Komaruddin Hidayat Sebut Tanda Demokrasi Antiklimaks, Catatan Negatif Orba Jangan Terulang

Minggu, 11 Februari 2024 - 10:28 WIB
loading...
Komaruddin Hidayat Sebut Tanda Demokrasi Antiklimaks, Catatan Negatif Orba Jangan Terulang
Cendekiawan Muslim yang juga mantan Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Komaruddin Hidayat menyebut saat ini sudah ada tanda-tanda demokrasi antiklimaks. Foto/MPI
A A A
JAKARTA - Cendekiawan Muslim yang juga mantan Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Komaruddin Hidayat menyebut saat ini sudah ada tanda-tanda demokrasi antiklimaks.

Hal itu diungkapkan Komaruddin saat Gerakan Nurani Bangsa (GNB) menyuarakan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 berlandaskan etika dan nurani di Graha Oikumene Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Salemba Jakarta Pusat pada Sabtu (10/2/2024).



Komaruddin mengatakan dalam perjalanan sejarah, Indonesia pernah mengalami Orde Lama (Orla) yang antiklimaks. Selanjutnya Orde Baru (Orba) juga antiklimaks, meskipun akhirnya muncul reformasi akibat kemarahan, kekecewaan, hingga korupsi. Dia pun berharap jangan sampai catatan negatif dari Orde Baru tidak terulang kembali.

“Di setiap ujung tadi muncul kemarahan, kekecewaan, korupsi, kalau dihitung tiap generasi 25 tahun. Demokrasi ada tanda-tanda antiklimaks. Apa yang dicatat negatif di Orde Baru jangan terulang lagi. Jangan sampai lari di tempat dan ketinggalan dengan negara lainnya,” ujar Komaruddin dalam keterangannya.

Lebih lanjut, Komaruddin mengatakan pemilu kali ini harus menjadi upaya agar proses demokrasi di Indonesia tidak antiklimaks, harus menjadi metamorfosis lebih baik.

“Kami berharap kepada tokoh partai dan pemerintah, mari kawal bangsa ini naik tangga bukan mundur, melahirkan pemimpin yang bisa memperbaiki agar bangsa lebih kompetitif dan meningkatkan kesejahteraan dan keadilan rakyat,” tuturnya.

Membangun sebuah bangsa disebut Komaruddin butuh perjuangan. Apabila salah urus negara, maka pembangunan dapat rusak, apalagi kalau penyimpangan ada pada sistem sulit diubah.



“Pembangunan dilakukan untuk mengurangi ketimpangan harus lebih diperbaiki. Jangan kita sibuk jalan di tempat ongkos mahal, tapi sebagai bangsa tidak kompetitif,” pungkasnya.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4094 seconds (0.1#10.140)