Masyarakat Antusias Ikuti Debat Capres Putaran Ketiga

Kamis, 11 Januari 2024 - 17:20 WIB
loading...
Masyarakat Antusias...
Ketiga calon presiden, yakni Prabowo Subianto (kiri), Ganjar Pranowo (tengah), dan Anies Baswedan (kanan) pada ajang Debat Pilpres 2024. (Foto: iNews Media Group/Aldhi Chandra Setiawan)
A A A
JAKARTA - Antusiasme masyarakat Indonesia mengikuti debat capres tidak hanya ramai di media sosial, di kota hingga ke pelosok desa banyak kelompok masyarakat menggelar nobar alias nonton bareng debat capres. Mereka menggelar nobar di warung-warung kopi, kafe, mal, hingga pasar tradisional. Antusiasme masyarakat tersebut menunjukkan besarnya harapan mereka terhadap hasil pilpres nanti.

Demikian pula pada Debat Capres 2024 putaran ketiga yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Minggu (7/1/2024), makin menarik perhatian masyarakat. Mengangkat tema 'Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional, Globalisasi, Geopolitik, dan Politik Luar Negeri' berlangsung seru dan menarik perhatian masyarakat Indonesia.

Terkait tema tersebut publik sudah mendengar tiga pasang calon menyodorkan visi misinya. Secara umum, ketiga pasangan calon menyinggung tentang ide pembangunan kekuatan pertahanan, modernisasi alutsista, soal topik kesejahteraan prajurit TNI hingga soal peningkatan kemampuan mengatasi ancaman siber.

Menurut Ngasiman Djoyonegoro, analis intelijen, pertahanan, dan keamanan, visi misi tiga paslon secara umum sejalan dengan visi pertahanan nasional, yakni soal komando cadangan, alutsista, sistem pertahanan, dan hubungan sipil-militer. Namun ia mengingatkan kepada para kandidat bahwa pertahanan adalah sebuah sistem dan strategi yang saling berkaitan satu sama lain.

"Kita, misalnya, boleh saja memperkuat alutsista, namun di sisi yang lain, tanpa penguatan ekonomi, kita hanya mampu bertahan dalam hitungan hari saat ada peperangan," kata Simon, sapaan akrab pria Ngasiman Djoyonegoro, dalam keterangannya, Minggu (7/1/2024).

Simon juga melihat, visi misi yang dipaparkan para kandidat kurang memberi perhatian kepada serangan-serangan yang sifatnya nonfisik kepada bangsa Indonesia, terutama generasi muda. Misalnya, muncul dan menguatnya kelompok ekstrimis yang menyerang ideologi Pancasila yang berpotensi memecah belah bangsa. Hal itu mestinya diantisipasi secara lebih serius oleh para kandidat.

"Terkait dengan tata data dan informasi, saya kira tidak banyak disinggung secara khusus oleh para kandidat. Mau secanggih apapun pertahanan kita di dunia siber, tanpa dibarengi dengan tata data dan informasi yang baik, maka akan jebol-jebol juga," kata Rektor Institut Sains dan Teknologi al-Kamal Jakarta itu.

Pertahanan nasional tidak bisa hanya mengandalkan satu matra tapi harus dibangun dalam sistem yang terintegrasi lintas matra, dan bukan hanya domain TNI. Matra darat, laut, udara, siber, dan luar angkasa, kata Simon, harus bersinergi. Para capres nanti harus mampu menunjukkan cara pandang dalam memperkuat pertahanan lintas matra, termasuk kapasitas, penilaian, dan strategi level interoperabilitas lintas matra.

Dengan berjalannya target Minimum Essential Force (MEF) dalam pertahanan nasional, Indonesia sedang memperkuat Revolution in Military Affairs (RMA). Dalam kerangka RMA interoperabilitas dibangun dalam kesatupaduan teknologi, doktrin dan organisasi militer. Dalam konteks Indonesia, kesatupaduan tersebut terkerangkakan dalam sabuk pertahanan negara kepulauan.

Gagasan New Essential Force, modernisasi alutsista maupun melanjutkan MEF sebagaimana yang diusung tiga paslon, itu menurut Simon, kerangkanya menggunakan RMA.

"Karena itu para capres harus mampu meneruskan kerangka RMA dalam sabuk pertahanan negara kepulauan agar tidak ketinggalan, maka juga harus disesuaikan dengan perkembangan isu-isu terkini. Isu-isu terkini saya kira sudah seharusnya menjadi perhatian serius, terutama dampak yang ditimbulkan terhadap pertahanan nasional, yaitu: KKB di Papua, pengungsi Rohingnya, Human trafficking, klaim bahasa Indonesia sebagai bahasa Melayu oleh Malaysia, dan respons masyarakat terhadap konflik luar negeri," papar Simon.

Simon melihat, kawasan Indo Pasifik sedang digunakan sebagai kawasan proksi. Indonesia pasti akan terlibat di dalamnya. "Tentu saja dampak ketegangan dan potensi peperangan di kawasan ini dirasakan Indonesia dalam lima tahun ke depan," kata Simon.

Bagi Simon, seharusnya isu-isu tersebut dieksplorasi secara luas oleh para capres-cawapres dari sudut pandang masing-masing. Selain untuk melihat efektivitas dan kapasitas kandidat, jawaban dari mereka akan memperlihatkan gambaran ideologi dan keberpihakan dari masing-masing pasangan calon.

Terakhir, Simon menekankan bahwa perkembangan lingkungan strategis kita terus dinamis dan membutuhkan antisipasi dan respons cepat. "Upaya apa yang hendak dilakukan oleh para kandidat untuk membangun antisipasi dan respon cepat tersebut?" kata Simon.

Pertanyaan penting selanjutnya adalah Laut China Selatan sebagai episentrum baru konflik Barat-Timur, apakah Indonesia hanya butuh memperkuat alutsista? Bagaimana Indonesia mempergunakan ruang diplomasi internasional untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan?

Bagaimana jika peperangan di Laut China Selatan benar-benar terjadi? Apa strategi yang dipersiapkan? Menurut Simon, para kandidat masih memberikan paparan secara umum saja. Padahal itu membutuhkan jawaban konkret dan meyakinkan.

Bukan hanya analis seperti Simon yang turut sibuk menilai paparan ketiga kandidat dalam debat, masyarakat juga tampak antusias membuat analisanya sendiri melalui unggahan video, komentar, meme seputar debat tiga kandidat di media sosial. Antusiasme masyarakat membahas debat capres menunjukkan partisipasi masyarakat mengikuti pilpres sangat tinggi.

Debat Capres didukung oleh Polysilane, obat untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak usus 12 jari, mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati, kembung dan perasaan penuh pada lambung.
(ars)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1806 seconds (0.1#10.140)