Pengelolaan Blok Masela Harus Berefek Nyata bagi Kesejahteraan Rakyat

Rabu, 12 Agustus 2020 - 09:25 WIB
loading...
Pengelolaan Blok Masela Harus Berefek Nyata bagi Kesejahteraan Rakyat
webinar yang mengangkat tema Shell Hengkang, Mau Kemana Pengelolaan Blok Masela? yang digelar Universitas Pattimura Ambon bersama Archipelago Solidarity Foundation di Jakarta, Selasa 11 Agustus 2020. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Pengelolaan Blok Masela di Provinsi Maluku untuk eksplorasi migas dinilai harus memiliki efek nyata bagi kesejahteraan rakyat.

Harapan itu terungkap dalam webinar yang mengangkat tema ”Shell Hengkang, Mau Kemana Pengelolaan Blok Masela?” yang digelar Universitas Pattimura Ambon bersama Archipelago Solidarity Foundation di Jakarta, Selasa (11/8/2020).

Rektor Universitas Pattimura, Prof Marthinus Johanes Saptenno mengatakan, kilang darat Blok Masela baru sebatas keputusan politik. Butuh payung hukum yang menjadi dasar yang kuat. Misalnya berupa peraturan presiden atau keputusan presiden.

Dia berharap semua pihak bersama-sama memberikan perhatian sehingga bisa memastikan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) di Maluku dapat berjalan baik. “Bagaimanapun kesejahteraan rakyat yang paling penting,” ujarnya.

Webinar yang dipandu wartawan sekaligus aktivis, Web Warouw ini juga menghadirkan Direktur Acrhipelago Solidarity Foundation Engelina Pattiasina, Direktur Utama beberapa perusahaan tambang di Inggris, Australia dan Kanada yang aktif di Pasar Bursa International Jeffrey Malaiholo, Mantan CEO LNG PT Badak/CEO & Founder PT Rinder Energia Yoga Pratomo Suprapto, Praktisi Migas/Mantan Deputi SKK Migas Haposan Napitupulu, Pengamat Migas/Mantan Corporate & Strategic Communication Specialist di PT Pertamina Ridwan Nyak Baik, dan Sosiolog Universitas Pattimura Ambon Paulus Koritelu.

Direktur Acrhipelago Solidarity Foundation, Engelina Pattiasina mengatakan, pemerintah harus memastikan pengembangan industri di Maluku sehingga gas dapat dikelola menjadi aneka produk yang nantinya akan dibawa keluar Maluku.

"Jangan sampai kita terbalik, gas dari Maluku dikirim ke luar negeri, kemudian rakyat membeli kembali produk itu. Kalau seperti ini, kita sedang mensejahterakan negara lain, menghidupkan ekonomi dan industri negara lain, dan di saat yang bersamaan kita kelimpungan untuk membuka lapangan kerja, mengembangkan industri dan sebagainya,” tutur Engelina dalam webinar yang diikuti sekitar 300 peserta dari dalam dan luar negeri ini.

Dia berharap siapa pun yang mengelola Blok Masela harus memastikan hak rakyat Maluku sebagai petuanan di Blok Masela.

“Harus memastikan gas di Blok Masela dikelola di Maluku dengan mengembangkan aneka industri yang memang membutuhkan gas Masela,” katanya.

( )

Sementara itu, Jeffrey Malaiholo mengatakan sebenarnya investor pergi dan tinggal itu merupakan hal biasa dalam bisnis migas. Namun, Jeffrey mengingatkan, jika Shell benar-benar pergi, dapat saja digantikan perusahaan lain. Bahkan, katanya, pemerintah memiliki kemampuan untuk membuat skema pembiayaan.

Untuk itu, lanjut dia, keinginan Shell bukan sesuatu yang dikhawatirkan karena banyak pihak yang mungkin bersedia menggantikan posisinya. “Pemerintah dapat buat skema pembiayaan. Jadi jangan terlalu khawatir,” ujarnya.

Sementara itu, mantan CEO LNG PT Badak/CEO & Founder PT Rinder Energia Yoga Pratomo SupraptoYoga Suprapto menegaskan, tidak ada hubungan hengkangnya Shell antara skema darat atau laut karena lebih didasarkan pada problematika Prelude FLNG dan situasi pasar LNG dan lesunya ekonomi dunia 5–10 tahun mendatang.

Menurut dia, hengkangnya Shell karena kerugian dan masalah FLNG Prelude, persaingan antara proyek LNG dan ekonomi dunia menuju resesi karena Covid-19.

Bahkan, Yoga mengatakan, Shell harus berterima kasih karena kilang dipindahkan ke darat. Artinya, Indonesia menyelamatkan dari potensi kerugian USD10 miliar, dan berbagai masalah teknis di Prelude FLNG.

“Shell sebenarnya faktor penting dalam pengelolaan Blok Masela dalam pendanaan, penjamin, dan pengalaman di LNG. Tetapi, tanpa Shell bukan berarti kiamat. Indonesia memiliki pengalaman LNG darat dan memiliki dukungan SDM. Indonesia memiliki kemampuan. Bahkan, Inpex-Indonesia juga dapat saja mengelola Blok Masela. Saya yakin kalau Shell pergi akan ada pengganti dan setara,” tegas Yoga yang berpengalaman dalam pengelolaan LNG darat ini.

Sementara itu, pembicara lainnya Haposan Napitupulu mengatakan, sebenarnya hal biasa saja mengganti mitra dalam industri hulu migas. Namun, pemindahan ke darat itu sudah tepat karena akan memberikan pengaruh ekonomi bagi kawasan.

“Keberadaan Blok Masela itu juga dapat menjadi penggerak ekonomi kawasan di Maluku. Blok Masela ini merupakan temuan cadangan gas terbesar di Asia Tenggara dalam dua puluh tahun terakhir,” ujarnya.

Keberadaan gas Masela dikatakannya harus digunakan untuk menghidupkan industri dalam negeri sehingga dapat menciptakan lapangan kerja yang luas.

Dia mencontohkan, ekspor gas ke negera tetangga, justru menghidupkan industri di negara tetangga dan semua produk hasil olahan gas itu dijual kembali ke Indonesia.

Haposan juga menjelaskan beragam industri yang dihasilkan dari industri gas yang dapat dikembangkan di dalam negeri.

Sementara itu, Ridwan Nyak Baik melihat sikap Shell itu merupakan bentuk retorika yang selalu dilakukan berulang kali ketika merespon persoalan di Blok Masela.

Dia mencatat setidaknya ada beberapa kali Shell berniat hengkang, tapi juga tidak hengkang sampai saat ini. “Saya lihat ini hanya taktik retorika belaka karena sudah sering dilakukan seperti ini.

Menurut Ridwan, sikap Shell ini merupakan “lagu lama” yang sering diulang, tetapi sesungguhnya hanya berniat untuk menaikkan bargaining position dalam bernegosiasi.

Sosiolog Unpatti, Paulus Koritelu menyoroti persoalan sosial akibat tidak adanya transparansi dalam pengadaan lahan di lokasi kilang darat.

Menurut dia, ketidaktahuan masyarakat dimanfaatkan untuk memborong tanah rakyat, kemudian dijual kepada Inpex dengan harga yang lebih tinggi. "Hal ini sangat disayangkan karena sekecil apa pun, sebenarnya tanah rakyat itu dapat diikutkan sebagai saham sehingga tanah masyarakat tidak akan hilang di masa mendatang," katanya.

Dia mengingatkan, adanya hubungan yang sangat kuat antara tanah dan rakyat di Maluku Tenggara. Menurutnya, ada sejumlah persoalan yang butuh perhatian serius sehingga masalah yang ada tidak berlarut-larut. Tetapi, tidak boleh rakyat dirugikan dengan membeli tanah dengan harga yang sangat murah.

Webinar ini diikuti berbagai kalangan, seperti akademisi, pemuda, aktivivis, mahasiswa, wartawan, tokoh masyarakat dan tokoh agama dan praktisi migas
(dam)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1446 seconds (0.1#10.140)