Tingkat Kepuasan terhadap Presiden Jokowi Menurun, Akibat Pencawapresan Gibran?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia Politics Expert (IPE) merilis hasil survei mengenai tingkat kepuasan terhadap kinerja Presiden Joko Widodo ( Jokowi ). Hasilnya, masyarakat kurang puas dengan kinerja presiden belakangan ini.
Direktur Survei dan Data IPE Agustanto Suprayoghi mengatakan, selain terhadap presiden, tingkat kepuasan juga menurun pada lembaga negara lainnya. Berdasarkan hasil survei tingkat kepuasan terhadap presiden menurun dari survei pertama diangka 69,34%, lalu 67,92% dan terakhir menurun di angka 64,35%.
"Hasil dari survei yang menunjukkan penurunan kepuasan masyarakat atau responden kami terhadap kinerja presiden dan lembaga negara itu menunjukkan bahwa masyarakat sadar memang negara ini tidak baik-baik saja," kata Agustanto dalam keterangannya pada rilis survei tersebut.
Agustanto menjelaskan, beberapa alasan masyarakat yang merasa kurang puas dengan kinerja Presiden Jokowi belakangan ini. Salah satunya terkait pencalonan anaknya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres).
"Pertama ternyata kasus pencalonan Gibran itu masih menjadi catatan penting bagi sebagian besar responden. Dan ini memang cacat presiden kita yang memang sudah tidak bisa ditutupi lagi," kata Agustanto.
"Yang kedua Presiden dianggap telah memobilisasi alat-alat negara sehingga pemilu akan tidak berlangsung secara jurdil," sambungnya.
Alasan lainnya, kata Agustanto, masyarakat menilai Presiden Jokowi saat ini tidak sama dengan yang dahulu mereka kenal. Menurut masyarakat, presiden tidak konsisten dalam memberikan statement.
"Responden beranggapan Presiden Jokowi sekarang bukan Jokowi yang dulu. Hal ini dikarenakan ketidakkonsistenan presiden yang memberikan statemen dari waktu ke waktu, seperti statemen presiden yang menyatakan anaknya tidak akan mencalonkan diri menjadi wapres, tetapi ternyata mencalonkan dan sebagainya," kata Agustanto.
Selain itu, lanjut Agustanto, masyarakat menilai saat ini Presiden Jokowi terlalu percaya diri yang dianggap terlalu berlebihan.
"Untuk terakhir nah ini masyarakat melihat melalui sosial media bahwa Presiden terlampau over confidence dengan posisinya sehingga terkesan lebay," kata Agustanto.
"Jadi hal-hal seperti ini ditangkap oleh masyarakat di level desa artinya apa sekali lagi masyarakat kita bukan masyarakat bodoh, masyarakat kita sudah masyarakat yang memang sudah tahu yang baik dan mana yang buruk," tandasnya.
Survei IPE dilaksanakan pada rentang waktu periode Agustus 2023 hingga Januari 2024. Dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Teknik pengambilan sampel/responden dilakukan dengan metode random purposive, mulai dari pemilihan kecamatan, hingga responden di satuan KK (5KK per lokus desa tersampling.
Kriteria responden yakni warga negara Indonesia yang telah mempunyai hak pilih, terdaftar di Daftar Pemilih Tetap (DPT), berusia 17 tahun dan telah menikah. Jumlah responden 2400 responden, sampling error 2,83% dengan tingkat kepercayaan 95%. Uji validitas dan kontrol sebesar 20% dari responden dengan metode withness dan spot check.
Direktur Survei dan Data IPE Agustanto Suprayoghi mengatakan, selain terhadap presiden, tingkat kepuasan juga menurun pada lembaga negara lainnya. Berdasarkan hasil survei tingkat kepuasan terhadap presiden menurun dari survei pertama diangka 69,34%, lalu 67,92% dan terakhir menurun di angka 64,35%.
"Hasil dari survei yang menunjukkan penurunan kepuasan masyarakat atau responden kami terhadap kinerja presiden dan lembaga negara itu menunjukkan bahwa masyarakat sadar memang negara ini tidak baik-baik saja," kata Agustanto dalam keterangannya pada rilis survei tersebut.
Agustanto menjelaskan, beberapa alasan masyarakat yang merasa kurang puas dengan kinerja Presiden Jokowi belakangan ini. Salah satunya terkait pencalonan anaknya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres).
"Pertama ternyata kasus pencalonan Gibran itu masih menjadi catatan penting bagi sebagian besar responden. Dan ini memang cacat presiden kita yang memang sudah tidak bisa ditutupi lagi," kata Agustanto.
"Yang kedua Presiden dianggap telah memobilisasi alat-alat negara sehingga pemilu akan tidak berlangsung secara jurdil," sambungnya.
Alasan lainnya, kata Agustanto, masyarakat menilai Presiden Jokowi saat ini tidak sama dengan yang dahulu mereka kenal. Menurut masyarakat, presiden tidak konsisten dalam memberikan statement.
"Responden beranggapan Presiden Jokowi sekarang bukan Jokowi yang dulu. Hal ini dikarenakan ketidakkonsistenan presiden yang memberikan statemen dari waktu ke waktu, seperti statemen presiden yang menyatakan anaknya tidak akan mencalonkan diri menjadi wapres, tetapi ternyata mencalonkan dan sebagainya," kata Agustanto.
Selain itu, lanjut Agustanto, masyarakat menilai saat ini Presiden Jokowi terlalu percaya diri yang dianggap terlalu berlebihan.
"Untuk terakhir nah ini masyarakat melihat melalui sosial media bahwa Presiden terlampau over confidence dengan posisinya sehingga terkesan lebay," kata Agustanto.
"Jadi hal-hal seperti ini ditangkap oleh masyarakat di level desa artinya apa sekali lagi masyarakat kita bukan masyarakat bodoh, masyarakat kita sudah masyarakat yang memang sudah tahu yang baik dan mana yang buruk," tandasnya.
Survei IPE dilaksanakan pada rentang waktu periode Agustus 2023 hingga Januari 2024. Dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Teknik pengambilan sampel/responden dilakukan dengan metode random purposive, mulai dari pemilihan kecamatan, hingga responden di satuan KK (5KK per lokus desa tersampling.
Kriteria responden yakni warga negara Indonesia yang telah mempunyai hak pilih, terdaftar di Daftar Pemilih Tetap (DPT), berusia 17 tahun dan telah menikah. Jumlah responden 2400 responden, sampling error 2,83% dengan tingkat kepercayaan 95%. Uji validitas dan kontrol sebesar 20% dari responden dengan metode withness dan spot check.
(abd)