Program Food Estate Dinilai Lebih Lengkap dan Visioner Ketimbang Contract Farming
loading...
A
A
A
JAKARTA - Program food estate yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi dinilai lebih lengkap dan mampu mewujudkan swasembada pangan.
Ketua Tim Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) Anggawira menilai, food estate merupakan program yang lebih lengkap dari hulu ke hilir dibandingkan dengan contract farming.
"Food estate ini ekosistem yang saling support, kalau contract farming itu hanya membahas sebagian saja dan tidak menyelesaikan semuanya. Dalam food estate ada contract farming, tapi dalam contract farming tidak ada upaya penyediaan lahan pertanian seperti food estate," ujar Anggawira, Sabtu (2/12/2023).
Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) ini juga menjelaskan, food estate juga memiliki daya saing produk lokal yang semakin meningkat. Dia mencontohkan, melalui Program food estate dapat menekan impor komoditas pangan, daya saing harga produk komoditas pangan lokal meningkat, dan biaya produksi menjadi lebih murah.
"Food estate ini membuka lahan bagi petani maupun pihak swasta dan mereka bisa memakai lahannya untuk bertani dan kemudian hasil produknya dibeli oleh BUMN Pangan (ID Food)," ujar Anggawira.
Food estate sendiri tersebar di sejumlah kawasan. Mengacu data Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), food estate dibangun di Kalimantan Barat seluas 120.000 hektare, Kalimantan Tengah seluas 180.000 hektare, kemudian di Kalimantan Timur seluas 10.000 hektare dan Maluku 190.000 hektare, sedangkan di Papua seluas 1,2 juta hektare, Sumatra Utara seluas 1.000 hektare, serta Nusa Tenggara Timur (NTT) seluas 365 hektare.
Adapun lahan di Sumatra Utara untuk penanaman komoditas bawang merah, bawang putih, dan kentang dengan luas potensial 1.000 hektare dengan luas efektif yang mengelola 748,6 hektare. Sementara pembangunan food estate di NTT Kabupaten Belu sudah dilayani irigasi sprinkler dan ditanami sekitar 43,9 hektare. Di mana 3,3 hektare untuk tanaman sorgum dan 40,6 hektare untuk tanaman jagung.
Lalu food estate di Kabupaten Sumba Tengah dengan luas potensial mencapai 6.100 hektare di Waibakul, Waekabeti, Waidipi, dan Lokojange. Kegiatan yang dilakukan peningkatan jaringan irigasi kiri embung Lokojange. Di Sumba bagian Timur juga ada food estate dengan luas potensial mencapai 900 hektare di Kecamatan Pandawai, 500 hektare di Kecamatan Umalulu untuk tanaman sorgum. Di Laipori, kecamatan Pandawai mulai ditanami tanaman seluas 10 hektare bekerja sama dengan P3A/Kelompok Tani sejak Oktober 2022 lalu.
Lalu food estate di Papua Kabupaten Keerom untuk komoditas jagung dengan luas potensial mencapai 10.000 hektare. Pada tahun 2022 lalu juga telah dilaksanakan land clearing seluas 496,6 hektare dengan progres 67%, termasuk pembangunan saluran drainase.
Ketua Tim Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) Anggawira menilai, food estate merupakan program yang lebih lengkap dari hulu ke hilir dibandingkan dengan contract farming.
"Food estate ini ekosistem yang saling support, kalau contract farming itu hanya membahas sebagian saja dan tidak menyelesaikan semuanya. Dalam food estate ada contract farming, tapi dalam contract farming tidak ada upaya penyediaan lahan pertanian seperti food estate," ujar Anggawira, Sabtu (2/12/2023).
Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) ini juga menjelaskan, food estate juga memiliki daya saing produk lokal yang semakin meningkat. Dia mencontohkan, melalui Program food estate dapat menekan impor komoditas pangan, daya saing harga produk komoditas pangan lokal meningkat, dan biaya produksi menjadi lebih murah.
"Food estate ini membuka lahan bagi petani maupun pihak swasta dan mereka bisa memakai lahannya untuk bertani dan kemudian hasil produknya dibeli oleh BUMN Pangan (ID Food)," ujar Anggawira.
Food estate sendiri tersebar di sejumlah kawasan. Mengacu data Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), food estate dibangun di Kalimantan Barat seluas 120.000 hektare, Kalimantan Tengah seluas 180.000 hektare, kemudian di Kalimantan Timur seluas 10.000 hektare dan Maluku 190.000 hektare, sedangkan di Papua seluas 1,2 juta hektare, Sumatra Utara seluas 1.000 hektare, serta Nusa Tenggara Timur (NTT) seluas 365 hektare.
Adapun lahan di Sumatra Utara untuk penanaman komoditas bawang merah, bawang putih, dan kentang dengan luas potensial 1.000 hektare dengan luas efektif yang mengelola 748,6 hektare. Sementara pembangunan food estate di NTT Kabupaten Belu sudah dilayani irigasi sprinkler dan ditanami sekitar 43,9 hektare. Di mana 3,3 hektare untuk tanaman sorgum dan 40,6 hektare untuk tanaman jagung.
Lalu food estate di Kabupaten Sumba Tengah dengan luas potensial mencapai 6.100 hektare di Waibakul, Waekabeti, Waidipi, dan Lokojange. Kegiatan yang dilakukan peningkatan jaringan irigasi kiri embung Lokojange. Di Sumba bagian Timur juga ada food estate dengan luas potensial mencapai 900 hektare di Kecamatan Pandawai, 500 hektare di Kecamatan Umalulu untuk tanaman sorgum. Di Laipori, kecamatan Pandawai mulai ditanami tanaman seluas 10 hektare bekerja sama dengan P3A/Kelompok Tani sejak Oktober 2022 lalu.
Lalu food estate di Papua Kabupaten Keerom untuk komoditas jagung dengan luas potensial mencapai 10.000 hektare. Pada tahun 2022 lalu juga telah dilaksanakan land clearing seluas 496,6 hektare dengan progres 67%, termasuk pembangunan saluran drainase.
(cip)