PDIP Nilai Kemenangan Oposisi Malaysia Sulit Merembet ke Indonesia

Jum'at, 11 Mei 2018 - 10:26 WIB
PDIP Nilai Kemenangan Oposisi Malaysia Sulit Merembet ke Indonesia
PDIP Nilai Kemenangan Oposisi Malaysia Sulit Merembet ke Indonesia
A A A
JAKARTA - Tak sedikit politikus Gerindra atau elite yang berada di barisan kubu Prabowo Subianto menganggap kemenangan oposisi di Malaysia yang mengantarkan Mahathir Mohamad menjadi Perdana Menteri menginspirasi barisan koalisi oposisi di Indonesia.

Menanggapi hal ini, Politikus PDIP Charles Honoris menegaskan kondisi politik yang terjadi di Indonesia dan di negeri Jiran sangat berbeda. Di Malaysia oposisi berhasil karena kinerja petahana PM Najib Razak tidak memuaskan rakyat. Terlebih, Najib yang memerintah sejak 2009 diduga terlibat skandal korupsi 1MDB yang merugikan negara hingga triliunan rupiah.

Ia menganggap, insentif elektoral akan bergeser ke oposisi manakala, koalisi pemerintah gagal mewujudkan perubahan. "Rumus politik rasional selalu begitu. Semakin baik kinerja pemerintah, oposisi semakin tidak laku. Sebaliknya, semakin pemerintah tidak becus dan korup, oposisi semakin mendapat angin surga untuk menumbangkannya,” ujar Charles di Jakarta, Jumat (11/5/2018).

Rumus tersebut, kata Charles, juga bisa dibawa ke Indonesia. Namun, lanjut dia, dengan melihat kepuasaan rakyat yang semakin tinggi terhadap kinerja Presiden Jokowi, seperti ditunjukkan sejumlah hasil survei, kejadian di Malaysia sulit terjadi di Indonesia.

"Survei Litbang Kompas dalam rangka 3,5 tahun Jokowi-JK pada awal April lalu menunjukkan 72,2 persen rakyat puas dengan kinerja pemerintahan ini," ungkapnya.

"Bayangkan, pembangunan infrastruktur masih berjalan saja tingkat kepuasaan rakyat sudah begitu tinggi, apalagi kalau rakyat sudah merasakan dampaknya nanti?" tambah dia.

Oleh karena itu, Charles menilai, pernyataan sejumlah politikus oposisi dalam negeri bahwa peristiwa politik di Malaysia akan ‘merembet’ ke Indonesia, jelas sulit terjadi selama kinerja pemerintahan Jokowi berjalan baik.

"Politik itu tidak bekerja di ruang hampa. Masak apa yang terjadi di negara tetangga disebut bisa merembet begitu saja, tanpa melihat faktor-faktor yang terjadi di belakangnya, seperti kinerja pemerintahan, efektivitas oposisi, dan sebagainya," tuturnya.

Sebaliknya, Anggota Komisi I DPR ini menganggap bahwa oposisi di Indonesia gagal memainkan perannya. Opoisisi di Indonesia cenderung bermain di ruang hampa tanpa berhasil menunjukkan kegagalan pemerintah dan tak jarang memainkan isu negatif seperti politisasi isu SARA yang cenderung membosankan.

Charles menambahkan, PDIP bisa memenangkan Pemilu 2014 yang lalu juga karena mendapat kepercayaan rakyat setelah pemerintahan sebelumnya berjalan tidak sesuai harapan. Apalagi, sejumlah petinggi partai penguasa sebelumnya banyak yang terjerat korupsi.

"Di samping itu, PDI Perjuangan sebagai oposisi semakin efektif dalam melakukan komunikasi politik kepada rakyat dan selalu menggunakan cara-cara beradab dalam merebut kekuasaan," tandasnya.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6753 seconds (0.1#10.140)