Siti Atikoh: Ganjar-Mahfud Akan Sejahterakan Ponpes lewat Optimalisasi UU Pesantren
loading...
A
A
A
TRENGGALEK - Menimba ilmu di pesantren membuat Siti Atikoh , istri Capres Ganjar Pranowo tidak pernah lupa untuk melakukan safari politik ke pondok pesantren. Hal ini guna memajukan kesejahteraan pondok pesantren yang ada di Indonesia melalui program yang telah dirancang Ganjar-Mahfud.
Hal ini disampaikan Siti Atikoh saat mengunjungi Pesantren Qomarul Hidayah, Trenggalek, Jawa Timur, Senin (18/12/2023). “Ketika saya besar di lingkungan pesantren memberikan nuansa pemahaman-pemahaman karena saya sangat paham di dunia itu,” ujarnya.
“Jadi ketika visi misinya Mas Ganjar itu juga membawa roh tersebut. Salah satunya bagaimana nanti. Sekarang sudah ada Undang-Undang terkait pesantren, tapi nanti bakal dioptimalkan lagi,” tambahnya.
Beberapa hal yang akan dioptimalkan yakni keberpihakan dengan ustaz, guru agama, serta penyesuaian program yang ada dalam pesantren.
“Kemudian bagaimana kita juga bisa berpihak pada para ustaz, kiai, dan guru-guru yang terkait dengan agama karena selama ini belum mendapat perhatian. Kemudian untuk santri-santri mendapatkan akselerasi dari sisi pendidikan,” kata Siti Atikoh.
“Kemudian untuk harapannya di Jawa Tengah ada vokasi. Nah di pesantren bisa dianalogikan seperti itu. Jadi selain mendapatkan ilmu agama,ilmu-ilmu keterampilan yang berkaitan dengan profesi juga sangat bisa dilakukan di pesantren,” sambungnya.
Tidak hanya itu, wajib belajar 12 tahun dari SD-SMA akan dikembangkan melalui program satu keluarga miskin satu sarjana.
Hal ini disampaikan Siti Atikoh saat mengunjungi Pesantren Qomarul Hidayah, Trenggalek, Jawa Timur, Senin (18/12/2023). “Ketika saya besar di lingkungan pesantren memberikan nuansa pemahaman-pemahaman karena saya sangat paham di dunia itu,” ujarnya.
“Jadi ketika visi misinya Mas Ganjar itu juga membawa roh tersebut. Salah satunya bagaimana nanti. Sekarang sudah ada Undang-Undang terkait pesantren, tapi nanti bakal dioptimalkan lagi,” tambahnya.
Beberapa hal yang akan dioptimalkan yakni keberpihakan dengan ustaz, guru agama, serta penyesuaian program yang ada dalam pesantren.
“Kemudian bagaimana kita juga bisa berpihak pada para ustaz, kiai, dan guru-guru yang terkait dengan agama karena selama ini belum mendapat perhatian. Kemudian untuk santri-santri mendapatkan akselerasi dari sisi pendidikan,” kata Siti Atikoh.
“Kemudian untuk harapannya di Jawa Tengah ada vokasi. Nah di pesantren bisa dianalogikan seperti itu. Jadi selain mendapatkan ilmu agama,ilmu-ilmu keterampilan yang berkaitan dengan profesi juga sangat bisa dilakukan di pesantren,” sambungnya.
Tidak hanya itu, wajib belajar 12 tahun dari SD-SMA akan dikembangkan melalui program satu keluarga miskin satu sarjana.
(jon)