Inspirasi Pancasila Muncul dari Ende

Sabtu, 02 Juni 2018 - 12:01 WIB
Inspirasi Pancasila Muncul dari Ende
Inspirasi Pancasila Muncul dari Ende
A A A
ENDE - Kelahiran Pancasila sebagai dasar negara tidak dapat dilepaskan dari Kota Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ende disebut Bung Karno sebagai tempat perenungannya hingga menghasilkan lima butir sila.

Namun, peran Ende tidaklah sebatas tempat. Lebih daripada itu, Kota Ende juga sebagai perajut nilai-nilai Pancasila. Rajutan tersebut ada dari sebelum Pancasila lahir, hingga 73 tahun usianya. "Betul (nilai-nilai Pancasila) sangat tertanam di Ende karena itu dari hakekatnya dan karena masyarakatnya heterogen. Mereka dari satu keluarga yang sama (bisa berbeda-beda). Jadi, sebelum Pancasila ada, dia sudah duluan ada," tutur Wakil Uskup Agung Ende, Cigre Rillus Lena, di rumah pengasingan Bung Karno, Ende, NTT, Jumat (1/6/2018).

Cigre menduga, kehidupan masyarakat Ende sedikit banyak memberikan inspirasi bagi proklamator bangsa itu saat merumuskan nilai-nilai Pancasila. Dalam masa empat tahun di pengasingan, Bung Karno intens berinteraksi dengan berbagai kelompok masyarakat Ende. "Itu mungkin (mempengaruhi). Bung Karno kan tinggal langsung di tengah masyarakat ini. Dan, selalu bergaul dengan semua aneka komponen masyarakat. Juga dengan dengan pastur dan sebagainya untuk bertukar pikiran," ucap Pastur asal Maumere tersebut.

Keberagaman yang ada di Indonesia saat ini juga tergambar di Ende. Bukan saja dalam satu masyarakat yang berbeda-beda, tapi bahkan dalam satu keluarga. Cigre menuturkan dalam satu keluarga di Ende bisa terdiri dari beberapa keyakinan yang berbeda. "Di sini semua agama itu ada di satu keluarga yang sama dan tinggal di rumah yang sama. Sehingga, keberagamaan, universalitas, itu terjadi dalam keseharian hidup, terutama dalam momen-momen seperti ini," katanya.

Harmonisasi tersebut terus berlangsung hingga saat ini. Toleransi begitu nyata terlihat dalam dunia pendidikan Ende yang mana sekolah Islam lebih didominasi oleh murid beragama Katholik. Proses belajar mengajar pun tidak terganggu dengan keanekaragaman tersebut. "Iya ada. (sekolah milik) Muhammadiyah itu malah mayoritas," ucapnya.

Tidak hanya itu, guru-guru pesantren di Ende juga diisi oleh beberapa flater atau calon imam Katholik. Guru-guru biasanya mengajar etika hingga ilmu pengetahuan di dalam pesantren. "Calon imam itu bekerja di Pesantren Wali Songo. Mereka menjadi semacam pendamping atau bapak asrama. Mereka tetap tinggal di biaranya, tapi setiap hari ke sana untuk bekerja," kata dia.

Cigre pun menilai sudah sangat tepat jika Pancasila lahir di tanah Ende. Dia berharap pada 1 Juni ini Pancasila semakin kokoh. Apalagi dihadapkan dengan kondisi tanah air akhir-akhir ini yang persatuan dan kesatuan rentan dirusak. "Kalau melihat Ende yang dari awalnya hidup dalam kerukunan dan keanekaan, mendengar hal yang terjadi akhir-akhir ini justru hampir tidak masuk akal. Sangat disayangkan. Kita tidak bisa angkat tangan. Tidak bisa diam dan menyerah begitu saja," harapnya.

Hal senada diungkapkan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo. Menurutnya, Ende merupakan bagian titik awal adanya Pancasila. Dia mengakui bahwa nilai-nilai Pancasila tertanam di kota tersebut mulai dari kerukunan, musyawarah, sampai kegotongroyongan.
"Dalam pengasingan di kota inilah dengan api dan semangat tanah Ende yang begitu indah karunia Tuhan yang maha kuasa ini, beliau (Soekarno) bisa menggali nilai-nilai budaya falsafah di seluruh Indonesia. Ini yang akhirnya beliau rangkai dalam bentuk sila-sila dalam Pancasila," paparnya.

Karena itu, Mendagri menilai rumah inspirasi itu harus dilestarikan. Kemudian ada aturan bahwa seluruh anak-anak sekolah wajib melihat detail, sampaikan sejarah, cerita sampai pohon sukun. "Ini insipirasi bagi anak-anak muda. Walau diasingkan, pikirannya terus berjalan untuk bangsa ini," tegas Tjahjo.

Menurutnya, Bung Karno merupakan sosok luar biasa. Meskipun dibuang ke pengasingan, itu tidak mematikan intelektual dan pemikirannya untuk menggali budaya nasional. "Pada saat itu kan BK memikirkan bagaimana mempersatukan sebuah bangsa yang besar. 17 ribu pulau, 714 suku, berbagai agama, berbagai adat istiadat, dengan rentang jarak dari Sabang sampai Merauke, sampai ke Ende," ungkapnya.

Tjahjo pun mengakui semakin bertambah usia Pancasila, tantangan yang dihadapi tidaklah sedikit. Meskipun sudah disepakati sebagai dasar negara, rongrongan terhadap Pancasila masih terus terjadi mulai dari radikalisme, terorisme, dan kelompok lain yang mengganti Pancasila.

"Apa pun ada perorangan, kelompok, golongan yang punya niat untuk mengganti ideologi Pancasila, tapi saya yakin bangsa ini akan punya tekad sama untuk mempertahankan Pancasila. Arti Pancasila itu besar. Lima sila itu merangkum seluruh kebhinekaan," tegasnya.

Sementara di tempat terpisah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya pada peringatan Hari Lahir Pancasila I Juni mengajak masyarakat untuk tetap meneguhkan semangat selalu bersatu dan menghargai segala perbedaan. "Rangkaian proses besar itu yang harus selalu kita ingat, kita dalami semangatnya, dan kita pahami rohnya. Adalah tugas dan tanggung jawab kita untuk memastikan bahwa Pancasila selalu hadir dalam setiap sudut kehidupan serta hati dan pikiran kita," ujarnya.

Mantan Wali Kota Surakarta itu menuturkan bahwa selama hampir 73 tahun, Pancasila telah menjadi pemandu langkah bangsa Indonesia. Bahkan, Pancasila mampu bertahan dan tumbuh di tengah deru ombak ideologi lain yang berusaha menggesernya. Menurutnya, karena Pancasilalah kebhinekaan bangsa justru menjadi kekuatan besar dan akan itu akan terus berlanjut di masa-masa mendatang perjalanan bangsa ini.

"Insya Allah sampai akhir zaman Pancasila akan terus mengalir di denyut nadi seluruh rakyat Indonesia," ucapnya.

Presiden pun menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada para pendiri bangsa atas warisan luhur untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila yang bisa bisa dinikmati saat ini. Dia juga berterima kasih kepada generasi-generasi muda berikutnya yang ikut serta menanamkan pemahaman dan pengamalan Pancasila dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

"Selamat Hari Lahir Pancasila. Kita bersatu, kita berbagi, kita berprestasi," pungkasnya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8502 seconds (0.1#10.140)