di Asia

Jum'at, 06 Juli 2018 - 16:20 WIB
Di Hadapan PM Jepang, Yenny Wahid Bicara Soal Demokrasi di Asia
Di Hadapan PM Jepang, Yenny Wahid Bicara Soal Demokrasi di Asia
A A A
JAKARTA - Direktur Wahid Foundation Zannuba Arifah Chafsoh atau Yenny Wahid, menjadi pembicara dalam simposium internasional bertajuk "Shared Values and Democracy in Asia" di Tokyo, Jepang, Kamis 5 Juli 2018.

Forum gelaran Japan Foundation Asia Center (JFAC) dihadiri Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ini merupakan kegiatan tahunan sejak 2015. Mempertemukan kalangan intelektual dan peneliti berbagai negara di Asia. Tahun ini penyelenggaraan simposium edisi keempat.

Yenny mengatakan, dirinya diundang untuk ikut memberikan sumbangan pemikiran berkaitan dengan topik seputar nilai-nilai kesamaan dan demokrasi yang ia anggap sangat relevan sekaligus kritikal di dunia saat ini.

"JFAC menyelenggarakan simposium ini untuk melakukan dialog yang bertujuan mencapai pemahaman budaya bersama dan membangun landasan yang kuat untuk mengimplementasikan nilai-nilai persamaan dan demokrasi di Asia pada masa depan," kata Yenny dalam siaran pers, Jumat (6/7/2018).

Yenny menambahkan, penyelenggaraan JFAC tahun ini mengundang sejumlah pemimpin politik, pemimpin agama, dan peneliti negara-negara Asia. Mereka diundang untuk mendiskusikan persamaan dan demokrasi dalam perspektif orang Asia.

Selain Yenny Wahid dari Indonesia, pembicara lain berasal dari India, Jepang, Filipina, Korea, Cina, Thailand, Malaysia dan beberapa negara Asia lainnya. "Dalam simposium ada sesi khusus yang membahas pencapaian dan tantangan terkait aktivitas pertukaran budaya antara Jepang dan Asia menuju kolaborasi masa depan," ucap Yenny.

Dalam forum ini, Yenny antara lain memperkenalkan Wahid Foundation sebagai yayasan yang selama ini aktif mempromosikan perdamaian dan keragaman di Indonesia, negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia dan demokrasi terbesar ketiga. Kata Yenny, Wahid Foundation didirikan untuk memperjuangkan visi kemanusiaan dari almarhum ayahnya, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Sebagai mantan presiden dan cucu pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia yang juga aktif mempromosikan nilai-nilai demokrasi, Gus Dur membayangkan masyarakat multikultural yang tumbuh subur di Indonesia.

"Wahid Foundation didirikan karena kami percaya demokrasi harus melindungi keragaman. Tidak ada contoh yang lebih besar dalam hal perlindungan keanekaragaman ada di negara lain di luar Indonesia, yang merupakan rumah bagi lebih dari 300 kelompok etnis," ujar Yenny.

Selaku direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid dalam beberapa tahun terakhir memang sering diundang untuk berbicara di berbagai forum internasional. Terakhir, Maret 2018, ia hadir dan berbicara dalam pertempuan tingkat tinggi di Markas PBB di New York, AS, yang diselenggarakan oleh UN Women bekerjasama dengan UNOCT, United Nations Office of Counter Terrorism (Badan PBB yang bertugas menangkal terorisme di dunia).

Yenny, antara lain berbicara tentang pelibatan perempuan di tingkat desa dalam upaya global menanggulangi bahaya radikalisme dan terorisme. "Mereka tertarik dengan program Kampung Damai yang kami inisiasi di berbagai desa di Pulau Jawa," tuturnya.

Sebelumnya, Februari 2016, Yenny berbicara dalam forum gelaran Kuwait Council for Cultural and Art, membahas topik seputar Islam dan peran wanita Muslim. Juga menjadi pembicara dalam sebuah konferensi tentang agama dan politik di Western Sidney University-Australia, November 2017.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9071 seconds (0.1#10.140)