Negara yang Inovatif Akan Jadi Pemenang

Jum'at, 09 Maret 2018 - 13:18 WIB
Negara yang Inovatif Akan Jadi Pemenang
Negara yang Inovatif Akan Jadi Pemenang
A A A
SINGAPURA - Kunjungan perpisahan (farewell visit) mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo ke Singapura pada Senin 5 Maret 2018 begitu spesial. Gatot tidak saja diterima oleh Panglima Angkatan Besenjata Singapura Letnan Jenderal Perry Lim, sebagai partnernya. Tapi dalam satu hari, tiga pejabat kunci negeri Singa lainnya juga ikut menemui Gatot.

Adapun tiga pejabat itu, yakni Menteri Pertahanan Singapura H.E. Ng Eng Hen dan Presiden Singapura Y.M Madam Halimah Yacob yang bahkan langsung menyematkan penghargaan Distinguished Service Order (Military) kepada Gatot.

Di luar dugaan, hari itu juga Gatot diundang secara khusus oleh Perdana Menteri (PM) Lee Hsien Loong ke kantornya di Kompleks Istana Kepresidenan Singapura.

Ada banyak hal yang dibicarakan dalam pertemuan yang dilakukan secara marathon dari pagi hingga siang tersebut. Apa saja? Berikut wawancara Koran SINDO dan SINDOnews.com bersama sejumlah wartawan dengan Jenderal TNI Gatot Nurmantyo di Singapura.

Apa isi pembicaraan dengan para pejabat Singapura?


Pertama, saya mengucapkan terima kasih atas nama prajurit TNI. Karena penghargaan (Distinguished Service Order) ini diberikan saat saya menjabat sebagai panglima TNI. Ini sebagai rasa terima kasih, atas kerja sama saya dengan Letjen Perry Lim, Pangab Singapura yang selama ini berjalan dengan baik sekali.

Beliau bertanya kepada saya bagaimana perkembangan ASEAN dengan kondisi sekarang ini seperti (konflik) Laut China Selatan, Semenanjung Korea. Harus memihak kemana? Saya sampaikan bahwa Indonesia memiliki prinsip dalam pergaulan international itu adalah nonblok. Indonesia selalu ingin mewujudkan wilayah di ASEAN itu sebagai wilayah yang kondusif sehingga Indonesia tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa membuat ekskalasi meningkat atau tidak kondusif.

Mengapa demikian?

Karena Indonesia, Singapura dan negara ASEAN adalah tempat di mana lokasi yang dinamakan the winning region. The Winning region adalah negara-negara yang saat ini dan lima tahun yang lalu, pertumbuhan ekonominya 5% ke atas. Jadi, pusat ekonomi dunia sebearnya ada di region ini. Termasuk Jepang, Amerika Serikat (AS) dan Australia pun ke Indo Pasifik lihatnya. Tiongkok pun membuat OBOR (one belt, one road). Dengan demikian maka wilayah ini harus dijaga benar-benar dalam kondisi yang kondusif sehingga ekonomi tetap berkembang.

Bagaimana dengan singapura yang negaranya tak begitu besar?

Saya sampaikan dalam persaingan global sekarang ini, tidak melihat negara itu besar, tidak melihat negara itu kuat. Tapi siapa yang inovatif dan cepat mengantisipasi perkembangan maka dia yang akan jadi pemenang. Tidak ada satu negara pun yang tidak saling tergantung, maka Indonesia pun saling tergantung dengan Singapura dan negara-negara yang lainnya.

Saya juga berterima kasih bahwa investasi semua negara ke Filipina hampir sama jumlahnya dengan investasi Singapura ke Indonesia. Ini kan merupakan kepercayaan publik karena di Singapura hampir semua perwakilan negara-negara itu ada. Jadi kalau singapura berani berinvestasi ke Indonesa, negara lain juga akan berani investasi. Kita memerlukan investasi itu. Ibaratnya Singapura sebagai promosi.

Bagaimana prospek hubungan TNI dengan tentara Singapura ke depan?

Saya katakan bahwa sejak saya memimpin dan Letjen Lim memimpin, kita memanfaatkan kunjungan bilateral, pendidikan, pertukaran mulai dari perwira yunior dari berbagai korps. Sehingga begitu mereka menjabat, mereka sudah familiar. Jadi inilah diplomasi militer yang ikut mewujudkan suasana kondusif. Demikian juga masalah teroris, saya buka pelatihan tentang teroris, karena teroris ini sekarang kan teroris global sehingga satu dan lainnya saling ketergantungan. Dan perlu kecepatan tinggi untuk bagaimana menghadapi terorisme.

Apa makna politik bagi Bapak terhadap penghargaan dan penyembutan yang begitu spesial dari Pemerintah Singapura?

Hubungan antara Singapura dan Indonesia semakin akrab. Tapi ingat (penghargaan) itu bukan saja diberikan kepada saya tapi kepada seluruh prajurit TNI. Jadi yang luar biasa. Saya datang ke sini untuk pamitan, kunjungan perpisahan. Karena saya waktu itu belum sempat. Ketika saya minta Pangab Singapura (untuk bertemu), beliau mengatakan bahwa presiden (Singapura) berkenan dan akan langsung memberikan penghargaan sehingga waktunya menunggu (waktunya presiden).

Kemudian saat saya menjelang datang, Pak Perdana Menteri juga mengacarakan juga. Sehingga pertemuannya bisa berlangsung sekaligus. Bertemu panglima, bertemu Menhan, bertemu presiden, bertemu PM dalam sehari. Itu satu hal yang luar biasa, yang belum pernah dialami oleh panglima mana pun juga.

Apa saat bertemu PM Singapura sempat disinggung masalah pemilu dan pemilu presiden Indonesia?


Tidak sama sekali. Pertemuan hanya membahas hubungan antara kedua negara. Mengucapkan terima kasih. Seputar itu saja.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5523 seconds (0.1#10.140)