Basri Menyapa Seri 5: Disrupsi dan Oposisi Adi Panuntun
loading...
A
A
A
Masih di 2014, ia dan Sembilan Matahari kembali meraih Juara I kompetisi video mapping internasional yang diikuti oleh ratusan partisipan seluruh dunia, Art Vision Competition - Circle of Lights, Moscow, Kompetisi Multimedia terbesar di Eropa. Yang terakhir, pada 2017 di Jerman dalam Berlin Light Festival, Sembilan Matahari memboyong Juara I sekaligus kategori Favorit pilihan penonton.
Arsitek Budi Pradono dan Mediascape
Dalam bincang virtual Basri Menyapa ke-5 kali ini, menghadirkan pula seorang arsitek dan urbanis Budi Pradono yang akan menjadi penanggap ahli, yang akan merespons presentasi karya-karya Adi Panuntun. Menurut Budi, Adi Panuntun mampu menyajikan "mediascape" sebagai sebuah imaginary space yang mengaktivasi ruang publik, dengan menciptakan atmosfir melalui strategi membuat "bluring" batas-batas antara realitas dan yang imaginary dengan manipulasi digital, sinematografi dan musik dalam sebuah integrasi tak terpisahkan.
"Saya mengamini arsitek dekonstruksionis tenar Perancis, Bernard TSchumi yang percaya bahwa: there is no architecture without event!," ujar Budi menambahkan.
Dalam produksi digital video mapping, Adi Panuntun memang berhasil mengorganisir problem kompleks tentang lokasi, resolusi proyektor, permodelan fasad, narasi visual, 3d polygonal modeling, musik dan desain interaktif, serta pengetahuan dasar sinematografi dan fotografi. "Bagaikan sebuah orkestra, di mana interaksi masyarakat di sekitarnya ikut diajak berperan aktif dalam satu kesatuan yang boleh disebut responsive digital environment," imbuh Budi Pradono.
Dalam perspektif lain, arsitek ini juga menyatakan bahwa keahlian Adi Panuntun adalah keniscayaan menyambut hiruk-pikuk budaya pop anyar, yang disambut publik berbagai usia di sepenjuru jagat. Menurutnya, mampu secara responsif karyanya menghidupkan kembali ruang publik yang "sekarat" di area urban. Sebab dalam beberapa perspektif, intervensi fisik diperlukan bagi sebuah kota yang dinamik dan ini berbiaya tinggi. Sementara, karya-karya video mapping diperlukan kehadirannya tanpa perlu membangun ulang secara fisik sebuah kompleks tertentu.
"Hal ini menjadi satu elemen mendasar untuk survival di era New Normal. Aktivasi ruang publik dapat dibuat tematik dengan narasi yang spesifik untuk mengaktifasi lingkungan urban yang mati," ujar urbanis pemilik BPA studio ini.
Scenography, Adi Busana dan Enterpreneurship.
Dalam seni pertunjukan tari dan teater, karya Adi Panuntun menjumput elemen penting menghadirkan apa yang disebut sebagai scenography, sebuah kemampuan mengatur dan menerjemahkan tata panggung, skenario dan arahan sutradara/director dalam audio-visual yang sekaligus menghadirkan pencahayaan untuk menghidupkan panggung utama yang kita bisa lihat karyanya di "Journey to Thousands Temples" di kompleks Candi Prambanan pada 2016.
Sementara karya-karya yang berkolaborasi dengan desainer mode, yakni Biyan pada pergelaran Adi Busana berjuluk SERUNI pada 2016 lalu di JCC, Adi Panuntun memilih kombinasi instalasi dan video mapping "Constellation Neverland" seperti sebuah rangkaian awan, hujan dalam kabut cahaya dan kapas yang menggambarkan atmosfir fantasi eksotis yang membuat cat walk dan para model dan gaun yang dikenakan terlihat anggun.
Karya dan sosok Adi Panuntun dengan Sembilan Matahari adalah pionir dalam menyuguhkan tenologi digital terbaru baik dalam skala, dimensi dan tujuan-tujuan pragmatik pun filosofis sejak kita memasuki alaf anyar, Abad 21.
Tema Basri Menyapa ke-5, Disrupsi dan Oposisi bisa dikaitkan pula dengan tata cara industri kreatif, terkait kehadiran Adi Panuntun, yakni melihat pencapaiannya dengan tumbuhnya permintaan penciptaan wahana-wahana hiburan model baru di wilayah privat pun publik seperti Museum Astra International dan membangun wahana museum milik negara dengan terobosan-terobosan ruang dan elemen estetik interior.
Arsitek Budi Pradono dan Mediascape
Dalam bincang virtual Basri Menyapa ke-5 kali ini, menghadirkan pula seorang arsitek dan urbanis Budi Pradono yang akan menjadi penanggap ahli, yang akan merespons presentasi karya-karya Adi Panuntun. Menurut Budi, Adi Panuntun mampu menyajikan "mediascape" sebagai sebuah imaginary space yang mengaktivasi ruang publik, dengan menciptakan atmosfir melalui strategi membuat "bluring" batas-batas antara realitas dan yang imaginary dengan manipulasi digital, sinematografi dan musik dalam sebuah integrasi tak terpisahkan.
"Saya mengamini arsitek dekonstruksionis tenar Perancis, Bernard TSchumi yang percaya bahwa: there is no architecture without event!," ujar Budi menambahkan.
Dalam produksi digital video mapping, Adi Panuntun memang berhasil mengorganisir problem kompleks tentang lokasi, resolusi proyektor, permodelan fasad, narasi visual, 3d polygonal modeling, musik dan desain interaktif, serta pengetahuan dasar sinematografi dan fotografi. "Bagaikan sebuah orkestra, di mana interaksi masyarakat di sekitarnya ikut diajak berperan aktif dalam satu kesatuan yang boleh disebut responsive digital environment," imbuh Budi Pradono.
Dalam perspektif lain, arsitek ini juga menyatakan bahwa keahlian Adi Panuntun adalah keniscayaan menyambut hiruk-pikuk budaya pop anyar, yang disambut publik berbagai usia di sepenjuru jagat. Menurutnya, mampu secara responsif karyanya menghidupkan kembali ruang publik yang "sekarat" di area urban. Sebab dalam beberapa perspektif, intervensi fisik diperlukan bagi sebuah kota yang dinamik dan ini berbiaya tinggi. Sementara, karya-karya video mapping diperlukan kehadirannya tanpa perlu membangun ulang secara fisik sebuah kompleks tertentu.
"Hal ini menjadi satu elemen mendasar untuk survival di era New Normal. Aktivasi ruang publik dapat dibuat tematik dengan narasi yang spesifik untuk mengaktifasi lingkungan urban yang mati," ujar urbanis pemilik BPA studio ini.
Scenography, Adi Busana dan Enterpreneurship.
Dalam seni pertunjukan tari dan teater, karya Adi Panuntun menjumput elemen penting menghadirkan apa yang disebut sebagai scenography, sebuah kemampuan mengatur dan menerjemahkan tata panggung, skenario dan arahan sutradara/director dalam audio-visual yang sekaligus menghadirkan pencahayaan untuk menghidupkan panggung utama yang kita bisa lihat karyanya di "Journey to Thousands Temples" di kompleks Candi Prambanan pada 2016.
Sementara karya-karya yang berkolaborasi dengan desainer mode, yakni Biyan pada pergelaran Adi Busana berjuluk SERUNI pada 2016 lalu di JCC, Adi Panuntun memilih kombinasi instalasi dan video mapping "Constellation Neverland" seperti sebuah rangkaian awan, hujan dalam kabut cahaya dan kapas yang menggambarkan atmosfir fantasi eksotis yang membuat cat walk dan para model dan gaun yang dikenakan terlihat anggun.
Karya dan sosok Adi Panuntun dengan Sembilan Matahari adalah pionir dalam menyuguhkan tenologi digital terbaru baik dalam skala, dimensi dan tujuan-tujuan pragmatik pun filosofis sejak kita memasuki alaf anyar, Abad 21.
Tema Basri Menyapa ke-5, Disrupsi dan Oposisi bisa dikaitkan pula dengan tata cara industri kreatif, terkait kehadiran Adi Panuntun, yakni melihat pencapaiannya dengan tumbuhnya permintaan penciptaan wahana-wahana hiburan model baru di wilayah privat pun publik seperti Museum Astra International dan membangun wahana museum milik negara dengan terobosan-terobosan ruang dan elemen estetik interior.