Narasi Pilpres Satu Putaran Dinilai Pembajakan terhadap Demokrasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Narasi Pilpres 2024 berlangsung satu putaran yang digaungkan oleh sejumlah aktor politik dinilai meruntuhkan kualitas demokrasi. Sebab, pemilu merupakan pesta demokrasi, dari, oleh, dan untuk rakyat.
Ketua Umum NETFID Indonesia Muhammad Afit Khomsani melihat narasi pilpres satu putaran sengaja diembuskan untuk memberikan keuntungan pada salah satu pihak.
"Kami melihat bahwa narasi tersebut hanya mungkin menguntungkan satu kelompok tertentu dan di sisi lain meruntuhkan kualitas dari demokrasi sendiri," ujar Afit, Sabtu (30/12/2023).
Menurutnya, pemilu merupakan pesta demokrasi, dari, oleh, dan untuk rakyat. Ketika aktor politik yang memainkan narasi ini maka sangat tidak bijaksana.
"Kaitan dengan narasi tersebut kami melihat bahwa narasi itu sangat berbenturan dengan semangat dan juga proses demokrasi sendiri yaitu dari, oleh, dan untuk rakyat," katanya.
Fenomena hari ini, kata Afit, rakyat dihadapkan pada pertarungan narasi antar tim pemenangan pasangan calon. Namun, dia mengingatkan pentingnya menjaga etika dan menghormati aturan yang sudah ada.
"Kaitannya dengan narasi satu putaran, harusnya aktor-aktor politik kita itu bertindak lebih bijak dalam melemparkan isu-isu yang kemudian cenderung memperkeruh suasana dalam pemilu kita," jelas Afit.
Pesta demokrasi harus dijalankan dengan prinsip-prinsip yang Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil (Luber Jurdil). Peran rakyat, semangat demokrasi, tidak boleh dinafikan oleh kepentingan sekelompok orang.
"Dimana proses dan juga berlingkaran demokrasi sendiri harusnya dikembalikan, diselenggarakan oleh rakyat. Bukan kemudian aktor politik yang menentukan proses tersebut," papar Afit.
Ketua Umum NETFID Indonesia Muhammad Afit Khomsani melihat narasi pilpres satu putaran sengaja diembuskan untuk memberikan keuntungan pada salah satu pihak.
"Kami melihat bahwa narasi tersebut hanya mungkin menguntungkan satu kelompok tertentu dan di sisi lain meruntuhkan kualitas dari demokrasi sendiri," ujar Afit, Sabtu (30/12/2023).
Menurutnya, pemilu merupakan pesta demokrasi, dari, oleh, dan untuk rakyat. Ketika aktor politik yang memainkan narasi ini maka sangat tidak bijaksana.
"Kaitan dengan narasi tersebut kami melihat bahwa narasi itu sangat berbenturan dengan semangat dan juga proses demokrasi sendiri yaitu dari, oleh, dan untuk rakyat," katanya.
Fenomena hari ini, kata Afit, rakyat dihadapkan pada pertarungan narasi antar tim pemenangan pasangan calon. Namun, dia mengingatkan pentingnya menjaga etika dan menghormati aturan yang sudah ada.
"Kaitannya dengan narasi satu putaran, harusnya aktor-aktor politik kita itu bertindak lebih bijak dalam melemparkan isu-isu yang kemudian cenderung memperkeruh suasana dalam pemilu kita," jelas Afit.
Pesta demokrasi harus dijalankan dengan prinsip-prinsip yang Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil (Luber Jurdil). Peran rakyat, semangat demokrasi, tidak boleh dinafikan oleh kepentingan sekelompok orang.
"Dimana proses dan juga berlingkaran demokrasi sendiri harusnya dikembalikan, diselenggarakan oleh rakyat. Bukan kemudian aktor politik yang menentukan proses tersebut," papar Afit.